Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Khusus/Narasumber GPK/Narasumber Praktik Baik IKM

Seorang Guru Pendidikan khusus yang aktif dalam kegiatan literasi, Organisasi Profesi dan berbagai kegiatan terkait Dunia Pendidikan Khusus dan Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Jangan Didik Anak Menjadi Seorang Penjahat: Kesalahan Pola Asuh Berdampak Fatal bagi Masa Depan Mereka

22 Januari 2025   19:38 Diperbarui: 22 Januari 2025   20:48 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Mendidik anak bukan sekadar memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga membentuk karakter dan moral yang baik. Sayangnya, beberapa orang tua tanpa sadar menerapkan pola asuh yang keliru, yang justru berpotensi menciptakan "penjahat" di masa depan. 

Berikut adalah beberapa kesalahan pola asuh yang sering terjadi, lengkap dengan analisis psikologis dan pendapat para ahli.

1. Selalu Menuruti Apapun yang Anak Minta

Ketika semua permintaan anak selalu dipenuhi, tanpa batasan, anak cenderung tumbuh menjadi pribadi yang egois dan sulit menghargai kebutuhan orang lain.

Menurut Dr. Jean Twenge, seorang psikolog dan penulis Generation Me, anak yang dibesarkan dengan cara ini cenderung memiliki sense of entitlement yang tinggi. Mereka percaya bahwa dunia harus memenuhi keinginan mereka, tanpa memahami kerja keras dan batasan.

Ajarkan anak untuk menghadapi kata "tidak" dan bantu mereka belajar menunda kepuasan.

2. Tidak Pernah Menegur Perilaku Buruk Anak

Membiarkan anak bertindak semaunya tanpa konsekuensi adalah jalan pintas untuk menciptakan perilaku antisosial.


Dr. John Gottman, seorang ahli psikologi hubungan, menyebutkan bahwa orang tua yang permisif menciptakan anak yang kurang mampu mengelola emosi dan perilakunya. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam hubungan sosial dan profesional.

Tegur anak dengan cara yang konstruktif dan jelas. Gunakan bahasa yang mendidik, bukan hanya marah-marah.

3. Selalu Memberikan Uang Kapanpun Anak Meminta

Kebiasaan ini membuat anak sulit memahami nilai uang dan kerja keras. Mereka bisa tumbuh menjadi boros dan tidak bertanggung jawab secara finansial.

Dr. Richard Weissbourd dari Harvard Graduate School of Education menegaskan bahwa anak-anak yang tidak diajarkan untuk menghargai uang akan kesulitan memahami tanggung jawab finansial di kemudian hari.

Ajarkan anak untuk menabung dan hargai usaha mereka dalam mendapatkan sesuatu.

4. Tertawa Saat Anak Berkata Buruk, Tidak Sopan, dan Jorok

Reaksi tertawa dari orang tua dianggap sebagai bentuk persetujuan, sehingga perilaku buruk tersebut akan terus diulang.

Berdasarkan analisis psikologis Dr. James Lehman, seorang konselor perilaku anak, ini adalah bentuk penguatan negatif. Anak akan belajar bahwa perilaku buruk dapat digunakan untuk menarik perhatian atau mendapatkan validasi.

Tegur anak dengan tegas namun tenang. Jelaskan bahwa kata-kata tersebut tidak sopan dan melukai orang lain.

5. Selalu Membereskan Kekacauan yang Dibuat Anak

Orang tua yang terus-menerus membereskan kesalahan anak tanpa melibatkan mereka justru menghambat kemampuan anak untuk bertanggung jawab.

Dr. Deborah Gilboa, seorang pakar parenting, anak yang tidak dilatih untuk membereskan kesalahannya akan tumbuh menjadi individu yang tidak bertanggung jawab dan cenderung menyalahkan orang lain.

Ajak anak bertanggung jawab atas kekacauan yang mereka buat. Berikan arahan, tetapi biarkan mereka melakukannya sendiri.

6. Selalu Membela Anak Meskipun Ia Salah

Membela anak tanpa mempertimbangkan benar atau salah hanya akan mengajarkan anak bahwa mereka tidak perlu menghadapi konsekuensi.

Dr. Michele Borba, seorang psikolog pendidikan, menyebutkan bahwa anak yang terus dibela meskipun salah akan kesulitan menghadapi kritik dan sering merasa superior secara tidak sehat.

Ajarkan anak untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf. Ini akan membantu mereka memahami tanggung jawab dan empati.

Moms, mendidik anak dengan cara yang salah bisa memiliki dampak jangka panjang, baik bagi anak maupun lingkungan sekitarnya. Orang tua harus memahami bahwa cinta sejati bukan berarti memanjakan, melainkan memberikan batasan yang jelas.

Sebagaimana dikatakan oleh Aristotle, "Didikan pada masa kanak-kanak akan menentukan masa depan manusia."

Dengan pola asuh yang tepat, kita dapat menciptakan generasi yang tidak hanya sukses, tetapi juga memiliki moral dan etika yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun