Perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa merupakan tonggak penting dalam tumbuh kembang anak. Namun, tidak semua anak mencapai milestone ini pada waktu yang sama.
Sebagai seorang praktisi spesialisasi pendidikan khusus selama puluhan tahun lamanya, tentunya telah menemui berbagai kasus keterlambatan perkembangan serta memberikan ragam intervensi kepada anak.
Beberapa anak mungkin mengalami keterlambatan, yang sering disebut sebagai speech delay dan language delay. Meskipun terdengar serupa, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan, yang penting dipahami oleh orang tua agar dapat memberikan dukungan yang tepat.
Apa Itu Speech Delay dan Language Delay?
Speech delay adalah keterlambatan dalam kemampuan menghasilkan suara atau kata-kata. Anak dengan speech delay umumnya memahami bahasa dengan baik tetapi kesulitan mengucapkan kata-kata dengan jelas atau sesuai dengan usianya.
Contohnya, seorang anak usia dua tahun yang seharusnya sudah dapat mengatakan beberapa kata bermakna hanya mengeluarkan bunyi atau mengulang kata tertentu.
Berbeda dengan speech delay, language delay merujuk pada keterlambatan dalam memahami dan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Anak dengan language delay mungkin memiliki kosakata yang sangat terbatas, sulit menyusun kalimat, atau bahkan tidak memahami apa yang orang lain katakan.
Menurut dr. Gia Pratama, seorang dokter anak, "Speech delay lebih berfokus pada masalah teknis berbicara, sedangkan language delay melibatkan kemampuan kognitif anak dalam memahami dan merespons bahasa.
Keterlambatan ini tidak hanya berdampak pada komunikasi sehari-hari tetapi juga memengaruhi aspek lain dari perkembangan anak seperti interaksi sosial, prestasi akademik serta kesejahteraan emosional.
Anak dengan keterlambatan berbicara dan memahami bahasa sering kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya karena kurangnya kemampuan mengekspresikan diri. Hal ini dapat membuat mereka menarik diri atau merasa frustrasi.
Pada usia sekolah, anak dengan language delay mungkin kesulitan mengikuti instruksi guru atau memahami materi pelajaran, yang dapat memengaruhi prestasi akademis mereka.
Keterlambatan berkomunikasi juga dapat berpengaruh pada kesejahteraan emosional mereka. Anak biasanya merasa tidak percaya diri atau frustrasi karena tidak dapat menyampaikan kebutuhan dan perasaan mereka.
Lalu bagaimana cara mengatasi speech delay dan language delay?
Perkembangan setiap anak memang tidak sama, akan tetapi orang tua tetap harus aktif dan cepat tanggap dalam mengamati perkembangan buah hatinya.Â
Ketika melihat anak belum berbicara atau kesulitan memahami kata-kata seperti anak seusianya penting untuk segera menstimulasi dan memberikan intervensi. Semakin dini intervensi diberikan, semakin baik dampaknya bagi anak.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat orang tua lakukan di rumah sebagai langkah intervensi dini:
Sering Berbicara dan Mengajak Anak Berinteraksi
Menurut Dr. Susan Gross, seorang ahli perkembangan anak, "Interaksi langsung adalah kunci untuk mendorong anak belajar berbicara dan memahami bahasa." Gunakan kosakata sederhana tetapi bervariasi saat berbicara dengan anak.Ajak Anak Membacakan Buku Cerita
Membaca buku membantu memperkaya kosakata anak dan melatih mereka memahami struktur kalimat. Pilih buku dengan gambar menarik dan cerita yang sesuai dengan usia anak.Mengurangi Waktu Dengan Layar Televisi atau Gadget
Paparan layar yang berlebihan, seperti televisi atau gadget, dapat menghambat kemampuan komunikasi anak. Sebaiknya batasi waktu layar dan berikan lebih banyak waktu untuk bermain bersama atau berbicara langsung.Konsultasikan dengan Profesional
Jika anak menunjukkan tanda-tanda keterlambatan, segera konsultasikan dengan dokter anak atau terapis wicara. Evaluasi dini memungkinkan intervensi yang lebih efektif.Lakukan Terapi Wicara dan Bahasa Sesuai Arahan Dokter/Ahli
Terapi wicara merupakan salah satu metode intervensi yang terbukti efektif. Terapis akan merancang program latihan sesuai kebutuhan spesifik anak, baik untuk melatih kemampuan artikulasi maupun pemahaman bahasa.
Sebenarnya kapan orang tua harus mulai merasa khawatir?
Orang tua patut merasa khawatir ketika:Â
- Anak telah usia 18 bulan akan tetapi ia belum mengucapkan satu kata pun.
- Â Anak telah berusia 2 tahun tapi belum dapat menyusun dua kata sederhana seperti "mau susu".
- Anak tidak merespons ketika diajak berbicara atau terlihat bingung dengan perintah sederhana yang diberikan.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di ResearchGate, anak-anak dengan speech delay atau language delay yang tidak ditangani sejak dini berisiko menghadapi masalah membaca dan menulis di usia sekolah dasar.Â
Jadi semakin dini hambatan terdeteksi, semakin dini intervensi diberikan semakin memungkinkan anak untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasinya.
Perbedaan antara speech delay dan language delay terletak pada aspek yang terpengaruh, tetapi keduanya sama-sama membutuhkan perhatian dan dukungan segera dari dari orang tua maupun terapis.Â
Dengan deteksi dini, interaksi aktif, dan bantuan profesional, anak dengan keterlambatan berbicara dan berbahasa memiliki peluang besar untuk berkembang secara optimal.
Sebagai orang tua, perhatikan perkembangan anak Anda, tetap sabar, dan jangan ragu mencari bantuan jika diperlukan.Â
Ingatlah, setiap anak memiliki ritme perkembangan yang unik, dan dengan dukungan yang tepat, mereka dapat tumbuh menjadi komunikator yang percaya diri.
Tetap positif thinking tetapi tetap teliti dan cepat tanggap mengamati perkembangan sang buah hati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI