Mohon tunggu...
Nur Rochmat
Nur Rochmat Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di UI, Darunnajah dan Al Azhar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi tentang Kematian

16 Desember 2018   19:10 Diperbarui: 16 Desember 2018   19:10 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Titah Sang Ilahi mana mungkin salah manusia saja yg suka berulah

hidup ini sudah susah payah

kenapa kau tambah dgn sifatmu yg pongah.

Dunia ini fana, penuh fatamorgana

aku, kau dan mereka semua pasti akan binasa

tak perlulah berbalas-balasan membusungkan dada

karena akhirnya kita semua akan menghadap kepada-Nya.

Kehidupannya yang penuh bual dan bebal

matipun tak ada air mata dan sesal

berapa banyak jiwa-jiwa yang kau buat kesal

hingga akhirnya kau rasakan akhir hidupmu yg fatal.

Tiada duka dan nestapa mengiringi kepergian

wajar karena hidup bagai roda yang selalu tunduk pada putaran

entah pelan atau lamban

semua akan tertumpuk bumi yang menelan.

Asal baik pasti berakhir baik

asal buruk rasakanlah hidup akan terpuruk

yang hidup berlomba-lomba memenuhi periuk

yang mati secepatnya di daur cacing menjadi pupuk.

Sadarlah kawan, hidup hanyalah sebuah penantian

yang cantik, tampan, kaya dan terhormat pun pasti akan terbujur dan terbungkus kain kafan

handai taulan famili dan tetangga ramai berdatangan

bahu membahu menghantarkan ke tempat peraduan.

Percayalah pada firman Tuhan

amal baik dan buruk akan di mintai pertanggungjawaban

andai saja waktu bisa diulang

pasti banyak manusia ingin kembali untuk memperbaiki kelakuan.nusia saja yg suka berulah

hidup ini sudah susah payah

kenapa kau tambah dgn sifatmu yg pongah.

Dunia ini fana, penuh fatamorgana

aku, kau dan mereka semua pasti akan binasa

tak perlulah berbalas-balasan membusungkan dada

karena akhirnya kita semua akan menghadap kepada-Nya.

Kehidupannya yang penuh bual dan bebal

matipun tak ada air mata dan sesal

berapa banyak jiwa-jiwa yang kau buat kesal

hingga akhirnya kau rasakan akhir hidupmu yg fatal.

Tiada duka dan nestapa mengiringi kepergian

wajar karena hidup bagai roda yang selalu tunduk pada putaran

entah pelan atau lamban

semua akan tertumpuk bumi yang menelan.

Asal baik pasti berakhir baik

asal buruk rasakanlah hidup akan terpuruk

yang hidup berlomba-lomba memenuhi periuk

yang mati secepatnya di daur cacing menjadi pupuk.

Sadarlah kawan, hidup hanyalah sebuah penantian

yang cantik, tampan, kaya dan terhormat pun pasti akan terbujur dan terbungkus kain kafan

handai taulan famili dan tetangga ramai berdatangan

bahu membahu menghantarkan ke tempat peraduan.

Percayalah pada firman Tuhan

amal baik dan buruk akan di mintai pertanggungjawaban

andai saja waktu bisa diulang

pasti banyak manusia ingin kembali untuk memperbaiki kelakuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun