Mohon tunggu...
Nur Meiyati
Nur Meiyati Mohon Tunggu... -

Saya seorang yang suka belajar banyak hal dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan siapa saja. \r\nBlog : http://nurmeiyati.blogspot.com\r\n http://nurmeiyati-mgl.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Tenses, Google Translate, dan Budaya

15 Oktober 2011   12:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:55 1212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Tenses adalah perubahahan bentuk kata kerja. Sebagai contoh, dalam bahasa Inggris, kata kerja "drive" bisa dalam bentuk "drives", "drive", "drove", dan bisa juga digabung dengan kata lain dalam sebuah frase kerja seperti "is driving", "is going to drive" , "has driven" atau had driven". Kapan menggunakan masing-masing bentuk itu tergantung kapan waktu "drive" itu terjadi dan konteks maknanya. Jadi, tenses bisa dimaknai sebagai bentuk kata kerja yang berubah karena waktu terjadinya berbeda.

"TENSES" DALAM BAHASA INGGRIS DAN BAHASA INDONESIA YANG TIDAK MENGENAL "TENSES"

Bahasa Indonesia tidak mengenal tenses. Perubahan bentuk kata kerja tidak pernah ada dalam bahasa Indonesia. Hanya ada satu kata: 'mengemudi". Kapan pun waktu terjadinya kata itu tetap"mengemudi". Paling hanya ditambah aspek waktu yang berlaku untuk semua kata kerja seperti "sedang", "akan", "sudah" yang hanya mencakup waktu "persis saat ini", "di masa datang atau belum terjadi" dan ''lampau".

Diantara banyak hal yang berbeda antara bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia, masalah tenses adalah salah satunya. Bahkan banyak dari para pembelajar bahasa Inggris dari Indonesia yang meletakkan "tenses" sebagai daftar topik yang paling sulit atau setidaknya amat sulit. Tentu saja. Dari bentuk atau formatnya saja hal-hal yang harus diperhatikan sudah "seabrek" (Jawa: banyak sekali) Belum lagi tentang "the use" atau penggunaannya.

Pertama, tenses tidak ada dalam bahasa Indonesia. Apabila akan menambahkan info mengenai waktunya, kalimat itu ditambahi kata/ frase yang menunjukkan aspek waktu seperti 'sedang' 'akan' dan 'sudah'.  Kedua, mungkin karena terkait dengan bahasa atau budayanya, pemahaman tentang waktu saat suatu aksi/ kegiatan atau fakta tersebut tidak jadi perhatian. Apakah suatu peristiwa sudah terjadi saat kini, lampau atau belum terjadi, mungkin memang kurang jadi fokus perhatian dalam budaya masyarakat dan kemudian tercermin dalam bahasanya atau sebaliknya: karena bahasanya tidak ada fokus perbedaan waktu maka memperkuat aspek budaya tersebut.

Di satu sisi, ketiadaan tenses dalam bahasa Indonesia membuat para pembelajar bahasa Indonesia lebih mudah menggunakannya karena tidak rumit. Di sisi lain, tenses dalam bahasa Inggris rumit dan sulit dipelajari, bahkan bagi para anak-anak yang merupakan native speaker' sendiri. Di sisi lain, kerumitan itu membawa kebaikan tersendiri juga. Dengan adanya tenses, bahasa Inggris lebih mampu menyatakan sesuatu dengan 'precise' (tepat, persis) seperti budayanya sendiri. Atau memang sebaliknya, karena terbiasa dalam bahasa yang harus 'precise' , masyarakat terpelajar pengguna bahasa itu juga berbudaya segala sesuatunya 'precise'.

Sebagai contoh ketika seseorang mengatakan " He drove his car very fast ". Tanpa keterangan waktu pun kalimat itu sudah menjelaskan bahwa kegiatan '"dia mengemudi mobil dengan cepatnya" tersebut sudah terjadi, satu kali, di suatu saat tertentu di masa yang sudah lampau (past). Bandingkan dengan kalimat bahasa Indonesia "Dia mengemudikan mobilnya dengan cepat'. Kalimat itu sudah betul dalam bahasa Indonesia. Bagi orang Indonesia tidak masalah kapan terjadinya. Kalau orang lain ingin tahu kapan mengemudikan mobilnya itu, baru orang itu tanya 'kapan?''.

Namun bagi orang Inggris yang sudah terbiasa precise dengan penggunaan tenses kalimat itu akan membingungkan dalam menerjemahkannya, karena secara otomatis otaknya akan menanyakan kapan itu terjadi. Apakah dia harus mengartikannya "He is driving his car very fast", ataukah "He drove his car very fast", atau "He drives his car very fast", atau "He has driven his car very fast". Begitulah proses berpikirya. Dan begitu pulalah cara kerja Google Translate yang biasanya tidak bisa menerjemahkan kalimat bahasa Indonesia yang tidak memiliki tenses ke dalam bahasa Inggris dengan tenses yang benar.

KETIADAAN "TENSES" DALAM BAHASA INDONESIA DAN KALIMAT DALAM ILMU SEJARAH

Kalimat-kalimat dalam sejarah yang ditulis bahasa Indonesia juga sering menimbulkan salah faham bagi orang yang sudah terbiasa dengan 'tenses". Terlebih bila kalimat itu sebagai soal (quiz) di sekolah yang tidak ada konteks bacaannya. Sebagai contoh, ada soal berbunyi: "Tugas Daendels sebagai Gubernur Jendral Belanda adalah .....". Bagi orang Indonesia yang sudah mempelajari sejarah Indonesia atau mengalaminya sendiri tentu sudah tahu bahwa Daendels itu sudah meninggal tahun 1818 dulu dan saat ini Indonesia tidak lagi berada di bawah Belanda. Bagaimana seandainya yang membaca adalah seorang siswa SD yang bahasa ibunya adalah bahasa Inggris dan tidak tahu sejarah Indonesia?

Contoh lain, "Berikut adalah tanaman wajib yang harus ditanam rakyat Indonesia kecuali ....."  Orang berbahasa Inggris yang tidak tahu sejarah Indonesia mungkin mengira itu terjadi waktu ini bukan seperti yang dimaksud penulis dalam sejarah 'tanam paksa' di Indonesia jaman Pemerintah Kolonial Belanda dulu.

KETIADAAN "TENSES" DALAM BAHASA INDONESIA DAN GOOGLE TRANSLATE

Sewaktu orang mengatakan "Ada mobil di sana", bagi orang Indonesia, maknanya harus ditebak dari konteks kapan saat orang bicara seperti itu. Tapi saat kalimat itu tertulis aspek waktunya tidak bisa ditebak.  Itulah kenapa  Google Translate belum bisa menerjemahkan secara persis dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Masalahnya, sang mesin Google Translate tidak dapat membaca apa yang kita pikirkan, dia hanya bisa membaca apa yang tertulis. Pengalaman, saat saya cari nama saya di search engine saya lihat nama saya dan judul posting pertama saya di Kompasiana 20 Agustus 2011 lalu yang berjudul "Pancasila, Agama, dan Moralitas" muncul bersama "transalte this page". Saya baca isinya, ternyata banyak hal berbeda dari apa yang saya maksudkan. Diantaranya, apa yang maksud sudah terjadi saat lampau (past) menjadi present (past) dan sebaliknya. Oleh karena itu saya copy kemudain saya edit lagi bahasa Inggrisnya dan kemudian saya post kan dalam blog saya (yang baru saya buat sejak Mei 2011 : http://nurmeiyati-mgl.blogspot.com pada tanggal 27 September 2011.

BAHASA INGGRIS DAN BUDAYA 'PRECISE"

Selain masalah aspek waktu, bahasa Indonesia juga tidak begitu memperdulikan aspek jumlah: berapa mobilnya, satu atau dua atau lebih. Bandingkan dengan "There is a car over there, near the banyan tree". Sudahlah jelas bahwa fakta "ada" mobil di sana, di dekat pohon beringin saat ini. Kalau orang merujuk pada fakta atau keadaan bahwa adanya mobil di sana pada saat tertentu lampau, dia harus mengatakan "There was a car over there, near the banyan tree".

Jumlahnya juga jelas hanya satu. Kalau jumlahnya lebih dari satu, dia harus mengatakan secara 'precise' misalnya "There are two cars in the parking lot", atau "There are a lot of cars in the parking lot". Orang yang berbahasa Inggrri harus sangatlah waspada dengan jumlah yang tepat, satu, dua atau lebih atau tidak bisa dihitung. Jumlah sangatlah penting dalam bahasa Inggris, karena hal itu akan mempengaruhi bentuk kata kerja, bentuk 'to be' bentuk kata sifat yang menyatakan jumlah (quantity adjectives) dan masih banyak lainnya.

Mungkin karena itulah seseorang yang terbiasa berbahasa Inggris, bahkan meski dia orang Indonesia, tanpa sadar otaknya menjadi terbentuk untuk berbicara secara precise: persis, tepat dan rinci. Dia akan waspada dengan aspek waktu sehingga dia akan membuat kalimat semacam "Tadi dia mengemudikan mobilnya dengan cepat sekali" atau "Kalau nanti malam kamu sampai di rumahnya, pasti dia sudah pergi tidur". Dia juga akan menjadi waspada dengan aspek jumlah yang tepat atau persis. Dapat pula tanpa sadar dia akan membuat kalimat "Ada sebuah mobil di dekat pohon beringin" ", meski pun dengan kalimat "Ada mobil di dekat pohon beringin" orang sudah menerimanya sebagai kalimat bahasa Indonesia yang benar meski tidak 'precise'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun