Mohon tunggu...
Nuning Khoirun nisa
Nuning Khoirun nisa Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

kemana air itu mengalir?

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep, Hakikat dan Jenis-Jenis Belajar

24 Mei 2024   17:20 Diperbarui: 24 Mei 2024   17:28 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada dasarnya, tujuan manusia diciptakan adalah untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT. Belajar merupakan salah satu bentuk aktivitas yang merupakan ibadah kepada-Nya. Belajar merupakan salah satu pekerjaan beribadah kepada Allah karena selain bergelut dengan nafsu terberat, juga harus memahami ilmu alam sekitar dan masyarakat. Hakitat belajar adalah berubahnya kepribadian individual ke arah yang lebih baik dzohir maupun batin. Perubahan-perubahan tersebut mernuju ke arah yang bersifat positif dengan melakukan kebaikan dengan begitu akan muncul pengaman yang baik juga.

Perbedaan antara manusia dan hewan terletak pada akal dan hati yang dimiliki manusia.. Sebagai ciptaan yang diberkahi akal oleh Allah SWT kita memiliki kewajiban untuk menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu tersebut. Etika dan moral juga perlu kita pelajari karena segala sesuatu yang kita lakukan memiliki landasan etika dan moral. Terkait dengan kewajiban menuntut ilmu, tidak semua pengetahuan harus diperoleh, sebagian bersifat sunnah, makruh, bahkan ada yang haram untuk dipelajari. Penilaian terhadap ilmu tersebut bergantung pada konteksnya, karena dalam setiap pembelajaran selalu ada sudut pandang yang berbeda, dengan pendukung dan penentangnya. 

Sebagai contoh umum, pemeluk agama Islam tidak diwajibkan untuk mempelajari hal-hal yang diajarkan dalam agama lain, demikian pula sebaliknya.Sebagian orang menganggap bahwa konsep belajar hanya menghafal dan mengumpulkan fakta-fakta intelektual dalam bentuk materi. Jika kita belajar untuk memenuhi kebutuhan intelektual dan demi mencapai tujuan dunia saja maka tidak akan ada kepuasan batin dalam dirinya oleh karena itu peserta belajar dianggap tidak berkembang bahkan di anggap "bodoh". Dan sungguh orang-orang yang berada dalam keadaan tersebut adalah orang-orang yang rugi. Ilmu dapat diambil dengan kegiatan melihat atau mendengar alam seitar dan masyarakat. karena ilmu adalah anugrah dari Allah SWT sehingga perlu disimpan dalam hati dan dijalankan dalam aktivitas sehari-hari.

Untuk bisa mengubah prilaku manusia perlu mengubah dari tiga sisi ranah yaitu ranah kognitif,aektif dan psikomotorik. Dan juga terdapat jenis jenis belajar yang lumrah atau sering kita pakai akan tetapi kita tidak menyadari akan hal itu menurut Gagne (1985) mengidebtifikasikan jenis-jenis belajar ada 8. Seperti segala aktivitas yang kita lakukan di dunia ini tentu terhubung dengan proses pembelajaran. Untuk membuka pintu saja kita sudah berkaitan dengan proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, setiap individu menggunakan tiga dimensi atau aspek yang berbeda untuk menangkap inti dan pesan dari materi yang dipelajari yaitu:

  • Kognitif: Kemampuan yang terkait dengan pengetahuan, logika, atau pemikiran yang mencakup elemen-elemen seperti pemahaman, analisis, sintesis, evaluasi, dan kreativitas.
  • Afektif: Kemampuan yang memperkuat aspek perasaan, emosi, dan berbagai respons dalam proses berpikir, melibatkan penerimaan, partisipasi, penilaian, pengorganisasian, dan pengambilan keputusan dalam kehidupan.
  • Psikomotorik: Kemampuan yang memprioritaskan kemampuan fisik yang melibatkan persepsi, kesiapan, gerakan terpandu, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, dan adaptasi gerakan.

Definisi yang sering digunakan oleh Bell-Gradler menyatakan bahwa belajar merupakan proses di mana manusia mengembangkan berbagai kemampuan, keterampilan, dan sikap melalui tahapan bertahap dan berkelanjutan sepanjang rentang usia, mulai dari masa bayi hingga masa tua. Di dalam hadist juga di sebutkan:
Artinya: carilah ilmu mulai dari buaian (lahir), hingga liang lahat (kuburan) HR. Muslim. Dari hadist ini kita bisa melihat seberapa pentingnya kita belajar, bahkan sebelum kita meninggalpun kita masih belajar dituntun untuk membaca dua kalimat syahadat.

Unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam kegiatan pembelajaran meliputi:

  • Peserta didik

            Manusia yang telah melampaui tingkat kecerdasan yang tertentu dalam pikiran dan jiwa, sehingga manusia dapat menegaskan bahwa dirinya tidak sama dengan hewan, jika hewah hanya mementingkan bagaimana ia sanggup bertahan didunia ini dengan tindakan yang perlu untuk memelihara kehidupan seperti makan, bersuara, lari dan sebagainya apa bedanya kita dengan mereka. Disinilah pentingnya belajar. Manusia adalah entitas yang dilengkapi dengan kemampuan berpikir, merasa, dan berkreasi, yang memungkinkannya untuk menyadari eksistensinya sendiri serta memiliki naluri moral yang mendorongnya untuk mencapai kesempurnaan diri dan hubungan yang lebih mendalam dengan kata Sempurna. KI.Hajar Dewantara mengatakn bahwa didalam setiap diri seseorang pasti ada sikap bawaan atau keturunan dari leluhur mereka yang harus di kembangkan oleh setiap individual melalui intraksi di lingkungan. Hal tersebut sangat berpengaruh untuk masa perkembangan berikutnya.

  • Pendidik

            Menurut KI. Hajar Dewantara kata mendidik memiliki makna memanusiakan manusia, yaitu terangkatnya derajat menausia menuju taraf insani. Mendidik harus lebih mengedepankan urusan hudup batin atu metafisik (kebebasan dalam berpikir dan membuat keputusan, kehormatan, mentalitas, dan prinsip demokratis).

            Ki Hajar Dewantara memberikan semboyan trilogi pendidikan sebagai pedoman untuk seorang pendidik agar bisa menagrah kepada hasil yang positif, trilogi tersebut berbunyi sebagai berikut:

  • Tut wuri Handayani: Seorang pendidik perlu memiliki kemampuan untuk memberikan motivasi kepada siswanya.
  • Ing madya mangun karsa: seorang pelngajar hendaknya menciptakan prakasa dan ide.
  • Ing ngarsa sung tulada: Ketika seorang siswa berada di depan, dia harus menunjukkan contoh yang baik..

Tujuan belajar

Tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup manusia, sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan. Pendidikan bertujuan untuk membantu manusia sebagai bagian dari masyarakat mencapai tingkat keselamatan dan kebahagiaan yang tertinggi. Menurut KI Hajar Dewantara, tujuan pembelajaran adalah untuk membebaskan manusia secara fisik, mental, dan spiritual.

  • Azas belajar

 KI Hajar Dewantara mengusung lima prinsip konseptual, yaitu prinsip kemerdekaan, prinsip kodrat alam, prinsip kebudayaan, prinsip kebangsaan, dan prinsip kemanusiaan. Kelima prinsip tersebut menjadi fondasi pendidikan di Taman Siswa. Dari kelima prinsip tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menurut KI Hajar Dewantara didasarkan pada pengembangan kemampuan individu, sesuai dengan kodrat, tidak bertentangan dengan budaya, toleransi, dan menjaga hak-hak orang lain.[1] Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa para peserta didik memiliki kebebasan penuh untuk mengembangkan kemampuan berpikir, perasaan, dan kreasi mereka sendiri. Asas kodrat alam dimaksudkan untuk mengingatkan manusia akan tanggung jawabnya terhadap Tuhan, alam, masyarakat, dan dirinya sendiri. Pembelajaran juga harus disesuaikan dengan lingkungan atau budaya sekitar agar hasilnya dapat diterima oleh masyarakat sekitar. Sebagai contoh, beberapa agama berkembang dari budaya tertentu, kecuali Islam yang dianggap sebagai agama yang murni dan memiliki kedalaman intelektual yang tinggi. Oleh karena itu belajar merupakan pekerjaan beribadah kepada Allah SWT karena selain bergelut dengan nafsu terberat juga harus belajar memahami alam sekitar, dan masyarakat.

  • Metode belajar

Metode yang di usung KI Hajar Dewantara adalah metode Among.[2] Arti dari "Among" adalah mengawal keberlangsungan hidup peserta didik dengan memberikan pendampingan dan arahan. Ini tidak hanya berarti membiarkan peserta didik menemukan identitas mereka sendiri, tetapi juga memberikan bimbingan dan panduan agar mereka dapat menemukan diri mereka sendiri. Dan pada intinya tujuan akhir pembelajaran menurut KI Hajar Dewantara adalah kemerdekaan individu. 

 Berikut adalah empat tahap dalam proses pembelajaran menurut KI Hajar Dewantara:

  • Taman indra dan taman anak (5-8 tahun)
  • Taman muda (9-12 tahun)
  • Taman dewasa (14-16 tahun)
  • Taman madya dan Taman guru (17-20 tahun)

Pandangan exrim timur berpendapat bahwa menuntut ilmu merupakan beribadah dengan tujuan mencari ridhonya dan taqarrub ilallah. Imam Al-Ghozali berpesan: "Jika niatmu adalah untuk memperoleh harta, kesenangan dunia, kedudukan dan untuk menyombongkan diri terhadap kawan dan hal-hal semacamnya, maka sungguh merugi kau..., sungguh merugi kau..., jika tujuanmu untuk menghidupkan syari'ah Nabi Saw, memperbaiki akhlak, menundukkan nafsu amarah, maka sungguh beruntung kau" ImamAl-Ghozali memaknai belajar dari sudut perubahan sikap individu seperti yang di katakana sebagai berikut:

  • Belajar merupakan proses jiwa
  • Belajar menuntut konsentrasi
  • Berlajar harus didasari sikap tawadhu
  • Belajar bertukar pendapat hendaknya harus mantap dasarnya
  • Belajar harus mengetahui nilai dan tujuan ilmu yang sedang dipelajari
  • Belajar secara bertahap

Tujuan belajar adalah membentuk akhlaq yang mulia

Terdapat dua hal yang perlu diamalkan oleh pelajar yaitu bernalar dan berpikir kritis, terdapat empat komponen penting dalam berikir kritis diantaranya:

  • Rekognisi dan menentang asumsi
  • Menentang hal-hal yang penting terkait dengan konteks
  • Bersedia untuk mengeksploisasi alternatif lain
  • Memeiliki rasa skeptis reflektif

Gagne (1985) mengidentifikasi delapan jenis belajar yang terjadi pada siswa        

  • Belajar Isyarat/ Rangsangan (Signal Learning)

 Belajar melalui isyarat terjadi saat seseorang melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena adanya petunjuk atau isyarat. Terdapat dua rangsangan dalam jenis belajar ini yaitu:

  • Rangsangan secara umum
  • Rangsangan yang menunjukan sinyal.

 Contohnya: jari telunjuk yang melambai-lambai kepada seseorang yang bertanya "boleh atau tidak" menunjukkan ketidak bolehan, beberapa pengendara menaati rambu-rambu lalulintas yang memiliki makna masing masing, perut keroncongan menandakan bahwa ia lapar dan masih banayak lagi

  • Belajar Stimulus-Respon (Stimulus-Response Learning)

Jenis belajar stimulus-respon terjadi disaat seseorang merespons suatu rangsangan dari lingkungan dan mengikut sertakan otot. Ada tiga hal yang harus di pertimbangkan dalam stimulus-respond yaitu:

Terdapat tahap-tahap yang unik dalam melihat dan meneliti suatu yang di ajarkan

Respond yang diberikan oleh pelajar menjadi semakin lebih jelas sesuai dengan tindakan yang di lakukan.

Stimulus pengeontrol menjadi lebih tepat dan sesuai walaupun pada walnya seseorang merespond hal lain selain yang di perintahkan.

Contohnya, membuka pintu yang ada di depan rumah dengan menggunakan tangan, berbaris secara teratur karena adanya perintah, berlari ketika merasa dikejar, menendang bola dengan kaki dan lain sebagainya.

  • Belajar Rangkaian (Chaining Learning)

Belajar rangkaian terjadi ketika seseorang mengombinasikan serangkaian proses stimulus-respons (S-R) yang sudah dipelajari sebelumnya, mirip dengan sebuah rangkaian, sehingga memunculkan perilaku dengan cepat atau secara spontan, seperti hubungan antara konsep. Terdapat beberapa kondisi yang diperlukan dalam jenis pembelajaran ini:

Keterkaitan individu dengan rantai harus ditentukan lebih dulu sebelumnya.

Harus terdapat hubungan erat antara (respons) rangkaian 1 dan di susul oleh rangkaian 2 yang diikuti dalam waktu singkat oleh stimulus yang mengarah ke tujuan.

Ketika kondisi sebelumnya secara keseluruhan terpenuhi maka perolehan rantai bukan proses bertahap tapi proses yan terjadi pada kesempatan tertentu, jika tujuan awal tidak terpenuhi maka harus mengulang untuk tujuan mengkonstruk hubungan itu sendiri.  

Contohnya: tua-muda, panas-dingin, ibu-bapak, kaya-miskin, merah-putih dan lain sebagainya.

  • Belajar asosiasi verbal (verbal association learning)

Jenis biasanya jenis belajar ini terjadi disaat seseorang bisa mengaitkan istilah verbal dengan maknanya. Jenis belajar ini sangat condong pada individualis karena tergantung pada hasil individu sebelumnya. Ada beberapa kondisi yang perlu untuk memenuhi rangkaian verbal:

Keterkaitan stimulus dan respond harus di pelajari sebelum mengaitkan kata yang sesuai dan tentunya dapat di pahami.

Keterkaitan stimulus dan respond harus dipelajari dengan melibatkan individu agar mampu mengolah data yang sesuai dari jenis ini persebatan pun di mulai.

Keterkaitan dengan pengodean harus dipelajarai jika ingin terbentuk dengan mudah.

Konsep yang disusunharus hierarkis, sehingga stimulus dan respond dapat tersedia dalam proses belajar.

Contohnya:  mengaitkan perahu dengan bentuk badan itik, kereta api dengan binatang kaki seribu, atau wajah dengan bulan kesiangan.

  • Belajar Membedakan (Discrimination Learning)

Jenis belajar membedakan terjadi disaat seseorang dihadapkan pada berbagai objek, situasi, atau pengalaman yang kompleks dan berupaya mengelompokkan dengan dasar yang beragam.

Contohnya: membedakan jenis manusi dan hewan melalui jenis kelaminnya, membedakan suku bangsa berdasarkan tempat tinggal, membedakan alat elektronik berdasarkan mereknya.dan masih banyak lagi contoh lainya.

  • Belajar Konsep (Concept Learning)

Jenis pembelajaran konseptual terjadi saat seseorang dihadapkan pada berbagai fakta atau data yang kemudian diinterpretasikan menjadi pemahaman atau makna yang bersifat abstrak. Sebagai contoh, memahami bahwa binatang, tumbuhan, dan manusia termasuk dalam kategori makhluk hidup; negara-negara maju termasuk dalam kategori developed-countries; atau aturan-aturan yang mengatur hubungan antar-negara termasuk dalam kategori hukum internasional.

  • Belajar Hukum atau Aturan (Rule Learning)

 Jenis pembelajaran aturan atau hukum terjadi ketika seseorang menggunakan berbagai data atau peristiwa yang ada atau sudah dikenal sebelumnya, lalu menerapkannya dan mengambil kesimpulan dari data dan pengalaman tersebut untuk membentuk suatu aturan atau hukum. Contohnya: suatu benda akan meleleh jika dipanaskan, iklim suatu tempat dipengaruhi oleh posisi geografis dan astronomis di bumi, harga dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan, dan sebagainya.

  • Belajar Pemecahan Masalah (Probleme Solving Learning)

Jenis pembelajaran ini terjadi ketika seseorang menggunakan konsep atau prinsip untuk menjawab atau memecahkan suatu pertanyaan atau masalah, seperti mengapa manusia diciptakan, mengapa harus ada gunung, dan sebagainya.

Jenis--Jenis belajar yang tertera di atas termasuk tahapan belajar hierarkis (tersusun dari tingkat dasar sampai tingkat atas.

Ada juga jenis jenis belajar menurut Anderson dan Krathwohl. Bloom membagi penegetahuan dalam ranah kognitif sebagai berikut:

  • Pengetahuan: mengingat matrri-materi yang sulit dipelajari.
  • Pemahaman: penangkapan seorang individual terhadap suatu materi.
  • Penerapan: mengamalkan apa yang sudah ia pelajari.
  • Analisis: mulai menguraikan materi ke dalam komponen-komponennya.
  • Sintesis: memadukan komponen-komponen yang ada sehingga melahirkan struktur atau bentuk baru
  • Evaluasi: mempertimbangkan nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.

Andrrson dkk melakukan revisi terhadaptaksonomi bloom revisi ini perlu untuk dapat mengadopsi perkembangan dan menghadapi perkembangan zaman. Anderson dkk menjelaskan ada 4 macam dimensi pengetahuan

  • Pengetahuan faktual: penetahuan berupa potongan-potongan informasi yang terpisah-pisah.
  • Pengetahuan konseptual: pengetahuan ang mencakup keterkaitan yang berfumgsi bersama-sama, mencakup skema, model pemikiran, dan teori.
  • Pengetahuan procedural: bengetahuan bagaimana mengerjakan sesuatu.
  • Penegtahuan meta kognitif: penegtahuan tentang ognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri.

konsep belajar menurut beberapa tokoh dan para alhi terdapat dua perspektif yaitu yang pertama dari perspektif umum Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk menciptakan perubahan dalam diri seseorang, baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar maupun melalui proses internal. Sedangkan menurut perspektif ketimuran yaitu kegiatan ibadah yang menyebabkan perubahan dalam diri seseorang baik dzohir maupun batin dengan niat Taqarub Ila Allah melalui perenungan alam sekitar dan pemahaman masyarakat.

Belajar memiliki hakikat mencapai kebahagiaan dan keselamatan untuk bertahan hidup, agama islam menagjarkan pentingnya belajar dalam AL-Quran surah Al-Alaq ayat 1-5 dan pentingnya membaca karena ada hal yang tidak akan kita dapatkan didalam kegiatan lain selain membaca (ther's something sepecial in reading) setelah membaca harus di tanamkan dalam hati dan diamalkan dalam perbuatan.

Dalam kegiatan belajar terdapat beberapa jenis yang sering dilakukan manusia baik sadar atau tidak sadar, menurut Gagne (1985) mengidentivikasikan menjadi 8 macan jenis belajar. Ada juga jenis-jenis belajar menurut Anderson dkk yang terbagi menjadi 4 macam. Inti dari beberapa jenis tersebut adalah tahapan-tahapan yang menghasilkan perubahan dalam kehidupan. perubahan tersebut memiliki beberapa ciri-ciri yang di simpulkan beberapa alhi. ada yang menyimpulkan bahwa perubahan bersifat permanent bukan sementara, ada juga yang menyimpulkan perubahan bersifat positif dan aktif, pada intinya perubahan melahirkan insan yang produktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun