5.Posisi Kontrol Guru
Diane Gossen, dalam bukunya  Discipline Restructuring Schools (1998), berpendapat bahwa guru perlu mengkaji ulang penerapan disiplin di kelasnya selama ini.Apakah ini efektif, apakah ini berpusat pada siswa, membebaskan dan mandiri, bagaimana dan mengapa?
Melalui serangkaian penelitian dan gambaran Dr. William Glasser, Gossen menyimpulkan bahwa ada lima posisi kontrol yang diadopsi oleh guru, orang tua, atau atasan dalam menjalankan kontrol.Lima posisi kendali adalah (1) Punisher, (2) Sinmaker, (3) Friend, (4) Supervisor, dan (5) Manager.Yang pertama adalah posisi kendali sang penghukum.Penghukum dapat menggunakan hukuman fisik atau verbal.
Orang-orang yang berada dalam posisi menghukum selalu mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat memberikan tekanan lebih besar pada siswa.Kedua, lokasi kendali pabrikan terasa salah.Dalam posisi ini, guru atau orang tua seringkali bersuara lebih lembut.Pelaku rasa bersalah akan menggunakan sikap diam untuk membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri.
Dalam posisi ini, siswa akan memiliki harga diri yang rendah, merasa tidak berharga, dan  mengecewakan orang yang dicintainya.Ketiga, posisi kontrol teman.Guru pada posisi ini tidak akan merugikan siswa tetapi akan tetap berusaha mengendalikannya dengan pendekatan persuasif.Posisi seorang teman terhadap seorang guru bisa berdampak negatif atau  positif.Dampak positif disini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan siswa.
Guru yang berperan sebagai teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang.Dampak negatif dari posisi kontrol Anda adalah jika suatu saat guru  tidak membantu, siswa akan kecewa.Siswa merasa frustasi dan tidak mau mencoba lagi. Hal lain yang bisa terjadi adalah siswa hanya akan bertindak terhadap guru tertentu dan tidak terhadap guru lainnya. Siswa akan bergantung pada guru. Keempat, pantau pos pemeriksaan. Pengawasan artinya pengawasan.Saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang yang kita awasi.Posisi pengawasan didasarkan pada aturan dan konsekuensi.
Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan siswa.Layar sangat bergantung pada perhitungan, catatan, data yang dapat dijadikan bukti  perilaku seseorang.Postingan ini akan menggunakan stiker, lembar catatan, dan daftar periksa.Posisi supervisor sendiri berakar pada teori stimulus-respon yang mengisyaratkan tanggung jawab guru dalam mengendalikan siswa.Konsekuensi logis dari penetapan pos pengawasan adalah siswa memahami konsekuensi yang berlaku jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan sekolah Guru tidak boleh menunjukkan  emosi  berlebihan, marah-marah, atau membuat siswa merasa telah melakukan kesalahan.
Siswa selalu merasa tidak nyaman ketika harus berada di kelas saat istirahat dan mengerjakan pekerjaan rumah.Guru harus selalu mengawasi siswa ketika mengerjakan pekerjaan rumah pada  jam istirahat, karena siswa tidak bisa dibiarkan begitu saja.Posisi kontrol terakhir adalah posisi manajer, yaitu dimana guru melakukan sesuatu terhadap siswa, membiarkan siswa bertanggung jawab atas perilakunya, mendukung siswa sehingga mereka dapat mencari tahu sendiri solusi masalahnya.Manajer terampil dalam posisi teman  dan penyelia dan oleh karena itu terkadang dapat beralih kembali ke kedua posisi tersebut jika diperlukan.
Namun, jika kita ingin siswa kita menjadi manusia yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab, Â kita harus memberikan kompensasi yang memungkinkan siswa kita menjadi manajer utama.Dalam manajemen, siswa diajak untuk menganalisis kebutuhan mereka sendiri dan juga kebutuhan orang lain.Disini yang ditekankan bukan pada kemampuan menarik kesimpulan tetapi pada kemampuan bekerjasama dengan siswa bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada.
6.Segitiga Restitusi
Dilansir dari buku Evolusi Pendidikan Bersama Calon Guru Penggerak (2022) oleh Rusliy dan teman-teman, restitusi adalah sebuah cara menanamkan disiplin positif pada murid.Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan. Tujuannya untuk memperbaiki hubungan.Tindakan ini adalah tawaran, bukan paksaan. Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri, mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan, dan lebih berfokus pada karakter bukan tindakan.