[caption id="attachment_303849" align="aligncenter" width="382" caption="Even a bad run is better than no run at all (doc: weheartit.com)"][/caption]
Maaf tulisan ini sekedar reposted saja, karena hampir 1 minggu internet saya mati. Baru beberapa menit yang lalu inet saya bisa jalan lagi. Alhamdulillah, benar-benar stress saya tidak bisa buka inet dalam 1 minggu ini. Apapun berita tidak bisa saya baca.
Sebenarnya tulisan ini sudah saya published dan beberapa Kompasianer juga sudah baca. Tapi saya cek barusan kok statusnya unpublished. Berarti waktu saya save tulisan 1 minggu yang lalu berubah jadi unpublished. Setelah itu inet saya mati semu selama 1 minggu. Saya tidak tahu kenapa nya. Dasar gaptek kalee yaa.
******
Itulah salah satu bunyi dari syair lagu yang aku dengarkan dalam liburan weekend kemarin. Maklum hari libur, jadi sedikit santai. Pagi sudah sarapan, minum kopi dan juga sekedar jalan pagi. Tidak perlu lama dalam melakukannya. Terus coba baca berbagai koran online, namun ujung-ujungnya bosan. Ah! iseng-iseng nyari dan ndengerin lagu-lagu kenangan dari Titik Sandora & Mukhsin, Beatles, John Lenon, Celine Dion. Eh, akhirnya kuingat syair lagu diatas, tapi lupa judulnya. Aku nyoba mencari lewat bantuan siapa lagi kalau tidak dari mbah Google. Aha, ketemulah lagu Pertemuan, yang dinyanyikan oleh Anna Mathovani. Silakan dicek lagunya bagi yang ingin bernostalgia.
Berikut lirik lagu selengkapnya, mungkin masih banyak yang ingat lagu ini, karena lagunya jadoel. Tapi tak mengapa buat memerpanjang tulisan ini saja, hehehhehe
Pertemuan Pertemuan malam ini tak kulupakan Pertemuan kali ini membawa kesan Walau sejenak bertemu Hanya sekilas memandang Cukup memberi kenangan indah dan kudus Bilakah kita kan jumpa seperti ini Memandang wajahmu lagi sepuas hati Aku enggan untuk pulang walau waktu tlah menjelang Kuingin hidup seribu tahun lagi ****
Yeah, Kuingin Hidup Seribu Tahun Lagi juga. Tapi apakah ini bukan mimpi? Bagaimana mungkin aku bisa hidup seribu tahun lagi? Sedangkan umur manusia saja mungkin tidak lebih dari 125 tahun. Yang jelas aku ingin hidup dengan berumur panjang, itu iya.
Itulah keinginan yang tiba-tiba muncul gegara banyak yang sibuk membuat resolusi baru. Aku jadi ikutan mempunyai keinginan, yaitu hidup dengan berumur panjang. Karena aku melihat anakku masih kecil. Ingin sekali rasanya aku bisa mendampingi dia dalam mengejar cita-citanya. Apapun itu, semoga dia bisa berguna bagi agama, bangsa dan negara. Bahkan dunia kalau bisa. Itulah harapanku, dia bisa menjadi milik dunia, bukan hanya milik bangsa Indonesia saja.
Disamping itu dengan berumur panjang, aku ingin tetap berkarya untuk mengejar impian-impianku yang lain. Jadi tidak hanya ingin berumur panjang saja, tetapi kuingin terus mengejar impianku yang lainnya, yaitu menulis dan menikmati hidup.
Apakah ini salah?, atau aku yang mencekoki pikiran anakku untuk menjadi apa yang menjadi harapan orang tua, terutama ibunya? Bukankah aku berharap, apapun profesi dia nantinya, aku tidak keberatan.
Untuk itu aku memang sedang berusaha untuk hidup sehat, rajin berolah raga, dan tidur yang cukup setiap harinya. Dan tidak lupa selalu berusaha menikmati hidup, disamping bersosialisasi atau bersilatutakhmi. Tapi aku tidak ingin hidupku bergantung pada orang lain. Alias tidak menjadi bebanlah bagi orang lain, termasuk ke anakku sendiri. Apa enaknya hidup dengan berumur panjang, tapi bergantung pada orang lain dan sakit-sakitan ya?.
Aku jadi ingat karya sastra, yang mempunyai semangat tinggi dalam hidup. Hal ini terlihat dari karyanya yang penuh semangat menggelora, yaitu puisi Aku karya Chairil Anwar. Dia juga mempunyai keinginan untuk hidup 1000 tahun lagi. Jadi tak salah kalau aku pun ingin mempunyai semangat yang sama dengan mereka dalam mengarungi hidup ini.
Berikut saya sertakan puisi Aku sebagai pelengkap. Lumayan sudah cukup lama hasil karya beliau dari bulan Maret 1943. Namun sampai sekarang masih ada. Padahal beliau sudah lama meninggal. Inikah makna yang tersirat dibalik Aku ingin hidup 1000 tahun lagi? Luar Biasa pengaruh dari sebuah tulisan/karya yang tertulis.
Aku Kalau sampai waktuku ‘Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Maret 1943 ***
Bagaimana menurut Anda?. Kelihatan lebay ya? Sekedar intermezo saja. Walaupun itu suatu keinginan yang mendalam dan tulus. Kalau bukan jasadnya yang bertahan lama, paling tidak karya yang menggantikannya seperti halnya karya Chairil Anwar dan Anna Mathovani agar bisa tetap bertahan. Biar pun tulisan ini sangat sederhana, tapi Kuingin Hidup Seribu Tahun lagi. Yeah sebagai kenangan dan warisan buat anak cucu nanti, bahwa aku pernah terlahir dan merenda kehidupan di dunia yang fana ini.
Selamat Tahun Baru 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H