Hal itu terlihat dari didaulatnya beliau sebagai Presiden Student English Forum (SEF) ITB dan menjadi wakil Dewan Mahasiswa (Dema) dari tahun 1976-1977.
Sudah saya katakana, Rizal Ramli bukanlah sosok mahasiswa yang lempeng-lempeng saja namun sangat aktif dalam kegiatan organisasi dan aktifis.
Puncaknya ketika Rizal Ramli bersama dengan rekan-rekanya menerbitkan buku berjudul "Buku Putih Perjuangan Mahasiswa ITB" yang diterjemahkan ke dalam delapan bahasa asing oleh Prof. Ben Anderson dari Amerika Serikat.
Perihal buku itulah kemudian Rizal Ramli bersama-sama dengan rekan-rekanya harus berdiam diri di Sukamiskin pada tahun 1970.
Berkuliah Ke luar Negri
Setiap peristiwa pasti memiliki hikmahnya masing-masing, selama di Sukamiskin Rizal Ramli sangat gandrung dengan buku-buku berbau ekonomi yang diberikan oleh teman-temanya.
Setelah kurang lebih selama satu tahun berdiam diri di Sukamiskin, Rizal Ramli kemudian berusaha mencari beasiswa ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikanya.
Pencarian itupun akhirnya didapatkanya melalui beasiswa Ford Fondation atas rekomendasi Buyung Nasution dan Rektor ITB kala itu.
Setelah mendapatkan beasiswa, kemudian Rizal Ramli mendaftar pada juruasan ekonomi di Boston University.
Selama kurang lebih satu setengah tahun akhirnya Rizal Ramli berhasil menyelesaikan kuliahnya dan kemudian kembali ke Indonesia.
Gelar Doktor Rizal Ramli