Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Khusus/Narasumber GPK/Narasumber Praktik Baik IKM

Seorang Guru Pendidikan khusus yang aktif dalam kegiatan literasi, Organisasi Profesi dan berbagai kegiatan terkait Dunia Pendidikan Khusus dan Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Meneladani Finlandia: Mengapa Labelling pada Siswa Harus Dihindari?

30 Januari 2025   06:44 Diperbarui: 30 Januari 2025   06:44 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

3. Menghambat Perkembangan Karakter dan Kemampuan Siswa

Jika seorang siswa diberi label sebagai "rajin", mungkin ia akan selalu berusaha menunjukkan perilaku yang sesuai dengan label tersebut, bahkan ketika merasa kelelahan atau tidak mampu. Sebaliknya, siswa yang diberi label "pemalas" mungkin akan kehilangan motivasi untuk berusaha lebih baik karena merasa sudah dicap sedemikian rupa.

Sistem pendidikan Finlandia menghindari hal ini dengan menekankan proses belajar, bukan hasil akhir. Dengan memberikan umpan balik berbasis pencapaian spesifik ("Kamu sudah bisa menyelesaikan soal ini dengan strategi yang tepat") alih-alih label, siswa dapat lebih memahami kemampuannya sendiri dan termotivasi untuk terus berkembang.

Bagaimana Finlandia Menerapkan Pendekatan Tanpa Label?

Finlandia telah lama dikenal sebagai salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Beberapa prinsip yang mereka terapkan untuk menghindari dampak negatif labeling antara lain:

  1. Tidak Ada Peringkat atau Kompetisi Berlebihan
    Di Finlandia, siswa tidak diklasifikasikan berdasarkan peringkat akademik. Tidak ada sistem pemeringkatan yang membandingkan siswa satu sama lain, sehingga mereka tidak merasa perlu bersaing untuk mendapatkan gelar "terbaik" atau menghindari cap sebagai "terburuk".

  2. Fokus pada Perkembangan Individu
    Guru memberikan umpan balik berdasarkan kemajuan yang dicapai siswa, bukan perbandingan dengan teman-temannya. Hal ini memungkinkan siswa untuk memahami perkembangan mereka sendiri dan fokus pada peningkatan tanpa harus merasa terintimidasi atau terbebani oleh ekspektasi sosial.

  3. Menggunakan Kata Kerja dalam Umpan Balik
    Alih-alih mengatakan "Kamu sangat pintar", guru di Finlandia akan berkata "Kamu telah berhasil memahami konsep ini dengan baik". Dengan cara ini, siswa lebih menyadari proses belajarnya dan lebih percaya bahwa keterampilan dapat terus dikembangkan melalui usaha.

  4. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Inklusif
    Setiap siswa dipandang sebagai individu dengan keunikan masing-masing. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu setiap siswa berkembang sesuai potensinya, tanpa membandingkan mereka dengan standar tertentu yang kaku.

Pendidikan yang efektif tidak hanya bergantung pada kurikulum, tetapi juga pada bagaimana siswa diperlakukan di dalam kelas. 

Dengan menghindari pemberian label dan lebih fokus pada proses belajar, siswa dapat tumbuh dengan kepercayaan diri yang lebih baik, motivasi yang lebih tinggi, dan lingkungan belajar yang lebih sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun