Sejak itu saya mencoba menciptakan interaksi lewat ungkapan dan kata-kata kata dari K-Drama dan K-Pop yang saya pelajari setiap harinya. Ketika Lara terlihat lelah, saya menyemangatinya dengan, “Aja aja, hwaiting!” (Ayo ayo, semangat!).
Tak lupa saya memberikan senyuman serta sentuhan hangat di pundaknya. Sama seperti perhatian saya pada siswa lainnya.
Saya juga mulai memainkan lagu-lagu K-Pop saat waktu istirahat. Saya mulai menyanyikan bagian chorus sambil meliriknya. “Bogoshipda... nan bogoshipda...” (Aku merindukanmu... aku sangat merindukanmu...) Lara perlahan mengikuti dengan suara pelan, nyaris seperti bisikan.
Itu adalah pertama kalinya saya mendengar suara Lara. Saya berhenti bernyanyi, memandangnya, tersenyum dan berkata, “Neomu areumdawo, Lara. Gwaenchanhayo.” (Sangat indah, Lara. Tidak apa-apa.)
Lara tersenyum lebih lebar dari sebelumnya. Sejak hari itu, Lara seakan mulai membukakan dunianya. Ia terlihat lebih aktif dan responsif walau belum mengucapkan kata-kata atau kalimat secara jelas.
Momen Mengharukan, Mendengar Kalimat Pertama Lara yang Penuh Cinta
Suatu hari, saat kami belajar tentang ekspresi perasaan, saya juga mengucapkan beberapa kata berbahasa Korea di seperti saranghae (aku sayang kamu), mianhae (maaf), dan chukhahae (selamat).
Saya bertanya, “Lara tahu arti kata-kata tersebut?” Lara menatap saya sejenak, lalu dengan suara yang lirih dan terbata-bata ia berkata, “Saranghae... aku sayang kamu.”
Saya hampir tidak percaya apa yang baru saja terjadi. Itu adalah kali pertama Lara berbicara di kelas. Semua murid lainnya terdiam, lalu memberikan tepuk tangan kecil. Saya hanya bisa berkata, "Gomawo Lara, Sarangseureowo !” (Terimakasih Lara, Saya bangga padamu!)
Sejak hari itu, Lara mulai lebih sering menjawab, walau hanya secara singkat. Ia juga mulai mengucapkan kata-kata berbahasa Korea favoritnya.
Lara kini lebih percaya diri. Ia masih pendiam, tetapi suara kecilnya dan beberapa ungkapan berbahasa Korea yang ia sampaikan adalah bukti bahwa ia mulai merasa nyaman.