Mohon tunggu...
Khusnul Khotimah
Khusnul Khotimah Mohon Tunggu... Dosen - knowledge is power, share it and it will multiply

Penulis adalah kompasiana enthusiast dan dosen Universitas Negeri Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menelusuri Perubahan Kurikulum di Indonesia

22 Juni 2021   13:58 Diperbarui: 22 Juni 2021   14:02 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak bertahan lama, pada tahun 2006 KBK diganti dengan KTSP. Secara substansial, pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya kompetensi, yaitu 1) menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun kelompok; 2) berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman; 3) penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi; 4) sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif; 5) penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Pada tahun 2013 lahirlah Kurikulum 2013. Alasan pengembangan ke Kurikulum 2013 adalah karena ada tantangan yaitu 1) Globalisasi: WTO, ASEAN Community, APEC, CAFTA; 2) masalah lingkungan hidup; 3) kemajuan teknologi informasi; 4) konvergensi ilmu dan teknologi; 5) ekonomi berbasis pengetahuan; 6) kebangkitan industri kreatif dan budaya; 7) pergeseran kekuatan ekonomi dunia; 8) Pengaruh dan imbas teknosains; 9) Mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan; dan 10) materi TIMSS dan PISA.

Alasan lain kurikulum 2013 penting dirumuskan karena menurut persepsi masyarakat, kurikulum lama terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter. Kemudian munculnya fenomena negatif yang mengemuka seperti perkelahian antar pelajar, narkoba, korupsi, plagiarism, kecurangan dalam ujian, dan gejolak masyarakat. Terakhir karena adanya perkembangan pengetahuan dan pedagogi yaitu neorologi, psikologi, dan observation based discovery learning dan collaborative learning.

Tahun 2015 muncul pengembangan KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia), dengan latar belakang  karena adanya tantangan dan persaingan global, dan ratifikasi Indonesia di berbagai konvensi. Kemudian adanya kesenjangan mutu, relevansi lulusan, beragam kualifikasi, dan beragam pendidikan. KKNI merupakan pernyataan dan penjenjangan kualitas SDM Indonesia, agar SDM Indonesia dapat setara dengan SDM Asing, serta dapat pengakuan kualifikasi. Setiap jenjang kualifikasi pada KKNI memiliki kesetaraan dengan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan, pelatihan kerja atau pengalaman kerja. Program pengembangan KKNI pada tahun 2015 merupakan kelanjutan dari berbagai program yang sama pada tahun sebelumnya ataupun program baru. Program pada tahun sebelumnya mengutamakan untuk menyusun konsep dan juga merealisasikan menjadi kerangka yang operasional dan telah diperkuat dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang KKNI.

Pada tahun 2020, lahirlah Kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum ini disambut hangat oleh masa pandemi Covid-19. Namun justru pada masa ini kurikulum Merdeka Belajar sangat sesuai dan cocok penerapannya.  Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka, kurikulum Pendidikan Tinggi yang telah dikembangkan berdasarkan SN-Dikti yang telah menggunakan pendekatan Outcome Based Education (OBE). Terdapat ganjalan yang dirasakan pada pendekatan kurikulum OBE ini yaitu kurang relevannya dengan kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar. Sementara itu, yang diacu OBE adalah profil lulusan yang kemudian direlevansikan dengan konten Kurikulum. Pada satu sisi kurikulum terbaru harus memuat kemerdekaan belajar, sedang pada OBE yang diacu adalah profil lulusan yang tidak memberikan peluang untuk kemerdekaan belajar. Mana mungkin keduanya bisa relevan bila arahnya sudah berbeda sejak awal. Jadi, tidak updatenya profil yang telah ditetapkan adalah persoalannya. Oleh karena itu, agar semua bisa sinkron, langkah pertama yang harus dilakukan adalah merumuskan kembali profil lulusan yang kekinian yang tentunya dengan mengadopsi karakteristik Kurikulum Merdeka Belajar.

Demikian hebat dan cemerlangnya para ahli menyusun kurikulum dari masa ke masa. Semuanya ada kelebihan dan kekurangannya, dan hal ini tidak perlu mengurangi semangat kita bangsa Indonesia untuk terus maju bersaing dengan negara lain. Yang tampak saat ini adalah negara ini semakin percaya diri dan membuktikan dirinya dapat bersaing di Quacquarelli Symonds (QS) World University Ranking dan Universitas Indonesia menduduki peringkat 296 dunia untuk tahun 2019/2020. Bravo pendidikan Indonesia jaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun