Hal itu memberi arti bahwa, "razia cukur rambut" tidak serta merta memberikan efek jera dan pendisiplinan bagi siswa, karena setiap dilakukan razia cukur rambut di sekolah selalu ada siswa yang tertangkap dan dilakukan penindakan.
Namun, setelah saya mengikuti program pendidikan guru penggerak angkatan 6 dan mendapat materi tentang coaching, paradigma tentang cara-cara pendisplinan utamnya razia cukur rambut dan lainnya perlahan-lahan berubah.
Dimana razia cukur rambut tidak harus dilakukan secara sporadis dengan langsung mencukur atau memotong rambut siswa yang melanggar aturan, namun dengan diskusi interaktif sehingga siswa memiliki kesadaran diri untuk mau menaati aturan sekolah yang telah dibuat.
Coaching adalah salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru (coache) untuk membantu siswa (coachee) mengatasi masalah atau hambatan yang dialaminya.
Hal itu dilakukan agar siswa (coachee) mampu menemukan solusi atas masalah yang dihadapinya berdasarkan cara yang diungkapkannya.
Pada saat coacing, guru (coache) harus dapat menjadi mitra yang mampu meberdayakan dan mengoptimalakan siswa (coachee) dengan cara menghadirkan dirinya secara penuh dalam kegiatan tersebut.
Kehadiran penuh itu dilakukan guru (coache) melalui pertanyaan berbobot dan lebih banyak mendengarkan sehingga mampu menggali potensi siswa (coachee) dalam suatu proses coaching.
Selain itu, untuk menghasilkan proses coaching yang berhasil, seorang guru (coache), harus menerapkan alur TIRTA dalam pelaksanaanya.
Sehingga siswa mampu menggali kesadaran dan potensinya untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukanya dan kembali pada hal-hal positif sesuai dengan aturan yang diterapkan sekolah.
Hal itu dilakukan dengan cara:
1. Membuat Tujuan (T)