Aku selalu menyimpan luka, jauh di dalam diriku
Sambil berjalan di atas trotoar
Memunguti semua hal-hal pahit untuk kujadikan penawar
Aku selalu sendirian, jauh di dalam riuh gelak tawa dan pertemanan
Seperti terpecah dan menetap di beberapa dimensi
Merasakan semua kegilaan diantara arus bolak balik poros kehidupan
Aku selalu mengendarai perasaan, jauh di dalam pertengkaran logika dan keputusasaan
Menjadi baik tanpa sadar, menjadi buruk tanpa kendali
Menvonis diri dalam kemalangan
Aku selalu berusaha sekuatku, jauh di dalam kemalasan orang-orang
Menuai pengakuan hingga kembali berada pada titik paling rendah kehidupan
Apa yang ingin kulihat dalam buramnya takdir yang Tuhan ciptakan pada manusia?
Apa yang selalu kutunggu di persimpangan hidup dan mati yang konon selalu menjadi tujuan untuk kembali bersujud?
Apa yang salah sejak aku memulai hingga mengakhiri suatu proses dalam mencapai prestasi hidup?
Apakah di bentangan umurku ini, aku sudah banyak melakukan kecurangan yang membuat noda-noda hitam menutup hatiku dan tidak memberiku pilihan?
Aku terus bertanya
Setiap waktu
Setiap merindukan
Setiap tetes air mataku
Setiap sujudku
Setiap sadarku bahkan dalam mimpiku
Mungkinkah hidup adalah serangkaian pertanyaan yang menuntun manusia meraih kematian yang layak?
Seperti kepalaku yang terbentuk dari unsur-unsur pertanyaan bodoh dan logika-logika naif
Seperti napas yang belum tamat di meja penelitian
Atau angin laut yang selalu memeluk nelayan
Atau sesederhana anak kecil tersenyum dan menangis?
Tuhan, Engkau MAHA
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI