Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Khusus/Narasumber GPK/Narasumber Praktik Baik IKM

Seorang Guru Pendidikan khusus yang aktif dalam kegiatan literasi, Organisasi Profesi dan berbagai kegiatan terkait Dunia Pendidikan Khusus dan Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Miris, Mengapa Anak-anak Semakin Sadis?

15 September 2024   19:00 Diperbarui: 15 September 2024   19:02 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Baru-baru ini, Indonesia digemparkan dengan berbagai tindak kriminal yang dilakukan oleh anak-anak di bawah umur. Fenomena ini memicu kekhawatiran dan pertanyaan tentang penyebab perilaku keji yang semakin banyak dilakukan oleh generasi muda. 

Berbagai tindak kriminal yang dilakukan oleh anak-anak di bawah umur belakangan ini semakin menjadi sorotan. Tidak hanya terlibat dalam tindak tawuran, pencurian, mereka bahkan terlibat dalam tindakan kekerasan, pengeroyokan, hingga kasus pemerkosaan dan pembunuhan. 

Dalam beberapa kasus, kekerasan dilakukan secara sadis dan terencana, menunjukkan adanya perubahan pola perilaku yang mengkhawatirkan. Siapa yang mengira jika para pelaku dari tindak kriminal tersebut sebagian besar adalah anak-anak di bawah umur, bahkan beberapa di antaranya masih berstatus pelajar. 

Di sisi lain, korban dari tindakan kejahatan ini sering kali merupakan orang-orang terdekat atau teman sebaya. Peran teman sebaya dan pengaruh lingkungan juga banyak disorot dalam beberapa kasus, di mana anak-anak diduga terlibat atas dasar ajakan, tekanan, atau solidaritas kelompok.

Berbagai peristiwa yang baru-baru ini terjadi mencuat dan mendapat perhatian publik melalui pemberitaan media dan media sosial. Yang paling menonjol terjadi beberapa minggu yang lalu, ketika sekelompok remaja melakukan tindakan kekerasan yang mengakibatkan korban jiwa. 

Salah satunya kasus pembunuhan siswi di Palembang yang dilakukan oleh 4 remaja. Mirisnya pelaku tidak dibui karena masih di bawah umur. Kemudian ada Nia Kurnia, gadis cantik penjual gorengan di Padang yang sempat dilaporkan hilang, ditemukan terkubur tanpa busana. Gadis tersebut ternyata diperkosa oleh 10 orang, 2 diantaranya tertangkap dan dihajar warga. 

Tak kalah miris saat mendengar kisah Ana, siswa SD di Semarang yang lumpuh akibat kejahilan temannya. Siswa SD yang tewas dibakar teman sekolahnya di Sumatera, yang berawal dari kegiatan membakar sampah saat pelajaran olahraga. Kemudian siswa SD di Gresik yang matanya ditusuk hingga buta oleh temannya dan pelajar SMA yang lumpuh diakibatkan candaan teman yang keterlaluan. 

Berbagai peristiwa tersebut menunjukkan betapa sadisnya anak-anak saat ini serta menggambarkan perundungan di Indonesia yang sudah darurat.

Kejadian-kejadian ini tersebar di berbagai daerah di Indonesia, baik di kota besar maupun di wilayah pedesaan. Menunjukkan bahwa masalah ini sudah meluas dan tidak terbatas pada satu lokasi tertentu saja.

Berdasarkan hasil analisis para ahli, ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam tindakan kriminal. Beberapa ahli mengungkapkan bahwa pola asuh orang tua, pengaruh pergaulan, dan akses bebas terhadap informasi negatif di media sosial berperan besar dalam membentuk perilaku anak. 

Selain itu, kurangnya pendidikan karakter dan bimbingan moral dari sekolah maupun keluarga menjadi salah satu penyebab anak-anak semakin berani melakukan tindakan kriminal. Faktor ekonomi, seperti tekanan finansial dalam keluarga, juga diduga menjadi pemicu bagi anak-anak untuk mencari jalan pintas melalui tindakan kejahatan.

Kebanyakan kasus kriminal ini dilakukan dengan cara yang tergolong nekat dan terencana. Sebagian dilakukan karena terpicu oleh masalah yang sangat sepele, terkait cinta atau pun kekecewaan dalam hubungan pertemanan. 

Anak-anak tersebut seakan memanfaatkan celah kelemahan hukum terhadap pelaku di bawah umur. Di beberapa kasus, mereka bahkan mempelajari cara melakukan kejahatan dari media sosial atau lingkungan pergaulan mereka. 

Upaya untuk menangani fenomena ini perlu dilakukan oleh semua pihak, termasuk pihak kepolisian, lembaga perlindungan anak, dan pemerintah dengan memberikan pendidikan, penyuluhan, serta tindakan hukum yang lebih tegas namun tetap mempertimbangkan status usia para pelaku.

Fenomena ini tentunya memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak. Keluarga, sekolah, dan masyarakat perlu berperan aktif dalam memberikan pendidikan moral serta bimbingan yang tepat agar anak-anak dapat tumbuh menjadi generasi yang berakhlak dan tidak terjerumus dalam tindakan kriminal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun