"Masih mikirin Nesya," jawabku masygul
"Itu pilihannya, kita hanya bisa mengingatkan, hasilnya terserah Allah," lembut suaranya menasihati.
"Allah Maha membolak-balik hati benar-benar ditampakkan ya, Kang," masih dengan rasa gamang.
Kang Awang tersenyum sambil sebelah tangannya terulur menggenggam tanganku  kemudian mengelus kepala jagoan kecil yang terlelap di pelukanku.
--------
Layar HP - ku tampak berkedip. Ternyata ada telpon masuk. Kuangkat ada nama Nesya di layarnya. Dengan tersenyum langsung aku tekan tombol hijau
"Assalamualaikum, Ney, apa kabar kamu. Seneng deh kamu telpon aku duluan," kubuka dengan rentetan kata bahagia'.
Nesya membalas salamku dengan senang
"Aku ganggu kamu, ga, Fay?" tanyanya di ujung telepon.
"Enggak lah, Ney, malah seneng. Kebetulan kerjaan rumah sudah beres, anakku lagi boci. Kebetulan banget ini tadi pas banget mau ambil HP. Soalnya HP selalu aku pasang mode senyap, males berisik saking banyaknya grup dan rata-rata rame semua," sumringahku
"Wah, keren kamu. Ibu rumah tangga tapi tetap bergerak meski dari rumah ya. Salut, salut. Nih aku ngacung jempol, kelihatan, ga?"
"Sayang ga kamera off, jadi ga kelihatan deh jempolmu"
Kami tertawa berdua dan berlanjutlah obrolan haha hehe seperti dulu waktu kami masih bersama.
"Fay, boleh tahu ga, kenapa kamu bisa berubah seratus delapan puluh derajat seperti ini? Kamu dulu kan anti banget pakai baju perempuan apalagi yang feminin begini. Kamu diapain sama Awang?" tiba-tiba Nesya bertanya serius, tampak penuh rasa ingin tahu.
"Apaan sih, kok diapain sama Kang Awang," tepisku sambil nyengir.