Menggandeng korporasi-korporasi untuk terlibat dalam beragam proyek-proyek pendidikan seperti pemberian beasiswa, menjadi tempat magang, webinar dan workshop bagi para pengajar, hibah untuk penlitian, dan semacamnya adalah langkah bagus untuk terus dilaksanakan.
Selain itu, elemen masyarakat yang diharapkan sekali perannya dalam memberikan akselerasi mutu pendidikan adalah keluarga. Keluarga adalah unsur masyarakat terkecil dan merupakan ujung tombak dalam membangun karakter anggota keluarga.
Peran strategis ini tentu diambil oleh seorang “ibu” yang memiliki akses dalam segala hal dalam mendidik anak-anaknya. Peran sebagai utradara atau manager urusan pendidikan dalam keluarga dipegang oleh ibu.
Oleh karena itu perempuan sebagai calon ibu atau sudah menjadi ibu mestinya tidak berhenti untuk belajar. Membaca (baca: mecari ilmu) seyogyanya menjadi kebutuhan sehari-hari yang akan menjadi solusi dalam setiap masalah, termasuk dalam mendidik anak-anak dalam keluarga.
Kiprah Kartini yang juga diikuti oleh adik-adiknya, adalah teladan nyata yang mesti harus ditiru, diperjuangkan oleh kaum perempuan kini.
Jika Kartini berhasil mendobrak hal-hal yang tidak pas masa itu dan berhasil menciptakan kontrusksi baru atas peran perempuan, maka tidak mustahil perempuan hari ini, dengan ilmu yang diperoleh, skill dan fasilitas yang dimiliki, pasti mampu mengambil peran aktif, bergotong royong menciptakan transformasi pendidikan di Indonesia.
Kemalasan dan ketidakpedulian adalah pasung yang sesungguhnya, maka segera lepaskanlah tali pasung itu agar jiwa dan pikiran terbebas dari belenggu. Mari bangkit perempuan Indonesia.
Selamat hari Kartini, selamat bertransformasi untuk pendidikan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H