Aku hanya tersenyum sambil menunjuk ruang sebelah tempat undangan laki-laki berkumpul.
"Sebentar, aku telpon dia biar jemput Aga ke sana. Gapapa, kan Ga, pisah sebentar dengan Neng? Daripada nanti jadi Jaka Tarub di sini," Â selorohku sambil memanggil Zawj-ku via telpon
Tak berapa lama  Kang Awang menampakkan muka sambil melambaikan tangan
"Tuh Ga, itu Kang Awang, suamiku. Aga gabung ke sana deh, biar seru obrolan cowok," kataku.
Aga berlalu menuju posisi Kang Awang di ruang sebelah.Â
Nesya dengan pandangan takjub menatapku dari atas sampai bawah, tangannya memutar tubuhku dengan binar takjub.
"Ini beneran Fayha kan? Yang tomboinya mentok sampai ubun-ubun itu? Kamu cantik banget pakai jilbab dan kerudung syar'i begini. Aku tadi pangling dan ga percaya waktu ditunjukin kamu di sini..." Masih dengan binar cahaya.Â
Hari itu kami berpisah dengan saling menyimpan nomor kontak untuk bisa terus berhubungan.
Nesyaku yang dulu rapi berjilbab dan kerudung syar'i, yang Hafidzah, sekarang melepas atribut syar'inya dengan penampilan baru yang mengikuti mode.Â
Semoga hafalannya masih tertancap kuat tak tergusur gaya hidup yang kini diikutinya, desahku dalam hati sambil mengelus dada.
Rupanya Kang Awang yang sedang menyetir sempat memperhatikanku lewat sudut matanya.
"Kenapa?", tanyanya ingin tahu