Langkah kaki penculik terdengar semakin dekat. Salah satu dari mereka muncul di ujung jalan, menyorotkan senter ke arahnya.
"Hei! Kau melihat gadis tinggi berambut hitam di sini?" tanya pria itu, menatap Ema dengan mata menyipit.
Ema mencoba menjaga ekspresinya tetap tenang. "Tidak... tidak ada siapa-siapa," jawabnya dengan suara gemetar.
Pria itu menatapnya lama, seakan mencoba membaca kebohongannya. Ia kemudian mengedarkan pandangannya ke sekitar, seolah tidak yakin.
"Ah, sial. Kemana dia pergi," gumamnya, seraya berbalik.
Amelia menahan napas sampai pria itu benar-benar pergi. Namun, sebelum ia merasa lega, ia menyadari sesuatu: topengnya terjatuh di tanah beberapa meter dari tempat ia berdiri.
Pria itu berhenti sejenak, melihat ke arah benda yang bersinar samar di bawah sinar bulan. Ia mendekatinya perlahan, mengambil topeng itu, dan memeriksanya.
"Apa ini? Wajahmu sepertinya juga tidak asing, kamu..?" gumam pria itu sambil memandangnya dengan penuh curiga.
Amelia membeku. Ia tak tahu apa yang harus dilakukan?
Bersambung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H