Mohon tunggu...
Agustian Deny Ardiansyah
Agustian Deny Ardiansyah Mohon Tunggu... Guru - Guru yang tinggal di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Setiap tulisan yang saya tulis dan memiliki nilai manfaat pada blog kompasiana ini, pahalanya saya berikan kepada Alm. Ayah saya (Bapak Salamun)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dari Pendidik Menjadi Pengais Validasi, Itukah Tugas Guru Saat Ini?

1 Maret 2024   00:02 Diperbarui: 2 Maret 2024   08:32 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kegiatan Guru Pada Program Kemdikbudristek. (Sumber:sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id)

Platform Merdeka Mengajar (PMM), Guru Penggerak, Pengajar Praktik, fasilitator, Sekolah Penggerak, pengelolaan kinerja adalah seabrek program Kemdikbudristekdikti bagi guru di Indonesia saat ini.

Berbagai program tersebut mengharuskan guru atau lembaga pendidikan untuk melakukan berbagai kegiatan sehingga bisa dinyatakan lulus.

Tak mudah bagi guru untuk mengikuti setiap program unggulan Kemdikbudristekdikti tersebut. Bahkan saya sebagai guru merasa kuwalahan.

Saya pernah merasakan bagaimana ketika harus berjibaku dalam mengikuti program guru penggerak tahun 2023 yang lalu.

Melengkapi berkas, menulis esai, melakukan microteaching, wawancara dan mengikuti pendidikan kurang lebih selama 6 bulan harus saya lalui sebelum dinyatakan lulus sebagai guru penggerak.

Itu bukan tanpa perjuangan, setiap malam saya harus mengerjakan tugas-tugas seabrek hanya untuk memastikan setiap item tugas telah tervalidasi dengan "centrang hijau".

Bahkan kadang harus meninggalkan kelas untuk mengikuti sesi gmeet dengan fasilitator. Tak jarang saya juga meninggalkan tugas kepada siswa karena jadwal gmeet bersamaan dengan jadwal mengajar.

Hasilnya setelah mengikuti kegiatan itu adalah "euforia sesat". Hal itu karena semua yang saya lalui belum tentu saya terapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Kendati begitu Kemdikbudristekdikti telah memberi garansi bagi guru yang telah mengikuti program guru penggerak layak untuk diangkat menjadi kepala sekolah.

Saya sendiri sebagai seorang guru penggerak merasa sangsi dengan garansi Kemdikbudristekdikti itu.

Bagaimana tidak!. Kelayakan sesorang guru menjadi kepala sekolah hanya dilihat dari vallidasi keberhasilan menyelesaikan  tugas yang diberikan dan dikerjakan secara onlain?.

Atau ketika saya ikut menjadi peserta dalam kegiatan pembekalan pengajar praktik. 

Selama kurang lebih satu minggu, dari pagi hingga sore saya harus berada di depan leptop.

Hal itu saya lakukan agar saya tidak melewatkan satu kegiatanpun selama mengikuti pembekalan pengajar praktik.

Bisa anda bayangkan, ketika saya mengejar validasi dari tugas-tugas dalam kegiatan pembekalan pengajar praktik itu.

Saya juga dengan berat hati harus meninggalkan kelas yang saya ampu dengan memberikan tugas kepada siswa.

Miris bukan?.

Tidak hanya itu ketika Platform Merdeka Mengajar (PMM) di kenalkan kepada guru bahkan dibuatkan kompetisnya oleh Kemdikbudristekdikti.

Saya merasa bahwa guru benar-benar dituntut untuk mengejar validasi.

Bagaimana tidak!, guru diminta mendengarkan materi-materi dari youtube, mengerjakan tugas, melakukan refleksi, membuat aksi nyata dan divalidasi hanya untuk selembar sertifikat.

Memang guru-guru yang telah menempuh pendidikan selama kurang lebih 4 tahun dan fokus dalam materi kependidikan masing-masing masih kurang layak sehingga harus di lakukan uji validasi seperti itu?.

Seolah-olah pemerintah dalam hal ini Kemdikbudristekdikti tidak lagi percaya dengan guru-guru di Indonesia sehingga harus divalidasi melalui seabrek program-program unggulan yang dibuat oleh Kemdikbudristekdikti?.

Terakhir, terkait dengan pengelolaan kinerja di Platform Merdeka Mengajar (PMM).

Guru dituntun untuk membuat laporan ini, laporan itu, mengikuti pelatihan ini, pelatihan itu yang kemudian membuat guru lelah karena bukan mendidik di kelas tapi sibuk berburu sertifkat hanya untuk sebuah validasi.

Kenapa?, karena kadang guru dalam mengikuti sebuah pelatihan tidak lagi melihat bagaimana pelatihan itu berdampak bagi pembelajaran siswa di kelas namun lebih kepada selembar sertifikat saja.

Benarkan di era mas mentri hari ini guru menjadi profesi yang telah bergeser pemaknaan tugasnya, dari seorang pendidik menjadi pengais validasi?.

Bangka Selatan, 1 Maret 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun