Seharusnya akan kutulis bait-bait indah dari sebuah puisi ketulusan, untukmu yang tersayang, nanti malam.
Satu rencana indah, yang biasa kulakukan pada saat bulan muncul bercengkrama dengan bintang-bintang.
Pasti suasananya akan sangat mempesona, bukan? Di bawah sinar-sinar keindahan itulah aku ingin menggoreskan penaku, menulis puisi keajaiban cinta. Khusus untukmu, nanti setelah senja.
Tapi mana bisa. Bukankah nanti malam adalah malam Minggu?
Pasti akan banyak tamu berkunjung di kediaman tempatku tinggal.
Aku harus membawa nampan, berjalan kesana-sini dengan sibuk.
Akan ramai berdenting sendok  dan garpu yang beradu dengan piring-piring di hadapan para tamu tersebut.
Aku bahkan takkan bisa mengingat satu kata dari pujangga mana pun pada saat-saat yang riuh rendah di malam Minggu tersebut, seperti yang sudah-sudah terjadi.
Aku akan sibuk, kelelahan, dan .. tak akan sempat mengingat wajahmu. Sekali pun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H