Semarang. Pada hari Jumat, 31 Mei 2024, dilaksanakan kegiatan Visiting Profesor dalam bentuk kuliah umum dan Talkshow. Kegiatan ini merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka memperingati hari tanpa tembakau sedunia yang diperingati setiap tanggal 31 Mei.Â
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat (PPPKMI) Pengda Jawa Tengah yang berkolaborasi dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku serta Organisasi Kemahasiswaan BEM Tingkat Fakultas.Â
Dalam memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, kegiatan yang diselenggarakan ini bertema "Empowering Youth Againts Tobacco Uniting for a Smoke Free to Child. Wakil ketua pelaksana acara HTTS dalam hal ini menyatakan bahwa tema yang dibawakan kali ini membawa harapan agar anak-anak baik di zaman sekarang atau kedepanya dapat hidup di lingkungan sehat bebas asap rokok.
Dalam rangkaian acara yang pertama yaitu visiting professor, pembicara yang hadir yaitu Prof. Dra. R. A. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D yang merupakan guru besar Fakultas, Kedokteran Kesehatan Masyarakat, Keperawatan Universitas Gajah Mada. Kegiatan ini dimoderatori oleh Dina Rahayuning P., STP. M.Gizi yang merupakan dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Acara yang bertajuk Visiting Professor dengan topik pembahasan Communication Skill Pencegahan Perilaku Merokok pada Anak-Anak dan Remaja dilaksanakan secara offline. Kegiatan ini dilaksanakan di Gedung Prof. Soedarto Universitas Diponegoro dan dihadiri oleh sekitar 200 lebih peserta yang merupakan mahasiswa Universitas Diponegoro yang berasal dari berbagai fakultas.Â
Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat (PPPKMI) Pengda Jawa Tengah dengan bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Rangkaian acara yang kedua yaitu Talkshow dengan tajuk Empowering Youth Against Tobacco dihadiri oleh dua pembicara utama, yaitu dr Farhan Mari Isa yang merupakan medical doctor health influencer dan Sarah Muthiah Widad yang merupakan perwakilan dari komunitas pengendali tembakau.Â
Kegiatan yang dilaksanakan di Gedung Prof Soedharto Universitas Diponegoro merupakan kolaborasi antara Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat (PPPKMI) Pengda Jawa Tengah dengan organisasi kemahasiswaan tingkat Fakultas Kesehatan Masyarakat yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 500 peserta dari berbagai fakultas dan universitas, siswa SMA serta masyarakat umum.
Protecting Children form Tobbaco Industry Interference yang merupakan tajuk utama dalam memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), merupakan hal krusial. Â Sarah Muthiah Widad (communication associate dari komite nasional pengendalian tembakau) dalam acara Talkshow menyampaikan bahwa anak-anak merupakan kelompok usia yang rentan untuk terpapar intervensi industri rokok, dikarenakan pada saat ini anak-anak menjadi target industri rokok untuk menjadi "konsumen pengganti".Â
Isu intervensi industri rokok kepada anak merupakan kondisi "gawat darurat" yang harus dihadapi. Berdasarkan fakta, banyak diantara anak-anak dan remaja di Indonesia yang melakukan aktivitas merokok, yang mana hal ini dapat menurunkan kualitas hidupnya. Hal ini merupakan suatu bahan evaluasi bagi pemerintah untuk melakukan intervensi pencegahan merokok, salah satunya dengan adanya pelarangan iklan dan promosi rokok yang ada di lingkungan masyarakat.
dr Farhan Mari Isa yang merupakan medical doctor health influencer dalam kegiatan ini menyampaikan bahwasanya dalam satu putung rokok terdapat sekitar 4000 zat kimia yang mana 400 diantaranya tergolong sebagai zat berbahaya dan 40 diantaranya bersifat karsinogenik.Â
Adapun dampak negative yang disebabkan oleh rokok ini tidak bersifat instan tetapi kronis. Penyakit kronis merupakan kondisi dimana gejala penyakit akan muncul bertahap dengan rentang waktu yang lama setelah seseorang memutuskan untuk merokok. Beberapa gangguan mental yang dikaitkan dengan aktivitas merokok diantaranya ADHD, anxiety disorder, dan depresi.Â
Adanya kadar nikotin yang tinggi menyebabkan lonjakan dopamine. Ketika seseorang berhenti merokok, kadar dopamine tersebut cenderung habis seketika dan menyebabkan depresi yang lebih parah akibat tidak melakukan aktivitas merokok.
Dra. R. A. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D Â (Guru besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gajah Mada) dalam rangkaian acara visiting professor menyampaikan terkait dengan komunikasi untuk pencegahan perilaku merokok pada anak-anak dan remaja.Â
Dalam materinya beliau menyatakan anak-anak muda generasi Z memiliki karakteristik tertentu sehingga dalam menyampaikan suatu pesan kesehatan seperti mencegah perilaku merokok harus disesuaikan dengan kondisi tersebut. Intervensi kepada remaja memerlukan ragam media, salah satunya yang disarankan adalah dengan menggunakan media sosial. Seorang promotor kesehatan dapat melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak dalam mendukung upaya pencegahan perilaku merokok pada anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H