BMKG memprediksi puncak musim panas akan terjadi pada bulan oktober dan hujan akan mulai terjadi di bulan november.
Jika hal itu benar, bisa dipastikan gagal panen bagi sebagian lebih petani di desa saya akan terjadi.
Itu karena keterlambatan petani menananam padi setelah masa panen pertama di bulan april 2023, karena mengira air (utamanya hujan) masih melimpah seperti sepanjang tahun yang lalu.
Prediksi petani akan cuaca tersebutlah yang membuat petani di desa saya hari ini ada yang bersuka cita ada juga yang merana menunggu gagal panan tanpa bisa berbuat apa-apa.
Berbuat apa?, air saja sudah sangat sulit dan mustahil kecuali dengan datangnya hujan yang masih menunggu di bulan november menurut prediksi BMKG.
Rasa suka cita yang dirasakan sebagian petani tersebut karena harga beras di tingkat petani di desa saya (petani menjual dalam bentuk beras bukan gabah) sudah terkerek naik.
Dimana beras di tingkat petani sudah menyentuh harga Rp12.500-Rp14.000 per kg tergantung dari jenis padi yang ditanam.
Naiknya harga beras tersebut disebabkan karena terjadi gagal panen yang mengakibatkan berkurangnya pasokan (stok) beras yang bisa dijual.
Selain faktor tersebut, hal itu juga terjadi karena kurangnya hasil panen petani.
Pada kondisi normal, 1 hektar lahan bisa menghasilkan rata-rata 2,4 ton beras namun akibat kurangnya pasokan air karena kekeringan yang ditunggangi el nino, 1 hektar lahan hanya bisa menghasilkan 1,8-2 ton beras.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya