Mohon tunggu...
Nur Faizah
Nur Faizah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMAN 1 SANGKAPURA

Menulis adalah hobi saya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masyarakat Pulau Bawean-Gresik yang Tidak Dapat Terlepas dari Nilai Leluhurnya

18 Oktober 2022   18:27 Diperbarui: 18 Oktober 2022   18:38 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masyarakat Pulau Bawean-Gresik yang tidak dapat terlepas dari nilai-nilai leluhurnya

 Masyarakat adalah sekumpulan orang dari beberapa individu yang menempati wilayah tertentu dengan jangka waktu yang cukup lama. Disini masyarakat juga menganut suatu nilai-nilai yang dianggap sakral dan berbeda dengan masyarakat di tempat yang lainnya. 

Yang dimaksud nilai-nilai ini adalah suatu kepercayaan tertentu didalam suatu masyarakat berdasarkan kepercayaan akan peristiwa-peristiwa yang telah dialaminya. Peristiwa ini bisa berdasarkan pengalaman pribadi atau diri sendiri dan juga bisa berdasarkan pengalaman atau cerita dari orang lain yang ada disekitar kita.

Kepercayaan yang seperti ini memang tidak bisa terlepas dan dihilangkan dari akal dan kehidupan masyarakat. Walaupun diera globalisasi dan modernisasi yang seperti saat ini, tetapi nilai atau kebudayaan tradisional masa lampau masih dipegang erat oleh masyarakat yang masih menjunjung tinggi akan nilai-nilai tersebut. Karena masih banyak dari masyarakat yang malah melestarikan dan melakukan kegiatan yang disebut sebagai ritual untuk selalu mengenang tentang tradisi yang biasanya dilakukan oleh para nenek moyang dimasa lalu. 

Tetapi dari masyarakat juga ada yang tidak suka dan merasa bahwa kebudayaan yang seperti itu sudah tidak layak lagi untuk tetap dipertahankan apalagi harus dilakukan semacam ritual yang bertujuan untuk mengingat dan melestarikan budaya yang ada pada masa dahulu. Karena orang yang semacam ini sudah mengalami ilmu pengetahuan yang lebih tinggi daripada orang yang masih percaya akan budaya-budaya masa lampau, dan orang yang seperti ini juga sudah tidak percaya akan yang namanya monotheisme yang merupakan tahap teologis dari suatu pengetahuan didalam masyarakat.

Misalnya disini adalah fenomena dalam masyarakat yang masih melekat terhadap kebudayaannya yaitu menganggap bahwa suatu ritual masih dipercaya akan keberadaannya. 

Seperti yang dialami oleh masyarakat di pulau Bawean dimana masyarakat di pulau ini khususnya bagi masyarakat perairan yang bekerja sebagai mata pencaharian nelayan, mereka setiap tahunnya masih melakukan sebuah ritual laut yang biasanya disebut dengan selametan laut. 

Ritual ini dilakukan pada bulan agustus atau juga terkadang pada bulan september. Mereka percaya bahwa pada bulan-bulan ini dewa yang menjaga laut sangatlah mewajibkan terhadap para nelayan untuk melakukan ritual itu. 

Ritual ini dengan cara memberikan kepala dari seekor sapi yang masih segar dan ditambahkan dengan nasi kuning karena nasi kuning ini bermakna bahwa orang atau masyarakat yang melakukan ritual tersebut benar-benar percaya akan ritual yang dilakukannya.

 Sedangkan apabila ritual ini yaitu sebuah kepala dari seekor sapi segar dan ditambah dengan nasi putih, maka dewa penjaga laut itu akan marah-marah karena dianggapnya masyarakat yang melakukan ritual ini setengah percaya akan keberadaan dewa yang menjaga laut tersebut.

Kalau dilihat dari sosiologi pengetahuan terhadap fenomena disini adalah masyarakat masih kurang akan pengetahuan atau ilmu pengetahuan yang tinggi. Mereka masih rendah dan mereka juga masih dalam keadaan kesadaran palsu (pendidikan kritis). 

Padahal semakin kedepan, ilmu pengetahuan semakin maju dan komplek, jadi kita tidak hanya melihat dan menilai dari apa yang sudah ada dimasa lampau, tetapi disini bagaimana kita bisa mempertanyakan mengapa peristiwa tersebut bisa terjadi. 

Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, maka ilmu yang kita miliki juga semakin berkembang. Jadi ilmu pengetahuan yang ada saat ini, itu yang harus kita kembangkan lagi dengan pendidikan kritis yang sudah diperoleh dibangku perkuliahan.

Sebagaimana teori dari Auguste Comte tentang tiga tahap pengetahuan yang ada didalam masyarakat. Tahap yang pertama adalah tahap teologis, yang termasuk didalam tahap ini adalah animisme yaitu tahap dimana makhluk hidup yang ada di dunia ini memiliki roh atau jiwa, politeisme yaitu masyarakat memahami kejadian di dunia dengan dikaitkan terhadap sesosok dewa, dan yang terakhir adalah monotheisme yaitu masyarakat melakukan ritual dengan apa yang terjadi. 

Pengetahuan yang seperti ini layaknya pada masyarakat primitif yang belum mengerti tentang apa itu ilmu pengetahuan dan tulisan. Tahap yang kedua adalah tahap metafisik, tahap ini sudah ada perubahan lebih baik dan tinggi daripada tahap teoogis. Dan tahap yang terakhir adalah tahap positivistik, yaitu memahami fenomena masyarakat dengan cara berfikir positivistik dengan ilmu alam berdasarkan fakta yang bisa dikaji oleh indera kita. 

Didalam tahap pengetahuan ini, masyarakat tidak lagi hanya bisa menerima dengan begitu saja kejadian atau fenomena-fenomena yang ada tetapi masyarakat ini malah mencoba untuk mempertanyakan kembali mengapa fenomena ini terjadi dan mencari pemaknaan dari semua yang ada.

Jadi masyarakat yang masih mempercayai akan budaya atau semacam ritual yang seperti ini, maka masyarakat tersebut masih dalam tahap teologis. 

Berarti masyarakat yang seperti itu masih dikatakan masyarakat yang primitif, dimana ilmu pengetahuannya masih terbatas akan perkembangan didalam hidupnya. 

Lalu yang menjadi sorotan disini adalah apakah lembaga seperti sekolah atau juga lembaga yang bersifat non formal dalam proses transfer of knowledge mash belum biasa mentransfer secara seutuhnya. 

Padahal disini dari segi ilmu pengetahuannya sendiri yaitu dari tahun ke tahun semakin ada perubahan yang juga diikuti oleh berkembangnya proses globalisasi. 

Tujuan dari ini adalah agar perkembangan ilmu pengetahuan masyarakat tidak hanya statnan atau hanya berkembang dalam ranah yang stabil, tetapi harus mengarah pada perkembangan kritis yang akan membuat masyarakat bisa berubah dan berkembang kearah yang lebih maju lagi daripada sebelum-sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun