Mohon tunggu...
Nunik Soewarno
Nunik Soewarno Mohon Tunggu... Penulis - Ibu rumahtangga

Bakul Buku Siroh, Kurir Wakaf Buku Siroh

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bukan Hanya Dihafal Sayang

4 Agustus 2024   16:05 Diperbarui: 4 Agustus 2024   16:10 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

"Ketemuan yuk, biar lebih seru ngobrolnya," ajakku
Dan di sinilah kami akhirnya bertemu di hutan kota yang cukup asri. Nongkrong berdua karena anakku dititip ke Ibu.

"Kamu kerja di mana Ney? Macan debat kayaknya ga bakal betah jadi nyonya di rumah," usilku sambil nyengir

"NGO asing, semacam Islamic Relief gitu deh, tapi lebih ke advokasi perempuan," runtut Nesya menjelaskan.

"Benar-benar makai ilmu Lo ya... Kenapa ga jadi Pengacara swasta saja, jelas banyak duit kan," tanyaku sambil mengunyah Gethuk yang sengaja kubawa untuk teman ngobrol.

Nesya hanya tertawa menjawabku.

"Ngomong-ngomong, boleh nanya ya.... Kemana jilbabmu Ney, kamu berubah," sesalku setelah obrolan ngalor ngidul nostalgia masa sekolah.
Nesya menatapku lesu.

"Kewajiban Ney. Aku dulu jatuh bangun sampai akhirnya seperti sekarang ini. Perjuangan kamu dulu yang jadi penyemangatku."

"Terus terang ketemu kamu di reunian kemarin membuatku seperti ditampar," lirihnya.

"Sudah lama aku tidak hadir di majlis ilmu," matanya menerawang

"Aku terlalu asyik dengan dunia baru yang sedikit demi sedikit membuatku lebih mengedepankan logika. Menganggap baik-baik saja memudah-mudahkan aturan, padahal sudah banyak diberi kemudahan. Melihat kamu, aku jadi pengin kembali seperti dulu lagi. Aku kangen masa-masa berjuang itu...."
Kugenggam tangannya mencoba memberi ketenangan dan kekuatan.

"Ngaji lagi, Ney. Alhamdulillah, aku dan Kang Awang sekarang ini merasakan nyamannya berada dalam jaamah kebaikan ini, karena sekarang jadi punya teman-teman baik yang saling mengingatkan, saling menasehati dalam kebaikan. Aku juga ga mau dilaknat Allah karena suka niru penampilan cowok kayak dulu. Dulu merasa dengan berlaku seperti cowok bisa tampak gagah dan ga dianggap lemah. Nunjukin diri kuat dan  mandiri tidak harus seperti itu. Sekarang dengan penampilan seperti ini pun aku tetap bisa dipandang sebagai perempuan yang berprinsip, tidak lemah dan mandiri. Alhamdulillah," jawabku dengan senyum tulus terkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun