Pendidikan adalah pilar utama dalam membangun masyarakat yang maju dan beradab. Melalui pendidikan, individu dapat mengembangkan potensi mereka, meningkatkan kualitas hidup, dan berkontribusi pada kemajuan masyarakat secara keseluruhan.Â
Tujuan pendidikan yang komprehensif, mulai dari pengembangan pemikiran kritis hingga pengurangan ketidaksetaraan sosial, menunjukkan betapa pentingnya pendidikan dalam menciptakan generasi yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan masa depan. Oleh karena itu, investasi dalam pendidikan adalah investasi dalam masa depan yang lebih baik bagi semua.
 Modul 1.4 Pendidikan Guru Penggerak mengeksplorasi Konsep tentang Budaya Positif yang harus dikembangkan dan dilaksanakan disekolah untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang nyaman serta dapat  memotivasi guru dan siswa untuk terus mengembangkan dirinya. Adapun Budaya Positif tersebut antara lain:
1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal
Disiplin dan nilai-nilai kebajikan universal adalah dua aspek penting dalam membentuk karakter dan kualitas hidup seseorang.
Disiplin mengacu pada kemampuan untuk mengatur diri sendiri, menjaga keteraturan, dan menjalani hidup dengan tanggung jawab.
Sementara itu, nilai-nilai kebajikan universal adalah prinsip moral dan etika yang diakui secara luas oleh berbagai budaya dan agama di seluruh dunia.
sebagai contoh Peraturan lalu lintas mewajibkan setiap pengendara untuk selalu memakai helm ,itu adalah sebuah peraturan tertulis yang sudah menjadi kwajiban bagi setiap pengendara , namun ada Nilai kebajikan universal yang termuat dalam peraturan tersebut, yaitu keselamatan begitu juga dengan Nilai Disiplin positif yang diterapkan di sekolah juga mengandung Nilai kebajikan yang bermanfaat untuk kita semua.
2.Teori Motivasi, Hukuman dan RestitusiÂ
Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang muncul secara alami dari dalam dirinya sendiri tanpa terpengaruh dari orang lain dan lingkungannya. Motivasi intrinsik menghasilkan sikap dan tindakan Yang akan menjadi karakter kuat dalam diri pribadi, Contoh kita akan mencuci tangan sebelum makan dengan motivasi agar kita terhindar dari penyakit, itu adalah upaya dan kesadaran yang kita lakukan dengan tujuan dan keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri, Hal itu tentu saja akan menjadi sebuah karakter dan bentuk disiplin positif dirinya sendiri dalam upaya menjaga kesehatan.Konsep hukuman dan penghargaan, dan konsep pendekatan restitusi.
Pembelajaran merupakan proses yang kompleks, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang efektif memerlukan pendekatan yang tepat.Dalam proses pembelajaran, reward dan punishment merupakan dua aspek penting yang perlu diperhatikan. Keduanya dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap motivasi dan perilaku belajar siswa.
Penghargaan mengakui prestasi belajar siswa.Pemberian hadiah kepada siswa akan memotivasi mereka untuk belajar dan memberikan rasa percaya diri.Penghargaan juga  memotivasi siswa untuk bekerja lebih keras dan mencapai lebih banyak.Penghargaan dapat berupa pujian, hadiah, atau bentuk kinerja siswa lainnya.
Hukuman merupakan salah satu bentuk konsekuensi atas perilaku siswa yang tidak sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku.Hukuman  membantu meningkatkan perilaku siswa  dan mengurangi perilaku negatif.Namun, hukuman juga dapat menimbulkan dampak negatif jika tidak dilaksanakan dengan benar.
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi di mana siswa dapat memperbaiki kesalahannya dan kembali ke kelompok  dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan siswa untuk menemukan solusi terhadap masalah mereka dan membantu mereka berpikir tentang ingin menjadi orang seperti apa  dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).
3.Keyakinan Kelas
Keyakinan kelas diterapkan sebagai sarana untuk membangun budaya positif. Keyakinan kelas harus berpihak pada siswa dan dibentuk bersama mereka untuk membangun kemandirian mereka.Dalam hal ini guru hanya sekedar sebagai pendukung saja.
Keyakinan kelas bersifat universal dan mencakup banyak aspek berbeda dari kesepakatan atau aturan yang telah diterapkan di kelas.
Budaya sekolah positif adalah budaya sekolah yang terstruktur dan sistematis yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan di sekolah.Budaya sekolah yang positif ini diciptakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sekolah.
Kepercayaan yang tercipta di dalam kelas harus benar-benar bersumber dari kebutuhan siswa untuk membentuk budaya positif.Temukan semua potensi positif untuk digunakan sebagai dasar keyakinan kelas dan secara sadar mempercayainya bersama-sama.Ungkapan-ungkapan yang digunakan juga merupakan ungkapan-ungkapan universal dan positif yang  mudah diingat oleh siswa.Â
Tujuan penerapan kepercayaan di kelas antara lain:Â
- Meningkatkan partisipasi siswa dalam membangun kepercayaan di kelas
- mewujudkan konvensi umum kelas impian untuk pembelajaran yang efektif.
- Tercapainya kemampuan siswa belajar mandiri
- Menciptakan komunikasi multi arah antara guru dan siswa.
- Mengenal budaya positif dan disiplin
Semua tindakan manusia dimotivasi oleh kebutuhan dasar, termasuk kelangsungan hidup, kasih sayang, kebebasan, kegembiraan, dan penguasaan.Ketidakhormatan terhadap etika atau pelanggaran aturan sering kali disebabkan oleh ketidakpuasan terhadap kebutuhan dasar.
Memahami hal ini akan membantu mengatasi masalah, seperti  Doni  mencari perhatian atau makanan dari teman.Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan dasarnya dengan berbagai cara Jika mereka tidak berhasil secarapositif,mereka mungkin  melanggar peraturan atau gagal mematuhi nilai-nilai etika.Â
Dalam pendidikan, siswa yang kesulitan secara akademis mungkin berusaha mengendalikan perilaku negatif, sementara siswa yang merasa tidak diterima mungkin mencari kasih sayang. Hal ini juga berlaku bagi guru yang mungkin mencari kepuasan kebutuhan seperti penguasaan, kebebasan, kegembiraan atau kasih sayang dan penerimaan. Pemahaman ini membantu pimpinan sekolah menciptakan lingkungan yang positif
5.Posisi Kontrol Guru
Diane Gossen, dalam bukunya  Discipline Restructuring Schools (1998), berpendapat bahwa guru perlu mengkaji ulang penerapan disiplin di kelasnya selama ini.Apakah ini efektif, apakah ini berpusat pada siswa, membebaskan dan mandiri, bagaimana dan mengapa?
Melalui serangkaian penelitian dan gambaran Dr. William Glasser, Gossen menyimpulkan bahwa ada lima posisi kontrol yang diadopsi oleh guru, orang tua, atau atasan dalam menjalankan kontrol.Lima posisi kendali adalah (1) Punisher, (2) Sinmaker, (3) Friend, (4) Supervisor, dan (5) Manager.Yang pertama adalah posisi kendali sang penghukum.Penghukum dapat menggunakan hukuman fisik atau verbal.
Orang-orang yang berada dalam posisi menghukum selalu mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat memberikan tekanan lebih besar pada siswa.Kedua, lokasi kendali pabrikan terasa salah.Dalam posisi ini, guru atau orang tua seringkali bersuara lebih lembut.Pelaku rasa bersalah akan menggunakan sikap diam untuk membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri.
Dalam posisi ini, siswa akan memiliki harga diri yang rendah, merasa tidak berharga, dan  mengecewakan orang yang dicintainya.Ketiga, posisi kontrol teman.Guru pada posisi ini tidak akan merugikan siswa tetapi akan tetap berusaha mengendalikannya dengan pendekatan persuasif.Posisi seorang teman terhadap seorang guru bisa berdampak negatif atau  positif.Dampak positif disini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan siswa.
Guru yang berperan sebagai teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang.Dampak negatif dari posisi kontrol Anda adalah jika suatu saat guru  tidak membantu, siswa akan kecewa.Siswa merasa frustasi dan tidak mau mencoba lagi. Hal lain yang bisa terjadi adalah siswa hanya akan bertindak terhadap guru tertentu dan tidak terhadap guru lainnya. Siswa akan bergantung pada guru. Keempat, pantau pos pemeriksaan. Pengawasan artinya pengawasan.Saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang yang kita awasi.Posisi pengawasan didasarkan pada aturan dan konsekuensi.
Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan siswa.Layar sangat bergantung pada perhitungan, catatan, data yang dapat dijadikan bukti  perilaku seseorang.Postingan ini akan menggunakan stiker, lembar catatan, dan daftar periksa.Posisi supervisor sendiri berakar pada teori stimulus-respon yang mengisyaratkan tanggung jawab guru dalam mengendalikan siswa.Konsekuensi logis dari penetapan pos pengawasan adalah siswa memahami konsekuensi yang berlaku jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan sekolah Guru tidak boleh menunjukkan  emosi  berlebihan, marah-marah, atau membuat siswa merasa telah melakukan kesalahan.
Siswa selalu merasa tidak nyaman ketika harus berada di kelas saat istirahat dan mengerjakan pekerjaan rumah.Guru harus selalu mengawasi siswa ketika mengerjakan pekerjaan rumah pada  jam istirahat, karena siswa tidak bisa dibiarkan begitu saja.Posisi kontrol terakhir adalah posisi manajer, yaitu dimana guru melakukan sesuatu terhadap siswa, membiarkan siswa bertanggung jawab atas perilakunya, mendukung siswa sehingga mereka dapat mencari tahu sendiri solusi masalahnya.Manajer terampil dalam posisi teman  dan penyelia dan oleh karena itu terkadang dapat beralih kembali ke kedua posisi tersebut jika diperlukan.
Namun, jika kita ingin siswa kita menjadi manusia yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab, Â kita harus memberikan kompensasi yang memungkinkan siswa kita menjadi manajer utama.Dalam manajemen, siswa diajak untuk menganalisis kebutuhan mereka sendiri dan juga kebutuhan orang lain.Disini yang ditekankan bukan pada kemampuan menarik kesimpulan tetapi pada kemampuan bekerjasama dengan siswa bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada.
6.Segitiga Restitusi
Dilansir dari buku Evolusi Pendidikan Bersama Calon Guru Penggerak (2022) oleh Rusliy dan teman-teman, restitusi adalah sebuah cara menanamkan disiplin positif pada murid.Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan. Tujuannya untuk memperbaiki hubungan.Tindakan ini adalah tawaran, bukan paksaan. Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri, mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan, dan lebih berfokus pada karakter bukan tindakan.
Adapun strategi untuk melakukan restitusi meliputi:
- Menstabilkan identitas/stabilize the identity
- Validasi tindakan yang salah/validate the Misbeh
- Menanyakan keyakinan /Seek the Believe
Melalui segitiga restitusi kita dapat mewujudkan mereka menjadi murid yang merdeka.Mereka mampu menyelesaikan masalah dengan motivasi internal dan bertanggung jawab terhadap pilihannya.
Demikian Eksplorasi Konsep dari Modul 1.4 Pendidikan Guru Penggerak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H