Mohon tunggu...
Nur Fadhilah
Nur Fadhilah Mohon Tunggu... Lainnya - Astisten Peneliti/ Puslitkes Undip

Hobi memasak, traveling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia: Cegah Anak dari Intervensi Industri Rokok

5 Juni 2024   11:06 Diperbarui: 5 Juni 2024   11:21 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Isu intervensi industri rokok kepada anak merupakan kondisi "gawat darurat" yang harus dihadapi. Berdasarkan fakta, banyak diantara anak-anak dan remaja di Indonesia yang melakukan aktivitas merokok, yang mana hal ini dapat menurunkan kualitas hidupnya. Hal ini merupakan suatu bahan evaluasi bagi pemerintah untuk melakukan intervensi pencegahan merokok, salah satunya dengan adanya pelarangan iklan dan promosi rokok yang ada di lingkungan masyarakat.

dr Farhan Mari Isa yang merupakan medical doctor health influencer dalam kegiatan ini menyampaikan bahwasanya dalam satu putung rokok terdapat sekitar 4000 zat kimia yang mana 400 diantaranya tergolong sebagai zat berbahaya dan 40 diantaranya bersifat karsinogenik. 

Adapun dampak negative yang disebabkan oleh rokok ini tidak bersifat instan tetapi kronis. Penyakit kronis merupakan kondisi dimana gejala penyakit akan muncul bertahap dengan rentang waktu yang lama setelah seseorang memutuskan untuk merokok. Beberapa gangguan mental yang dikaitkan dengan aktivitas merokok diantaranya ADHD, anxiety disorder, dan depresi. 

Adanya kadar nikotin yang tinggi menyebabkan lonjakan dopamine. Ketika seseorang berhenti merokok, kadar dopamine tersebut cenderung habis seketika dan menyebabkan depresi yang lebih parah akibat tidak melakukan aktivitas merokok.

Dra. R. A. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D  (Guru besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gajah Mada) dalam rangkaian acara visiting professor menyampaikan terkait dengan komunikasi untuk pencegahan perilaku merokok pada anak-anak dan remaja. 

Dalam materinya beliau menyatakan anak-anak muda generasi Z memiliki karakteristik tertentu sehingga dalam menyampaikan suatu pesan kesehatan seperti mencegah perilaku merokok harus disesuaikan dengan kondisi tersebut. Intervensi kepada remaja memerlukan ragam media, salah satunya yang disarankan adalah dengan menggunakan media sosial. Seorang promotor kesehatan dapat melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak dalam mendukung upaya pencegahan perilaku merokok pada anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun