Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Khusus/Narasumber GPK/Narasumber Praktik Baik IKM

Seorang Guru Pendidikan khusus yang aktif dalam kegiatan literasi, Organisasi Profesi dan berbagai kegiatan terkait Dunia Pendidikan Khusus dan Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money

Antara Barbershop Kekinian dan Tukang Cukur Tradisional: Pilihan Hati untuk Menjaga Tradisi dan Berbagi Rezeki

25 Januari 2025   11:22 Diperbarui: 25 Januari 2025   11:30 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Beberapa tahun terakhir, barber shop kekinian tumbuh bak jamur di musim hujan. Dengan desain interior modern, layanan eksklusif, hingga tambahan kopi gratis, barber shop telah mengubah pengalaman mencukur rambut menjadi gaya hidup. 

Banyak pria, baik dewasa maupun anak-anak, kini memilih tempat ini untuk merapikan rambut mereka. Selain tempatnya yang nyaman dan kekinian, model potongan rambut terkini terpajang untuk dipertimbangkan sebagai pilihan.

Namun, di tengah euforia itu, masih ada mereka yang tetap setia pada tukang cukur tradisional. Tak hanya karena harga yang lebih terjangkau, tetapi juga karena alasan hati, untuk berbagi rezeki dan menjaga dapur para tukang cukur tradisional tetap mengepul.

Bagi beberapa keluarga, tukang cukur tradisional bukan sekadar penyedia jasa. Mereka adalah bagian dari rutinitas yang penuh kehangatan. Mulai dari obrolan ringan seputar kehidupan sehari-hari hingga cerita nostalgia, suasana di tukang cukur tradisional menawarkan pengalaman yang berbeda.

Pagi ini rambut suami dan kedua anak laki-laki saya terlihat sudah agak gondrong. Karena libur bekerja saya memutuskan untuk ikut menemani anak-anak dan suami pergi cukur rambut. Sekalian beli jajan bareng.

Sebelum kami, sudah ada sepasang suami istri bersama anaknya yang kecil. Tak lama kemudian juga ada seorang ayah muda yang hendak cukur rambut juga.

Sambil menunggu kami berbincang kecil mengenai anak-anak dan pengalaman cukur rambut mereka. Alasan mereka cukur disini padahal tak jauh dari sana, sudah ada barbershop yang lebih kekinian.

"Suami saya sudah lebih dari 10 tahun langganan di tempat Pang Deni ini. Anak saya juga kalau cukur rambut ya disini. Meskipun sekarang ada barber shop yang lebih keren, kami tetap merasa nyaman disini. Anak juga sudah akrab, jadi nggak pernah rewel saat potong rambut," cerita Bu ayu, seorang ibu rumah tangga di Kabupaten Tasikmalaya.

Banyak yang beranggapan bahwa harga mencerminkan kualitas. Namun, para tukang cukur tradisional sering membuktikan bahwa kemampuan mereka tidak kalah dengan barber shop modern.

Dengan pengalaman bertahun-tahun, mereka tahu persis bagaimana mencukur rambut sesuai permintaan pelanggan. Bahkan ketika ditantang untuk mencukur berdasarkan mode kekinian oleh para anak muda, dengan apik mereka dapat melakukannya.

"Bukan soal murah saja, tapi saya merasa hasilnya nggak kalah bagus. Malah, mereka sering memberikan masukan yang jujur soal model rambut yang cocok untuk saya," ujar Pak Raka, seorang pegawai swasta yang setia mencukur rambutnya disini sejak sekolah dulu.

Alasan lain tetap setia dengan cukur rambut tradisional adalah tuntutan hati nurani untuk berbagi rezeki. Bagi banyak orang, tetap memilih tukang cukur tradisional adalah bentuk dukungan langsung kepada pelaku usaha kecil.

Mereka menyadari bahwa penghasilan tukang cukur tradisional bergantung pada setiap pelanggan yang datang. Apalagi sang tukang cukur adalah tetangga dekat yang bertempat tinggal tak jauh dari kompleks perumahan kita.

"Saya merasa ini cara sederhana untuk berbagi rezeki. Tukang cukur tradisional bekerja keras, dan saya ingin mereka tetap punya penghasilan. Rasanya lebih puas kalau tahu kita membantu dapur mereka tetap ngebul," ungkap pak Raka selanjutnya. 

Barber shop modern mungkin menawarkan cermin besar, musik, dan kursi mewah. Namun, tukang cukur tradisional menawarkan kesederhanaan yang membawa kehangatan. Sering kali, hubungan antara pelanggan dan tukang cukur melampaui urusan layanan jasa. Mereka menjadi teman, bahkan keluarga.

"Pak Deni ini sudah seperti paman buat anak-anak saya. Mereka suka mendengar cerita-ceritanya sambil potong rambut. Rasanya ada nilai kekeluargaan yang tidak bisa digantikan di tempat lain," tutur Bu Ayu selanjutnya.

Di tengah maraknya barber shop kekinian, pilihan untuk tetap ke tukang cukur tradisional adalah bentuk penghormatan terhadap tradisi dan empati terhadap sesama.

Bukan berarti barber shop modern tidak bagus, tetapi bagi sebagian orang ada kebahagiaan tersendiri dalam mendukung para tukang cukur tradisional yang telah bekerja keras selama bertahun-tahun.

Memilih tukang cukur tradisional bukan hanya tentang mencukur rambut, tetapi juga menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan tradisi. Di tempat tersebut, tentunya Anda bukan hanya pelanggan, tetapi teman yang berarti.

Jadi, di tengah hiruk-pikuk dunia modern, sesekali tengoklah tukang cukur tradisional di dekat Anda. Berikan dukungan sederhana yang bermakna besar bagi mereka. 

Karena, pada akhirnya, bukan hanya rambut yang dirapikan, tetapi juga hubungan antar manusia yang dikuatkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun