Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Khusus/Narasumber GPK/Narasumber Praktik Baik IKM

Seorang Guru Pendidikan khusus yang aktif dalam kegiatan literasi, Organisasi Profesi dan berbagai kegiatan terkait Dunia Pendidikan Khusus dan Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sebuah Kisah Dibalik Indahnya Pelangi: Jika Kisahku adalah sebuah Film

20 Januari 2025   19:23 Diperbarui: 20 Januari 2025   20:20 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah menonton film "The Pursuit of Happyness" (2006), "Wonder" (2017), "I Am Sam" (2001) atau "My Sister’s Keeper" (2009)?

Film-film tersebut mengandung tema perjuangan hidup, cinta keluarga serta keajaiban dan harapan yang terwujud. Kisah-kisah yang menurut saya sangat menyentuh dan menginspirasi banyak orang untuk tidak menyerah pada ujian hidup.

Jika hidup saya sepanjang tahun 2024 diangkat menjadi sebuah film, mungkin ini akan menjadi perpaduan antara itu semua. Flashback drama yang penuh air mata, perjuangan tanpa henti, dan keajaiban yang membangkitkan harapan. 

Sebuah kisah yang mengajarkan saya bahwa bahwa di balik setiap pencapaian, ada peluh, doa, dan cobaan berat yang menguji ketabahan.

Saya adalah seorang guru Sekolah Luar Biasa (SLB) dari sebuah desa kecil di Tasikmalaya. Tahun ini menjadi tonggak luar biasa dalam hidup saya, penuh berkah dan pencapaian yang terasa seperti hadiah dari perjuangan panjang bertahun-tahun.

Namun, jika melihat ke belakang, berbagai pencapaian ini tidak datang begitu saja. Semua itu adalah buah dari kerja keras serta perjalanan berat yang menguji hati dan iman saya dan keluarga.

*Dari Titik Terendah Menuju Cahaya*

Beberapa tahun lalu, keluarga kami pernah berada di titik terendah. Saat putri sulung kami mengalami kecelakaan dan divonis "cacat". Kata yang terlalu kejam untuk diucapkan begitu saja dari mulut seorang dokter orthopedi. Apakah tidak ada "diksi" lain yang dapat dipilih?

Saya, yang sehari-hari bekerja melayani anak-anak berkebutuhan khusus, seolah diberikan Tuhan ujian untuk merasakan langsung apa yang dirasakan para wali murid yang selama ini saya dampingi.

Vonis itu seperti pisau tajam yang melukai hati kami. Hari-hari kami dipenuhi dengan tangis, ketakutan, dan ketidakpastian. Namun, kami memilih untuk tidak menyerah. Fase demi fase kami lalui dengan tekad dan doa yang tiada henti. 

Pengobatan demi pengobatan, lebih dari empat kali operasi besar dari satu kota ke kota lainnya, fisioterapi bertahun-tahun lamanya kami jalani dengan mengorbankan hampir semua yang kami miliki. Kami berbagi tangis, tugas, dan saling menguatkan, bertahun-tahun lamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun