Permasalahan gizi pada remaja di Indonesia terbilang kompleks. Padahal mereka adalah calon pemimpin yang akan membentuk masa depan Indonesia. Saat ini, permasalahan Indonesia memiliki tiga beban (triple burden) masalah gizi yaitu gizi kurang, gizi lebih dan kekurangan zat gizi mikro.Â
Untuk itu, sebagai wujud kepedulian perusahaan terhadap permasalahan ini, Danone Indonesia bekerja sama dengan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institute Pertanian Bogor (IPB) meluncurkan buku panduan Generasi Sehat Indonesia (GESID). Tujuannya untuk mempersiapkan generasi emas Indonesia yang bebas stunting. Buku panduan ini juga berisi informasi kesehatan berupa edukasi gizi dan kesehatan remaja, anemia, malnutrisi, bagaimana mengatasi body image pada remaja, pendidikan kharakter, isi piring ku, dll.
Untuk memerkenalkan buku panduan GESID ini, Danone Indonesia  menyelenggarakan webinar launching Program GESID (Generasi Sehat Indonesia) bertemakan 'Edukasi Gizi dan Kesehatan bagi Remaja SMP dan SMA'. Webinar ini diselenggarakan pada hari Senin 14 Desember 2020. Webinar ini pun dapat disaksikan di Channel Youtube Danone Indonesia.
Kegiatan ini menghadirkan para narasumber Drg. Kartini Rustandi, M.Kes (Sesditjen Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI), Prof. Dr. Ir. Sri Anna Maryati, Msi (Ketua Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB), Vera Galuh Sugijanto (VP General Secretary Danone Indonesia), Karyanto Wibowo (Sustainable Development Director Danone Indonesia) dan Sharla Martiza (Pemenang The Voice Kid 2017, Siswi SMA).
****
Menurut data Balitbangkes 2015 tercatat ada 52,5% remaja mengalami defisiensi energi berat, di mana mereka mendapatkan kurang dari 70% energi dalam konsumsi makanan hariannya.Â
Di sisi lain, drg. Kartini Rustandi, M. Kes, menjelaskan bahwa 1 dari 4 remaja mengalami stunting, sementara 1 dari 7 mengalami kelebihan berat badan. Masalah lain yang  dihadapi oleh masyarakat Indonesia adalah tingginya tingkat kekurangan zat gizi mikro, seperti zat besi yang berdampak pada anemia dengan prevalensi 32% pada usia 15-24 tahun.
"Indonesia membutuhkan remaja yang produktif, kreatif, serta inovatif demi kemajuan bangsa. Hal tersebut hanya dapat dicapai apabila remaja sehat dan berstatus gizi baik. Hal ini juga sejalan dengan salah satu arah kebijakan dan strategi dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, melalui percepatan gizi masyarakat. Karenanya, kami sangat menghargai segala upaya kerjasama multipihak untuk memberikan edukasi gizi bagi remaja Indonesia untuk mendorong perilaku hidup sehat sehingga kebutuhan akan gizi seimbang bisa terpenuhi," ungkap drg. Kartini.
Dia juga menambahkan bahwa peningkatan kesehatan melalui perbaikan pola komsumsi makanan sesuai dengan gizi seimbang, perbaikan perilaku sadar gizi, aktifitas fisik dan kesehatan yang penting bagi anak-anak kita, kemudahan akses sesuai ilmu dan teknologi, dan yang terpenting sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
Namun satu hal yang perlu kita perhatikan di masa Pandemi Covid-19 adalah  kita perlu tetap sehat dan produktif. Untuk itu menjaga asupan gizi amat penting. Kamenkes RI mengapresiasi, mendukung dan menyambut baik buku panduan Generasi Sehat Indonesia (GESID).Â
"Danone memiliki visi One Planet One Health kami percaya bahwa kesehatan manusia dan kesehatan bumi berhubungan sangat erat. Kami (Danone Indonesia) termotivasi untuk berkontribusi dalam bidang nutrisi, kesehatan dan lingkungan'' tegasnya.
Vera juga  mengungkapkan Danone Indonesia dalam mengedukasi pentingnya gizi bagi remaja telah membangun kolaborasi dengan IPB, Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat agar dapat membuat program sesuai tahapan usia dan lingkungan dimana mereka berada.
Kami tentunya berharap dengan launching program GESID ini, Danone Indonesia dapat menginspirasi lebih banyak sekolah, guru, dan remaja SMP dan SMA untuk bersama-sama menjaga generasi sehat indonesia.
Beliau berharap bahwa buku panduan GESID diharapkan dapat diaplikasikan oleh remaja dan mudah dipahami. Itu kenapa buku panduan ini dibuat semenarik mungkin. Di dalam panduan ini dikupas berbagai informasi kesehatan, baik itu pendidikan karakter, anemia, gizi, isi piring ku, kesehatan reproduksi remaja, dan juga menyangkut pengetahuan remaja.
Menurut Sri Anna, body image remaja merupakan hal yang perlu di edukasi juga kepada para remaja SMP dan SMA. Mereka acapkali merasa gemuk padahal ketika dilihat indeks masa tubuh tidak obesitas. Khawatirnya mereka melakukan diet ekstrim, untuk itu perlu juga adanya  edukasi.
Buku panduan GESID Â ini berbicara mengenai tiga pilar utama bagi para remaja, yaitu Aku Peduli, Aku Sehat, dan Aku Bertanggung Jawab. Ketiga pilar ini tidak hanya mengajarkan tentang komposisi makan yang dapat memenuhi kecukupan gizi para remaja, tetapi juga bagaimana hal itu akan memengaruhi mereka di masa mendatang dan mengajak mereka untuk bertanggung jawab atas diri mereka."
Lebih lanjut, Prof. Anna menjelaskan tiga pilar yang terdapat dalam buku panduan GESID, yaitu:
Aku Peduli: membantu remaja untuk mengenali tubuhnya, mulai dari ciri-ciri pubertas, merawat kesehatan reproduksi, hingga tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) dan bagaimana kondisi kesehatan saat mereka masih remaja ini akan memiliki dampak panjang di masa mendatang, saatnya mereka tumbuh dewasa dan menjadi orangtua.
Aku Sehat: memberikan pemahaman mengenai peranan gizi bagi kesehatan dan kualitas hidup, serta gizi seimbang. Remaja diajak untuk mencermati kebutuhan gizi mereka, serta berbagai permasalahan gizi yang banyak terjadi pada remaja dan bagaimana menghindari atau mengatasinya.
Aku Bertanggung Jawab: mengajak remaja memahami permasalahan sosial seperti pernikahan dini dan dampaknya. Selain itu, pilar ini juga menjelaskan proses pembentukan karakter pada remaja untuk membantu mereka membangun karakter yang positif.
Dia menambahkan "Buku ini sangat membantu untuk memahami tentang gizi seimbang dan bagaimana pola makan yang baik. Selain itu, banyak pengetahuan lain yang membantu aku lebih mengenali kondisi tubuhku sebagai remaja. Aku jadi sadar bahwa kita tidak perlu terpaku pada bentuk tubuh tertentu, karena setiap orang berbeda. Yang paling penting adalah kita sehat dan gizi kita tercukupi. Ini yang menurutku penting untuk disampaikan ke teman-teman."
Sayangnya masyarakat melihat stunting lebih kepada tinggi badan. Padahal stunting tidak hanya berakibat pada tubuh yang pendek saja, tapi juga dapat menimbulkan dampak kesehatan lain. Penderita stunting umumnya rentan terhadap risiko terserang penyakit, memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, bahkan dapat menimbulkan produktivitas yang rendah saat dewasa.
"Untuk itu kami (Danone Indonesia) berharap dengan buku panduan GESID yang di launching hari ini dapat membantu pemerintah mewujudkan anak-anak kita menjadi menjadi generasi emas pada 2045. Kami berharap di tahun 2045 Indonesia telah menjadi salah satu negara maju di dunia," tegasnya dalam kegiatan webinar.
Danone Indonesia juga berharap program ini dapat dilakukan di banyak sekolah menengah lain, sehingga akan lahir duta-duta GESID yang dapat membantu lebih banyak remaja untuk memahami dan menerapkan pola makan dengan gizi seimbang.
Sejak diluncurkannya program "Isi Piringku" oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2017, Danone Indonesia telah berkomitmen untuk terus melakukan edukasi yang dapat mendukung pemahaman yang lebih baik akan pemenuhan gizi anak. Sebelumnya perusahaan telah meluncurkan program Isi Piringku untuk balita dan siswa Sekolah Dasar. Program GESID ini merupakan kelanjutan dari komitmen perusahaan untuk mengedukasi remaja SMP dan SMA.
* PS: Wah saya jadi penasaran ingin membaca buku panduan GESID ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H