Mohon tunggu...
Nunung Masruroh
Nunung Masruroh Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP N 9 Mandau Duri

Seorang guru yang memiliki concern pada dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Coaching Wujud Nyata Pendidikan yang Berpihak pada Murid (Koneksi Materi Modul 2.3)

15 Desember 2022   21:07 Diperbarui: 15 Desember 2022   21:32 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

COACHING WUJUD  NYATA PENDIDIKAN YANG BERPIHAK PADA MURID ( Koneksi Materi Modul 2.3)

Oleh Nunung Masruroh

Guru SMPN 9 Mandau Kab. Bengkalis Riau

CGP Angkatan 6

Apakah  Pendidikan kita  selama ini sudah berpihak pada murid?, apa itu coaching?, apa hubungan coaching dengan Pendidikan yang berpihak pada murid?

 Menurut KH. Dewantoro Pendidikan merupakan upaya untuk menumbuh kembangkan segala kodrat yang ada pada murid.  Maka fokus utama proses Pendidikan itu adalah murid, murid dan murid. Oleh karena itu sudah semestinya  Pendidikan yang dijalankan benar-benar berpihak pada murid, indikator keberpihakan  pada murid diwujudkan dalam " pembelajaran dengan suasana belajar yang  interaktif;  inspiratif; menyenangkan; menantang; memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik" (standar proses pada Standar Nasional Pendidikan,  Pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b) .  Untuk memastikan bahwa keberpihakan tersebut  benar-benar berjalan maka perlu ada mekanisme yang memastikannya. Salah satu cara memastikannya adalah dengan melaksanakan  supervisi akademik.

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sedangkan Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Bagaimana penerapan coaching dalam mewujudkan Pendidikan yang berpihak pada murid? Coaching dalam dunia Pendidikan bisa diterapkan dalam bentuk :

1. Supervisi Akademik

Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada murid. Oleh karena itu kegiatan supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001). Jadi selain untuk memastikan berjalan tidaknya pendidikan yang keberpihakan pada anak,  supervisi akademik juga hendaknya dapat memberi efek penguatan positif atau  pemberdayaan pada tenaga pendidik sebagai upaya untuk mengembangkan dirinya dalam kapasitas sebagai tenaga professional juga sebagai seorang individu dan anggota masyarakat yang bertanggung jawab.   .Pada kenyataannya supervisi akademik lebih sering dipandang sebagai suatu proses pemenuhan tuntutan administrasi saja, yang identik dengan upaya mencari-cari kesalahan, tidak terencana, tidak berkelanjutan,  bersifat satu arah serta membawa kesan yang menakutkan. Oleh karena itu diperlukan pendekatan baru dalam pelaksanaan supervisi pendidikan yang bukan hanya berfungsi sebagai kontrol pengawasan yang hanya mengevaluasi tetapi juga mampu memberdayakan,  Paradigma supervise akademik yang memberdayakan dikenal dengan istilah coaching. International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai"...bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif. Prinsip coaching dikembangkan dari tiga kata kunci pada definisi coaching, yaitu "kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi". Dari  ketiga prinsip dasar coaching teresbut maka  dapat diartikan proses coaching adalah proses pemberdayaan yang bersifat kemitraan antara coach dan coache, dengan melalui proses yang kreatif dengan pola komunikasi dua arah, dan  sasaran utamanya  memaksimalkan potensi coache. Adapun  Paradigma yang berpikir yang mendasari  proses coaching meliputi fokus pada coachee/rekan yang ingin dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, mampu melihat peluang baru dan masa depan, hal-hal tersebut menjadi fondasi dasar bagi pelaksanaan coaching.

Dalam melaksanakan coaching, hendaknya seorang pendidik yang berperan sebagai coach harus memiliki kompetensi coching yaitu  Kehadiran Penuh/Presence,  mendengarkan aktif dan  mengajukan pertanyaan berbobot. Kehadiran penuh diperlukan agar coach dapat fokus pada coache, hadir sepenuhnya menjadi mitra coachee, kemudian biasa mendengarkan secara aktif apa yang disampaikan coache,  Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara. Dalam percakapan coaching, fokus dan pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni mitra bicara. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada di pikirannya termasuk penilaian terhadap coachee. Kemampuan mendengarkan aktif atau menyimak perlu dilatih untuk fokus pada apa yang dikatakan oleh coachee dan memahami keseluruhan makna yang bahkan tidak terucapkan, serta mennghindari asumsi judgemen juga  asosiasi, untuk bisa menjadi pendengar yang aktif, kita bisa melakukan melalui pendekatan RASA ( Receive, acknowledge, ask dan resume), sehingga  akhirnya bisa menggali potensi coache melalui pertanyaan -pertanyaan yang berbobot yang memberdayakan dan memancing kreatifitas coachee.  Percakapan antara coach dan coache dilakukan dengan  alur TIRTA yakni, menentukan tujuan, identifikasi, rencana aksi dan tanggung jawab. Setelah tahapan TIRTA dilaksanakan maka perlu ada umpan balik sebagai wujud dari langkah refleksi yang kemudian mengarah pada tindak lanjut. saat memberikan umpan balik, coach menggunakan data sesuai kebutuhan coachee untuk mengajak coachee mendapatkan pembelajaran dari melakukan pengukuran, menganalisis, menarik kesimpulan secara mandiri untuk dijadikan landasan perbaikan dan melakukan modifikasi yang dibutuhkan untuk performa yang lebih baik.

Penerapan coaching pada supervisi akademik membantu memastikan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sudah benar-benar berpihak pada murid sekaligus membantu guru untuk memberdayakan dirinya agar bisa merancang, melaksanakan serta melakukan repleksi dan tindak lanjut supaya pembelajaran yang dibawakannya benar- benar  berpihak pada murid. coaching membantu  guru berpikir lebih dalam (metakognisi) dalam menggali potensi yang ada dalam diri dan komunitas sekolahnya sekaligus menghadirkan motivasi internal sebagai individu pembelajar yang berkelanjutan yang akan diwujudnyatakan dalam buah pikir dan aksi nyata demi tercapainya pembelajaran yang berpihak pada murid.

2. Sistem Among dengan Pendekatan Coaching

Pada supervisi akademik komunikasi yang terjalin  melibatkan kepala sekolah dengan guru, atau bisa juga guru dengan guru yang lain.  Kenyataannya percakapan-percakapan coaching bukan hanya diterapkan dalam supervise Pendidikan tetapi juga dapat   digunakan pada proses pendampingan yang dilakukan oleh guru pada murid. Sistem Ing Ngarso  Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid. Sebagai seorang Guru (pendidik/pamong) dengan semangat Tut Wuri Handayani, maka perlulah kita menghayati pendampingan dengan pendekatan coaching sebagai salah pendekatan komunikasi dengan semangat among/ menuntun ( Dikutip dari modul 2.3 Pendidikan CGP). Untuk bisa berperan sebagai coach seorang pendidik perlu membekali diri dengan sikap mental dan emosi yang matang, sebab kemampuan coaching akan lahir dan kematangan pribadi, sehingga murid pun merasa nyaman dalam bimbingan  gurunya. Keterampilan coaching  harus dimiliki oleh guru dalam perannya sebagai pemimpin pembelajaran agar pembelajaran bisa berhasil dengan maksimal. Penerapan coaching dengan semangat among berpedoman pada prinsip dasar

-Murid adalah mitra belajar

- Dialog yang emansifatif

- Tercipta ruang perjumpaan antara murid dan guru

- Kasih dan persaudaraan

Dari prinsip dasar coaching tersebut di atas maka murid ditempatkan sebagai mitra belajar yang akan saling mengembangkan   dan saling memberdayakan dengan guru sebagai pamongnya, proses pengembangan dan pemberdayaan dilakukan melalui dialog yang emansifatif yang memungkinkan murid untuk ikut serta terlibat dalam mengambil solusi alternative atas masalah yang dihadapinya, komunikasi dua arah yang bersifat kemitraan akan menimbulkan kepercayaan murid terhadap guru sehingga tercipta ruang perjumpaan antara guru dan murid yang dibangun dengan dasar komunikasi yang efektif, serta didasari dengan semangat kasih sayang dan persaudaraan.  Maka dengan demikian  coaching pada murid akan memaksimalkan potensi murid serta akan berdampak pada kemampuannya dalam menyusun dan menentukan pilihan -pilihan hidup yang bertanggung jawab baik pada dirinya, serta lingkungan sekitarnya baik masa kini maupun di masa yang akan datang.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa coaching merupakan bagian dari perwujudan Pendidikan yang berpihak pada murid.karena penerapan-penerapan coaching semuanya berujung pada pengembangan diri murid. Pada coaching juga kita melihat bahwa masalah-masalah yang diangkat dalam pelaksanaan coaching, justru akan menjadi sarana untuk memunculkan kreatifitas yang sebelumnya tidak kita bayangkan.  Selain coaching,  kita juga mengenal istilah pembelajaran berdifrensiasi yakni  pembelajaran yang disajikan untuk mengakomodir kebutuhan belajar anak. Jadi pada pembelajaran berdiferensiasi dasar pemilihan keputusan untuk penyajian pembelajaran bukan semata-mata pertimbangan maunya guru tetapi berpijak pada data real kebutuhan belajar anak. Di sisi lain,  pembelajaran juga harus mengembangkan berbagai kodrat anak termasuk didalamnya  perkembangan social emosional anak, sebab Pendidikan bukan hanya bertujuan menciptakan anak sukses tetapi juga menciptakan anak yang bahagia serta dapat menyesuaikan dan diterima oleh lingkungannya. Dengan demikian coaching, pembelajaran berdiferensiasi serta pembelajaran social emosional merupakan wujud nyata upaya-upaya menciptakan Pendidikan yang berpihak pada anak sehingga terwujud profile pelajar Pancasila. Sebagai pendidik, tugas kita adalah memastikan bahwa pendidikan yang kita laksanakan bisa berjalan sebagai mana mestinya seperti yang tertuang dalam konsep  Pendidikan KH Dewantoro, sesuai dengan nilai dan peran kita. Banyak fakta di lapangan yang masih butuh proses penataan ulang termasuk didalamnya pelaksanaan supervisi yang belum sepenuhnya  sejalan dengan semangat coaching, pola pikir yang belum terbiasa dengan pendekatan coaching, serta keterampilan kita yang masih terbatas dalam menerapkan coaching.  Sebagai pendidik kita perlu terus belajar membekali diri kita agar bisa melaksankan tugas kependidikan dengan sebaik baiknya. Termasuk di dalamnya mengasah keterampilan coaching yang butuh proses berlatih, memulai menerapkan coaching pada pembelajaran kita, pada kasus-kasus yang dihadapi anak-anak didik kita baik di dalam maupun di luar kegiatan belajar,  serta turut memberi masukan pada rapat guru tentang bagaimana seharusnya proses supervisi akademik dijalankan.

Kita tidak dapat hidup tanpa ilmu, tetapi ketika ilmu hanya memperkaya khazanah referensi dan hanya menjadi simpanan dalam ruang-ruang memori kita,  maka ilmu sudah kehilangan ruhnya, sebab ilmu menjadi bermakna ketika hidup dalam ruang aplikatif pada kehidupan kita sehari-hari. Tak akan pernah ada kata terlambat untuk memulai kebaikan, mari memulai meski dari hal-hal yang sederhana sekalipun.  Mari kita terus belajar agar menjadi pribadi yang tergerak, bergerak dan menggerakan demi terwujudnya generasi emas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun