Saya sadar betul bahwa guru seperti Saya tidak memiliki banyak suara yang bisa diungkapkan.
Maka Saya lebih berfokus pada apa yang ingin Saya lakukan terhadap hal-hal yang bisa Saya lakukan untuk murid Saya.
Namun paradigma tersebut sudahlah usang.
Terlebih setelah Saya beranjak pada modul selanjutnya tentang Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah.
Saya sebagai guru tidak bisa bergerak sendiri, apalagi menjadi hero. Tidak.
Namun harus mampu mengandeng rekan sejawat dan murid untuk mencapai kebaikan bagi sekolah.Â
Hal itu tercermin dari bagaimana kita mengambil keputusan berdasar nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin.
Awalnya Saya berfikir bahwa mengambil keputusan ini ya mengambil keputusan saja, biasanya Saya dasarkan pada keinginan atau kecendrungan Saya akan sesuatu.
Baik itu di dalam pekerjaan maupun pengambilan keputusan terkait masalah yang terjadi dalam pembelajaran.
Saya sering mengacu pada yang Saya inginkan dan hal itu  harus menjadi sebuah keputusan, tanpa melihat dampak yang terjadi kebelakangnya.
Nah dengan belajar pada modul ini Saya belajar beberapa hal utamanya seni dalam mengambil suatu keputusan.
pertama Saya belajar tentang etika, etika merupakan suatu hal yang harus kita pahami sebelum kita mampu mengambil sebuah keputusan.
Karena dengan etika kita bisa menggali nilai-nilai universal yang ada sehingga kita bisa lebih dewasa dan terarah dalam setiap pengambilan keputusan.
kedua, setelah kita memahami bagaimana pentingnya etika dalam pengambilan keputusan selanjutnya adalah bagaimana kita mampu untuk menjangkau untuk apa dan siapa keputusan itu dilakukan.
Dimana keputusan itu harus memuat 1) berpihak pada murid, 2) berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal dan 3) bertanggung jawab.
kemudian setelah kita memahami keputusan itu untuk siapa maka kita juga harus belajar tentang bagaimana dan seperti apa keputusan harus dibuat.
Dalam hal ini dikenal dengan paradigma dilema etika yaitu:
1) Individu lawan kelompok (individual vs community) 2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).
Setelah memahami bagaimana kita mengontruksi pengambilan keputusan selanjutnya adalah untuk apa keputusan dibuat, maka hal itu merujuk pada prinsip pengambilan keputusan.
Dimana keputusan diambil untuk 1) Melakukan, demi kebaikan orang banyak, 2, Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri Anda dan 3, Melakukan apa yang Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Anda.
Setelah kita memahami etika, bagaimana keputusan dibuat, untuk apa siapa keputusan dibuat kita harus terlebih dahulu menguji keputusan yang akan kita buat.
Hal itu dilakukan dengan 1) Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, 2) Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, 3) Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
4) Pengujian benar atau salah, 5) Pengujian Paradigma Benar lawan Benar, 6) Melakukan Prinsip Resolusi, 7) Investigasi Opsi Trilema, 8) buat keputusan, 9) lihat lagi keputusan dan refleksikan.
Setelah Saya memahami bagaimana mengambil keputusan dalam kaitan pengambilan keputusan yang benar selanjutnya Saya seolah terperangah bahwa setiap keputusan yang diambil haruslah berdampak pada murid dengan memhami sumber daya sekolah.
Dimana pada tataran itu setiap keputusan harus juga disesuaikan dengan apa yang sekolah miliki baik dalam bentuk mati (abiotik) dan hidup (biotik).Â
Ekosistem itu harus kita pahami secara benar dan tepat, sehingga kita bisa memaksimalkan apa yang ada sebagai pemimpin pembelajaran.
Ekosistem tersebut terewajentahkan dalam bentuk Aset manusia, sosial, finansial, politik, agama dan budaya, lingkungan alam, dan sarana serta prasarana (fisik).
Itu adalah aset yang bisa kita gunakan dalam kegiatan kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan berbasis pada kekuatan sehingga memberikan kemampuan daya saing dan tekan untuk lebih baik.
Keputusan dan pemahaman sumber daya yang tepat kemudian menghasilkan pengelolaan praogram yang berdampak pada murid.Â
Dimana program yang Saya akan lakukan diharapkanmampu memabngkitkan student agency (kepemimpinan murid). Â
Student Agency (kepemimpinan murid) merupakan dorongan yang dilakukan dalam rangka mengembangkan sikap dan perilaku murid yang mampu mengambil kepemilikan dan tanggung jawab atas proses pembelajaran mereka sendiri.
Student Agency memberikan pengalaman kepada murid untuk murid dapat menentukan suara dan pilihan atas apa yang akan mereka pelajari.
Bagaimana mereka belajar dan menngelola pembelajaran mereka, murid dapat memilih arah dan cara untuk mencapai tujuan pembelajaran yang mereka harapkan.
Oleh karena itu, dalam pembentukan Student Agency (kepemimpinan murid) dibutuhkan pengelolaan program yang dapat memunculkan:
1) suara murid, 2) pilihan yang dilakukan oleh murid dan 3) kepemilikan murid sehingga murid mampu mengorganisir kegiatan yang dilakukan sesuai dengan potensi dan kecendrungan keinginan yang dimiliki.
Dalam membangun studen agency selain harus memahami apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan murid untuk memberikan dampak yang nyata atas program yang dilakukan juga harus berpusat pada 7 karakteristik lingkungan dalam menjalankan program yang mampu membangkitkan Student Agency (kepemimpinan murid).
Ketujuh karakteristik itu adalah 1) pola pikir positif dan merasakan emosi positif, 2) keterampilan berinteraksi sosial, 3) yang melatih ketrampilan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan baik akademik dan non akademik.
Kemudian 4) yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, 5) Lingkungan yang membuka wawasan murid 6) lingkungan yang mengjadirkan kegiatan yang membuat murid aktif dalam kegiatannya dan 7) lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap tagguh.
Alhamdulilah, selesai juga apa yang telah Saya mulai dalam memepelajari modul 1-3 pada LMS ini, sudah waktunya menerapkan pengalaman dalam mempelajari setiap urian modul itu dalam kegiatan Saya sebagai sebagai guru secara nyata dan luas.
Terimakasih, terimakasih Saya ucapkan kepada ibu Enah Saenah yang telah membimbing Saya dalam menyelesaiakan setiap modul ini, Bapak Syahrullah selaku PP dan teman teman tim yang solid hingga akhir perjuangan.Â
Terimakasih, terimakasih, terimakasih,Â
Tidaklah benar bahwa pendidikan guru penggerak ini tidak bermanfaat.
pedidikan guru penggerak ini adalah lentera di tengah kegelapan yang kita susuri untuk menghantarkan murid-murid kita pada jalan yang mereka tempuh untuk menemukan jalan terbaik atas yang mereka cita-citakan. (Selesai)
Semangat, Asak kawa kita pacak (Asal Bersungguh-Sungguh Pasti Bisa)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H