Lalu bagaimana mengatasi kodependensi? Jawabannya adalah dengan membangun batas sehat (boundaries). Jika Anda merasa perilaku kodependensi mulai mengganggu keseimbangan hidup Anda, saatnya untuk membangun batas sehat, caranya:
-Â Kenali batas tanggung jawabmu. Tentukan mana yang menjadi tanggung jawab Anda dan mana yang bukan. Dalam keluarga, biarkan anak menghadapi konsekuensi jika tidak mengerjakan tugasnya. Di tempat kerja, fokuslah pada deskripsi pekerjaan Anda.
- Latih kemampuan berkata "Tidak". Belajar berkata "tidak" bukan berarti Anda tidak peduli. Sebaliknya, ini menunjukkan bahwa Anda menghargai batas diri dan membantu orang lain belajar bertanggung jawab.
- Membangun komunikasi yang asertif. Gunakan komunikasi yang tegas namun sopan untuk menyampaikan batasan Anda. Misalnya, jika rekan kerja meminta bantuan, tanyakan apakah itu mendesak atau bisa mereka tangani sendiri.
- Dorong akuntabilitas. Sebagai pemimpin, dorong tim Anda untuk bertanggung jawab atas tugas mereka sendiri. Hindari menjadi "penyelamat" yang terus-menerus menyelesaikan masalah mereka.
- Fokus pada keseimbangan diri. Ingat, Anda juga memiliki hak untuk menjaga kesehatan mental dan fisik. Jangan biarkan rasa bersalah membuat Anda terus mengorbankan diri.
Kodependensi sering kali disalahartikan sebagai cinta atau dedikasi. Namun, jika dibiarkan, perilaku ini dapat merusak keseimbangan hidup, baik dalam keluarga maupun di tempat kerja.Â
Dengan mengenali batas tanggung jawab, melatih kemampuan berkata "tidak," dan berkomunikasi secara asertif, Anda dapat menciptakan hubungan yang lebih sehat dan produktif.Â
Cinta sejati dan dedikasi yang tulus bukan berarti mengambil alih segalanya, tetapi membantu orang lain tumbuh menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H