Dua hari berlalu tanpa ada kabar dari Ema ataupun Amelia. Gino dan Pak Brian mulai panik, tetapi tidak ada petunjuk yang bisa mereka temukan.
Di sisi lain, Amelia terus mencari celah untuk melarikan diri. Ia memperhatikan setiap gerakan penculiknya, menunggu momen yang tepat.
Kesempatan itu datang ketika salah satu pria meninggalkan pintu sedikit terbuka saat membawa makanan. Dengan cepat, Amelia menyelinap keluar, melepas ikatan di tangannya dengan sepotong kawat yang ia temukan di lantai.
Langkahnya pelan namun pasti. Ia berhasil keluar dari gudang tempat ia disekap.
Namun, saat ia mencapai jalan utama, salah satu penculik melihatnya. "Hei! Dia kabur! Tangkap dia!"
Amelia langsung berlari secepat mungkin, kakinya terasa berat, tetapi ia tidak berhenti. Malam yang gelap menjadi satu-satunya sekutu.
Amelia terus berlari, napasnya tersengal-sengal. Jalanan semakin sepi, dan suara langkah kaki para penculik semakin dekat.
"Aku tidak bisa terus seperti ini. Mereka akan menangkapku," pikirnya panik.
 Ia berhenti di sebuah sudut gelap, bermaksud melepas topengnya. Ia berharap para penjahat itu tak akan mengenalinya lagi..
"Aku tidak punya pilihan," gumamnya sambil membulatkan tekad.
Dengan tangan gemetar, Amelia melepas topeng tersebut dari wajahnya. Seketika, tubuhnya berubah menjadi Ema---gadis gemuk yang selalu dianggap remeh.