Hari Minggu, tanggal 28 Juni 2015
Untuk mengantisipasi aksinya lagi, seperti biasanya saya berusaha duduk di dekat jendela agar bisa memonitor ketika mereka lewat rumah saya. Paling tidak saya bisa langsung buka pintu. Hp saya sudah saya isi penuh baterainya, jadi sewaktu-waktu untuk mengambil gambar siap dan bisa. Walaupun mungkin gelap hasilnya, karena tidak ada blitz nya. Pintu rumah tetap saya tutup, hanya lampu yang menyala seperti biasa untuk menandakan bahwa ada orang di dalamnya yang sedang bekerja dan tidak tidur.
Saya mencoba dengarkan setiap gerakan orang yang lewat, rasanya tidak mendengar suara gerombolan dari mereka. Mungkin mereka sudah lewat, ketika mesjid sedang kultum. Jadi saya tidak mendengarnya. Tapi saya tahu ada suara orang yang lewat, hanya kurang jelas saja membuat saya tidak langsung membuka pintu.
Namun saya bersyukur hari ini mereka tidak mengganggu lagi. Saya tidak tahu apa karena takut ancaman dari pak RT atau karena pemberitahuan sms saya kepada bu RT, yang menjadi saudara dari pelaku utamanya.
Apa pun itu, semoga kejadian ini tidak terulang lagi. Saya kasihan kepada anak saya yang mendengar terror langsung, bahkan mengenal orang-orang yang melakukannya. Rasanya lucu juga, ternyata kami sudah mengenal dekat anggota gerombolan tadi.
Apa yang dia cari, saya sendiri tidak tahu. Kalau ternyata mau mencuri hp, ternyata hp saya malah jadul, apabila dijual pun harganya sangat murah. Mau nyuri computer, yang ada desktop dan juga sudah banyak yang rusak. Belum tentu punya nilai ekonomis yang tinggi? Hanya karena saya masih pakai saja, saya berusaha memanfaatkannya. Tapi kalau mau dijual, saya yakin banyak orang yang tidak mau. Apalagi dilihat dari kepraktisannya, tentu sangat tidak praktis.
Hari Senin, pagi ini saya tetap siaga dan berusaha duduk di dekat jendela. Takut kecolongan. Apa yang tidak pernah saya duga, ternyata berbalik arah. Rambut memang sama hitam, tapi hati dan niatan siapa yang tahu.Â
Semoga mereka (anak-anak) sadar atau disadarkan. Kasihan orang tuanya yang akan menanggung beban, apabila anak-anaknya berpolah dan bertingkah yang tidak baik. Apalagi mereka masih anak-anak, jangkauannya masih panjang.
Itu saja harapan saya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H