Mohon tunggu...
NH SMG
NH SMG Mohon Tunggu... Foto/Videografer - FREELANCER

Fastabiqul Khairat Pengabdian Perjuangan Pengorbanan dan Berguna untuk Alam Semesta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menyikap Misteri Spanduk Anonim atas Nama "Wong Cilik" di Pilwakot Semarang

16 Juli 2024   16:32 Diperbarui: 16 Juli 2024   16:34 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spanduk provokatif yang terpasang di sekitar Jalan Semeru, Kota Semarang. Foto: pribadi

Semula saya mengira ini bukan black campaign, namun ternyata.. masalahnya akan lebih rumit dari apa yang saya kira.

PAGI itu, saya sedang berkendara dengan motor Vario 2008, yang baru saya beli 2 hari kemarin, setengah pakai tentunya. Double starter masih jring, BPKB asli, pajak jalan. Saya nggak suka umpetan dengan polantas, biar bisa jadi ojek Maxim sekaligus warga Semarang yang cinta kota ini.

Saya nggak suka predikat "wong cilik". Intinya, saya kerja, jadi ojek, kalau sore jemput anak les privat di Sampangan, Semarang. Saya lewat wilayah Jalan Semeru, Candisari, Kota Semarang.  

Sore itu, langit cerah dan jalanan cukup ramai, seperti hari-hari biasa. Ada sesuatu yang menarik perhatian saya. Sebuah spanduk besar dengan tulisan dalam bahasa Jawa: "Wis Wayahe Ganti Pimpinan Kota Semarang Sing Iso Ngewongke Wong". Artinya, "Sudah saatnya Kota Semarang terjadi pergantian pemimpin yang bisa memanusiakan orang lain, memperlakukan orang lain dengan baik." Ada juga yang bertulis "Masyarakat Kota Semarang Mencari Pemimpin Yg Amanah, Orak Nangisan Opo Meneh Menjilat Ludah Sendiri".

Tak ada nama calon atau lambang partai yang tertera, hanya tulisan "Wong Cilik Kota Semarang" dan "Warga Peduli Kota Semarang".

Tentu saja itu bukan lembaga. "Rak jelas ik!" kalau orang Semarang berseru. Spanduk ini anonim dan statusnya belum jelas. Warga sekitar pun tampaknya tak tahu siapa yang memasangnya. Kalau buatan orang bertanggung jawab, ada tulisan: dari partai apa, atau lembaga mana. Kemudian, setelah mendengarkan anak saya yang kesulitan mengerjakan matematika, saya berpikir, "Siapa yang pasang spanduk itu?"

Black Campaign atau Bukan, Itu Pertanyaannya

Bicara soal spanduk anonim ini, yang pertama kali melintas di benak saya adalah "Black campaign atau bukan, ya?" Mengingat belum masuk musim kampanye resmi Pilwakot dan belum ada penetapan calon, spanduk seperti ini bisa dikategorikan sebagai kampanye hitam jika bertujuan menyudutkan petahana atau calon tertentu. Namun, tanpa ada nama atau indikasi spesifik, sulit untuk mengklaim bahwa ini adalah black campaign. Pesannya lebih bersifat umum dan bisa ditangkap sebagai seruan perubahan. Jadi, apakah ini black campaign? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Seperti memilih antara bakso dan mie ayam, sulit diputuskan.

Tapi sebagai pertanyaan tambahan, yang agak waras, coba kita tanyakan ke sebelah kita. "Kenapa dipasang di jalan, menjelang Pilwakot Semarang, dan nggak sebut nama? Terus kuwi maksude ngomong ngono piye?"

Strategi Awal Bakal Calon: Begini Caranya?

Kemudian, saya berpikir, "Wah, jangan-jangan ini strategi awal dari salah satu bakal calon." Kalau iya, maka ini bisa jadi cara mereka untuk mengukur sentimen masyarakat. Baliho dengan pesan umum seperti ini bisa digunakan untuk menciptakan buzz dan menarik perhatian masyarakat sebelum kampanye resmi dimulai. Namun, cara ini bisa dianggap tidak etis karena memanfaatkan celah dalam aturan kampanye yang belum resmi. Ini seperti mencoba mencicipi kue sebelum acara ulang tahun dimulai---rasanya enak, tapi tidak sopan.

Pihak Luar: Agenda Terselubung di Balik Baliho?

Lalu, bagaimana kalau yang pasang adalah orang luar yang bukan kontestan? Wah, lebih rumit lagi. Mereka mungkin punya agenda terselubung, baik untuk mendukung calon tertentu secara tidak langsung atau untuk menciptakan kekacauan politik. Ini bisa membingungkan masyarakat dan mengalihkan perhatian dari isu-isu penting yang seharusnya menjadi fokus dalam Pilwakot. Jadi, siapa yang sebenarnya diuntungkan? Ini seperti menonton drama Korea dengan plot twist yang tak terduga. Cuma masalahnya, ini Pilwakot. Bukan drama Korea.

Dampak Bagi Pilwakot Semarang: Fokus atau Fiksi?

Dampaknya bagi Pilwakot Semarang bisa sangat signifikan. Baliho atau spanduk anonim dengan pesan provokatif bisa memecah konsentrasi masyarakat dari isu-isu utama yang perlu diperhatikan. Alih-alih membahas program dan visi-misi calon, masyarakat bisa terjebak dalam perdebatan yang tidak produktif. Ini tentu saja merugikan proses demokrasi yang sehat. Ini seperti mencoba mengerjakan PR matematika sambil menonton video kucing di YouTube---tidak fokus dan hasilnya berantakan.

Klaim "Wong Cilik Semarang": Realitas atau Retorika?

Klaim "Wong Cilik Kota Semarang" ini perlu diuji kebenarannya. Apakah benar-benar mewakili aspirasi masyarakat kecil di Semarang atau hanya retorika untuk menarik simpati? Klaim ini harus diverifikasi melalui dialog terbuka dengan masyarakat. Tanpa verifikasi, klaim tersebut bisa menyesatkan dan merusak integritas kampanye. Ini seperti membeli barang di toko online tanpa melihat review---bisa dapat barang bagus, bisa juga dapat barang zonk.

Aspek Hukum dan Etika: Jangan Main-Main

Dari aspek hukum dan etika, pemasangan baliho atau spanduk tanpa kejelasan sumber bisa melanggar aturan kampanye. Pihak berwenang harus mengusut tuntas siapa yang bertanggung jawab atas pemasangan spanduk ini. Transparansi dan akuntabilitas adalah kunci untuk menjaga proses demokrasi yang jujur dan adil. Masyarakat juga harus kritis dan tidak mudah terhasut oleh pesan-pesan yang belum jelas asal-usulnya. Ini seperti bermain monopoli tanpa mengikuti aturan---pasti ada yang merasa dirugikan.

Pesan untuk Warga Semarang: Tetap Cerdas dan Kritis

Kepada warga Semarang, mari kita tetap cerdas dan kritis dalam menghadapi berbagai pesan kampanye. Jangan mudah terpengaruh oleh baliho atau spanduk yang tidak jelas asal-usulnya. Fokuslah pada program dan visi-misi calon yang jelas dan konkret. Mari kita jaga Pilwakot ini agar tetap bersih dan bermartabat, demi masa depan Semarang yang lebih baik. Ingat, Pilwakot bukan ajang lomba baliho atau spanduk, tapi kesempatan untuk memilih pemimpin yang benar-benar bisa membawa perubahan positif. Jadi, jangan malas untuk mencari informasi lebih dalam dan berdiskusi dengan orang lain. Semangat, warga Semarang!

Nek sing masang spanduk iki calonmu, aku ora milih. Soale orak jelas, Ndes!(*)

Indomaret Banjir Kanal, 15 Juli 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun