Beberapa hari ini panas semakin terik, angin semakin kencang dan debu-debu semakin liar kesana kemari karena gersangnya lingkungan tak tersentuh hujan.
Sumur di rumah saya telah mengering, orang-orang juga telah mencari sumber air ketempat lebih jauh dengan membawa dirigen atau drum besar untuk memenuhi sumber air keluarga.
kolong (waduk) tampungan air untuk irigasi sawah tinggal tetesan dan petani mulai menggunakan genset untuk menyemai air dari sisa-sisa air kolong (waduk) untuk megalirkan air ke sawahnya.
Bendungan utama sudah tidak mengalirkan airnya ke sungai kecuali pada saluran irigasi pertanian yang tak semua lahan bisa menikmatinya, karena irigasi belum menjangkau semua lahan yang ada.
Maka lahan-lahan yang tak terjamah air pasrah menunggu kematian dan dipastikan akan terjadi gagal panen karena tanah telah merekah sedangkan usia padi masih sangat muda.
Beruntung bagi petani yang gerak cepat ketika masa panen pertama selesai (april 2023) langsung menanam padi (mei - awal juni 2023).
Saat ini sudah bisa menikmati panen, namun itu tak sampai 40 persen dari petani yang melakukan penanaman. Â
Hal itu terjadi disebabkan oleh efek el nino sehingga musim kemarau menjadi semakin panjang.
BMKG memprediksi puncak musim panas akan terjadi pada bulan oktober dan hujan akan mulai terjadi di bulan november.
Jika hal itu benar, bisa dipastikan gagal panen bagi sebagian lebih petani di desa saya akan terjadi.
Itu karena keterlambatan petani menananam padi setelah masa panen pertama di bulan april 2023, karena mengira air (utamanya hujan) masih melimpah seperti sepanjang tahun yang lalu.
Prediksi petani akan cuaca tersebutlah yang membuat petani di desa saya hari ini ada yang bersuka cita ada juga yang merana menunggu gagal panan tanpa bisa berbuat apa-apa.
Berbuat apa?, air saja sudah sangat sulit dan mustahil kecuali dengan datangnya hujan yang masih menunggu di bulan november menurut prediksi BMKG.
Rasa suka cita yang dirasakan sebagian petani tersebut karena harga beras di tingkat petani di desa saya (petani menjual dalam bentuk beras bukan gabah) sudah terkerek naik.
Dimana beras di tingkat petani sudah menyentuh harga Rp12.500-Rp14.000 per kg tergantung dari jenis padi yang ditanam.
Naiknya harga beras tersebut disebabkan karena terjadi gagal panen yang mengakibatkan berkurangnya pasokan (stok) beras yang bisa dijual.
Selain faktor tersebut, hal itu juga terjadi karena kurangnya hasil panen petani.
Pada kondisi normal, 1 hektar lahan bisa menghasilkan rata-rata 2,4 ton beras namun akibat kurangnya pasokan air karena kekeringan yang ditunggangi el nino, 1 hektar lahan hanya bisa menghasilkan 1,8-2 ton beras.
Tingginya harga beras ditingkat petani kemudian mempengaruhi harga ditingkat agen (penggilingan) dan pengecer.Â
Saat ini harga beras di pasar tempat kami tinggal sudah menyentuh harga Rp14.000-Rp15.000 per kg tergantung jenis beras yang dijual.
Harga beras yang demikan mungkin akan berlangsung lama, terlebih pemerintah gagal mendatangkan beras impor dari India karena India menyetop ekspor untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negerinya.
Sikap Kita
Sikap kita dalam merespon efek el nino dengan terjadinya kenaikan harga beras adalah bersikap tenang.
Serta mulai untuk mengencangkan ikat pinggang (berhemat) sehingga mampu menentukan skala prioritas pengeluaran yang dilakukan untuk hal-hal yang sangat penting atau urgen.
Selain itu kita juga harus memiliki kesadaran untuk mulai menghemat air yang kita miliki serta tidak memantik api yang dapat menyebabkan kebakaran hutan atau lahan sehingga mengakibatkan bencana lainnya seperti karhutla dan asap.Â
Salam Efek El Nino.
Bangka Selatan, 8 September 2023.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya