Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Khusus/Narasumber GPK/Narasumber Praktik Baik IKM

Seorang Guru Pendidikan khusus yang aktif dalam kegiatan literasi, Organisasi Profesi dan berbagai kegiatan terkait Dunia Pendidikan Khusus dan Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kodependensi: Antara Bukti Cinta, Dedikasi dan Perilaku Tidak Sehat

22 Januari 2025   10:53 Diperbarui: 22 Januari 2025   10:53 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Lalu bagaimana mengatasi kodependensi? Jawabannya adalah dengan membangun batas sehat (boundaries). Jika Anda merasa perilaku kodependensi mulai mengganggu keseimbangan hidup Anda, saatnya untuk membangun batas sehat, caranya:

- Kenali batas tanggung jawabmu. Tentukan mana yang menjadi tanggung jawab Anda dan mana yang bukan. Dalam keluarga, biarkan anak menghadapi konsekuensi jika tidak mengerjakan tugasnya. Di tempat kerja, fokuslah pada deskripsi pekerjaan Anda.

- Latih kemampuan berkata "Tidak". Belajar berkata "tidak" bukan berarti Anda tidak peduli. Sebaliknya, ini menunjukkan bahwa Anda menghargai batas diri dan membantu orang lain belajar bertanggung jawab.

- Membangun komunikasi yang asertif. Gunakan komunikasi yang tegas namun sopan untuk menyampaikan batasan Anda. Misalnya, jika rekan kerja meminta bantuan, tanyakan apakah itu mendesak atau bisa mereka tangani sendiri.

- Dorong akuntabilitas. Sebagai pemimpin, dorong tim Anda untuk bertanggung jawab atas tugas mereka sendiri. Hindari menjadi "penyelamat" yang terus-menerus menyelesaikan masalah mereka.

- Fokus pada keseimbangan diri. Ingat, Anda juga memiliki hak untuk menjaga kesehatan mental dan fisik. Jangan biarkan rasa bersalah membuat Anda terus mengorbankan diri.

Kodependensi sering kali disalahartikan sebagai cinta atau dedikasi. Namun, jika dibiarkan, perilaku ini dapat merusak keseimbangan hidup, baik dalam keluarga maupun di tempat kerja. 

Dengan mengenali batas tanggung jawab, melatih kemampuan berkata "tidak," dan berkomunikasi secara asertif, Anda dapat menciptakan hubungan yang lebih sehat dan produktif. 

Cinta sejati dan dedikasi yang tulus bukan berarti mengambil alih segalanya, tetapi membantu orang lain tumbuh menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun