Alasan lain tetap setia dengan cukur rambut tradisional adalah tuntutan hati nurani untuk berbagi rezeki. Bagi banyak orang, tetap memilih tukang cukur tradisional adalah bentuk dukungan langsung kepada pelaku usaha kecil.
Mereka menyadari bahwa penghasilan tukang cukur tradisional bergantung pada setiap pelanggan yang datang. Apalagi sang tukang cukur adalah tetangga dekat yang bertempat tinggal tak jauh dari kompleks perumahan kita.
"Saya merasa ini cara sederhana untuk berbagi rezeki. Tukang cukur tradisional bekerja keras, dan saya ingin mereka tetap punya penghasilan. Rasanya lebih puas kalau tahu kita membantu dapur mereka tetap ngebul," ungkap pak Raka selanjutnya.Â
Barber shop modern mungkin menawarkan cermin besar, musik, dan kursi mewah. Namun, tukang cukur tradisional menawarkan kesederhanaan yang membawa kehangatan. Sering kali, hubungan antara pelanggan dan tukang cukur melampaui urusan layanan jasa. Mereka menjadi teman, bahkan keluarga.
"Pak Deni ini sudah seperti paman buat anak-anak saya. Mereka suka mendengar cerita-ceritanya sambil potong rambut. Rasanya ada nilai kekeluargaan yang tidak bisa digantikan di tempat lain," tutur Bu Ayu selanjutnya.
Di tengah maraknya barber shop kekinian, pilihan untuk tetap ke tukang cukur tradisional adalah bentuk penghormatan terhadap tradisi dan empati terhadap sesama.
Bukan berarti barber shop modern tidak bagus, tetapi bagi sebagian orang ada kebahagiaan tersendiri dalam mendukung para tukang cukur tradisional yang telah bekerja keras selama bertahun-tahun.
Memilih tukang cukur tradisional bukan hanya tentang mencukur rambut, tetapi juga menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan tradisi. Di tempat tersebut, tentunya Anda bukan hanya pelanggan, tetapi teman yang berarti.
Jadi, di tengah hiruk-pikuk dunia modern, sesekali tengoklah tukang cukur tradisional di dekat Anda. Berikan dukungan sederhana yang bermakna besar bagi mereka.Â
Karena, pada akhirnya, bukan hanya rambut yang dirapikan, tetapi juga hubungan antar manusia yang dikuatkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI