Sebenarnya dengan pernikahan, ibu dan ayah seharusnya sudah untung. Itu kalau pembagian tugasnya sudah seimbang. Kalau belum? Ya mungkin belum beruntung.
Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh ayah. Sayangnya, dengan kerja yang panjang, ayah kadang suka merasa bersalah, sehingga ketika ada waktu luang, ayah lebih memilih memberikan kebebasan dan memanjakan anak. Padahal seharusnya tugasnya memberikan aturan yang jelas dan tegas, karena umumnya yang bisa bersikap tegas itu adalah pihak ayah.
Kalau tidak ada ketegasan, maka tidak ada aturan.
Tegas = memberikan batasan dan aturan. Tegas itu harus ada tujuan, namun dengan hati yang lembut.
Jadi pada dasarnya, kunci menghadapi masalah anak adalah kita dulu yang harus belajar menyeimbangkan diri. Jika orang tua belum bisa seimbang, maka akan sulit bagi anak untuk bersikap berimbang.
Kita harus bisa menggunakan ketegasan, aturan dan konsekuensi (bukan sanksi!).
Kapan sebenarnya kita harus bertindak tegas?
1. Ketika kita mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai luhur dan penting seperti kejujuran, sholat lima waktu, dan hormat pada orang tua.
2. Ketika memberitahukan sesuatu yang membahayakan diri atau sosial dan juga mengganggu diri atau sosial.
Bedakan antar KETEGASAN (KONSEKUENSI) dengan MENGANCAM (SANKSI):
1. Ketegasan ----> Konsekuensi