2. Sistem Among dengan Pendekatan Coaching
Pada supervisi akademik komunikasi yang terjalin  melibatkan kepala sekolah dengan guru, atau bisa juga guru dengan guru yang lain.  Kenyataannya percakapan-percakapan coaching bukan hanya diterapkan dalam supervise Pendidikan tetapi juga dapat  digunakan pada proses pendampingan yang dilakukan oleh guru pada murid. Sistem Ing Ngarso  Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid. Sebagai seorang Guru (pendidik/pamong) dengan semangat Tut Wuri Handayani, maka perlulah kita menghayati pendampingan dengan pendekatan coaching sebagai salah pendekatan komunikasi dengan semangat among/ menuntun ( Dikutip dari modul 2.3 Pendidikan CGP). Untuk bisa berperan sebagai coach seorang pendidik perlu membekali diri dengan sikap mental dan emosi yang matang, sebab kemampuan coaching akan lahir dan kematangan pribadi, sehingga murid pun merasa nyaman dalam bimbingan  gurunya. Keterampilan coaching  harus dimiliki oleh guru dalam perannya sebagai pemimpin pembelajaran agar pembelajaran bisa berhasil dengan maksimal. Penerapan coaching dengan semangat among berpedoman pada prinsip dasar
-Murid adalah mitra belajar
- Dialog yang emansifatif
- Tercipta ruang perjumpaan antara murid dan guru
- Kasih dan persaudaraan
Dari prinsip dasar coaching tersebut di atas maka murid ditempatkan sebagai mitra belajar yang akan saling mengembangkan  dan saling memberdayakan dengan guru sebagai pamongnya, proses pengembangan dan pemberdayaan dilakukan melalui dialog yang emansifatif yang memungkinkan murid untuk ikut serta terlibat dalam mengambil solusi alternative atas masalah yang dihadapinya, komunikasi dua arah yang bersifat kemitraan akan menimbulkan kepercayaan murid terhadap guru sehingga tercipta ruang perjumpaan antara guru dan murid yang dibangun dengan dasar komunikasi yang efektif, serta didasari dengan semangat kasih sayang dan persaudaraan.  Maka dengan demikian  coaching pada murid akan memaksimalkan potensi murid serta akan berdampak pada kemampuannya dalam menyusun dan menentukan pilihan -pilihan hidup yang bertanggung jawab baik pada dirinya, serta lingkungan sekitarnya baik masa kini maupun di masa yang akan datang.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa coaching merupakan bagian dari perwujudan Pendidikan yang berpihak pada murid.karena penerapan-penerapan coaching semuanya berujung pada pengembangan diri murid. Pada coaching juga kita melihat bahwa masalah-masalah yang diangkat dalam pelaksanaan coaching, justru akan menjadi sarana untuk memunculkan kreatifitas yang sebelumnya tidak kita bayangkan.  Selain coaching,  kita juga mengenal istilah pembelajaran berdifrensiasi yakni  pembelajaran yang disajikan untuk mengakomodir kebutuhan belajar anak. Jadi pada pembelajaran berdiferensiasi dasar pemilihan keputusan untuk penyajian pembelajaran bukan semata-mata pertimbangan maunya guru tetapi berpijak pada data real kebutuhan belajar anak. Di sisi lain,  pembelajaran juga harus mengembangkan berbagai kodrat anak termasuk didalamnya  perkembangan social emosional anak, sebab Pendidikan bukan hanya bertujuan menciptakan anak sukses tetapi juga menciptakan anak yang bahagia serta dapat menyesuaikan dan diterima oleh lingkungannya. Dengan demikian coaching, pembelajaran berdiferensiasi serta pembelajaran social emosional merupakan wujud nyata upaya-upaya menciptakan Pendidikan yang berpihak pada anak sehingga terwujud profile pelajar Pancasila. Sebagai pendidik, tugas kita adalah memastikan bahwa pendidikan yang kita laksanakan bisa berjalan sebagai mana mestinya seperti yang tertuang dalam konsep  Pendidikan KH Dewantoro, sesuai dengan nilai dan peran kita. Banyak fakta di lapangan yang masih butuh proses penataan ulang termasuk didalamnya pelaksanaan supervisi yang belum sepenuhnya  sejalan dengan semangat coaching, pola pikir yang belum terbiasa dengan pendekatan coaching, serta keterampilan kita yang masih terbatas dalam menerapkan coaching.  Sebagai pendidik kita perlu terus belajar membekali diri kita agar bisa melaksankan tugas kependidikan dengan sebaik baiknya. Termasuk di dalamnya mengasah keterampilan coaching yang butuh proses berlatih, memulai menerapkan coaching pada pembelajaran kita, pada kasus-kasus yang dihadapi anak-anak didik kita baik di dalam maupun di luar kegiatan belajar,  serta turut memberi masukan pada rapat guru tentang bagaimana seharusnya proses supervisi akademik dijalankan.
Kita tidak dapat hidup tanpa ilmu, tetapi ketika ilmu hanya memperkaya khazanah referensi dan hanya menjadi simpanan dalam ruang-ruang memori kita, Â maka ilmu sudah kehilangan ruhnya, sebab ilmu menjadi bermakna ketika hidup dalam ruang aplikatif pada kehidupan kita sehari-hari. Tak akan pernah ada kata terlambat untuk memulai kebaikan, mari memulai meski dari hal-hal yang sederhana sekalipun. Â Mari kita terus belajar agar menjadi pribadi yang tergerak, bergerak dan menggerakan demi terwujudnya generasi emas.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H