Studi kasus pada 4 perusahaan Retail di Indonesia
Objek Riset       :
Rasio Likuiditas da Rasio Leverage yang bersumber pada laporan keuangan perusahaan
- PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES)
- PT Electrinic City Indonesia Tbk (ECII)
- PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS)
- PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO)
Â
Tujuan Riset      :
- Mengetahui perbedaan (secara deskriptif) kondisi keuangan Perusahaan Retail di atas.
- Menganalisis laporan keuangan perusahaan di atas
Tahun Riset       :
 Tahun 2021 dan 2022
Batasan          :
- Rasio Likuiditas yang dihitung adalah rasio lancar (Current ratio) dan rasio kas (Cash ratio)
- Rasio Leverage yang dihitung adalah rasio utang (Debt ratio) dan rasio utang terhadap modal (Debt to equity ratio)
Data Awal
Berikut grafik perkembangan ukuran perusahaan yang dilihat dari total aset pada 4 Perusahaan Retail di Indonesia dari tahun 2021 sampai dengan 2022 :
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) lebih unggul dibandingkan tiga perusahaan pesaingnya yaitu Electrinic City Indonesia Tbk (ECII), Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) dan Trikomsel Oke Tbk (TRIO), jika dilihat dari total asetnya. Dari tahun 2021 hingga 2022, jumlah aset ACES DAN SLIS mengalami kenaikan secara signifikan, sedangkan perusahaan ESII dan TRIO mengalami penurunan.
Penyajian Data Rasio Likuiditas
Rasio yang digunakan adalah Rasio Lancar (current ratio) dan Rasio Kas (cash ratio). Rumus rasio tersebut adalah sebagai berikut:
Berdasarkan diagram di atas, rasio likuiditas ACES di tahun 2021 adalah 7,18 yang artinya setiap Rp. 1 utang lancar dijamin oleh 7,18 aset lancar. Kemudian di tahun 2022 mengalami kenaikan menjadi 8,00 yang berarti kemampuan aset lancar dalam menjalani kewajiban jangka pendek semakin tinggi dibandingkan tahun 2021. Jika dibandingkan dengan rata-rata industrinya, kondisi likuiditas ACES pada tahun 2021 dan 2022 sangat baik karena jauh berada di atas rata-rata industri.
Untuk perusahaan ECII berdasaran diagram di atas, rasio likuiditas ECII pada tahun 2021 adalah 2,59 yang artinya setiap Rp. 1 utang lancar dijamin oleh 2,59 aset lancar. Kemudian di tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 2,11 yang berarti kemampuan aset lancar dalam menjalani kewajiban jangka pendek semakin rendah dibandingkan tahun 2021. Jika dibandingkan dengan rata-rata industrinya, kondisi likuiditas ECII pada tahun 2021 dan 2022 kurang baik. Karena, dalam hal ini rata-rata industrinya lebih tinggi dibandingkan dengan aset lancarnya dari tahun 2021 sampai 2022.
Untuk perusahaan SLIS berdasarkan diagram di atas, rasio likuiditas SLIS pada tahun 2021 adalah 2,46 yang artinya setiap Rp. 1 utang lancar dijamin oleh 2,46 aset lancar. Kemudian di tahun 2022 mengalami kenaikan menjadi 3,22 yang berarti kemampuan aset lancara dalam menjalani kewajiban jangka pendek semkain tinggi dibanding tahun 2021. Tetapi jika dibandingkan dengan rata-rata industrinya, kondisi likuiditas SLIS tidak baik. Dalam hal ini, rata-rata industrinya lebih tinggi dibandingkan dengan aset lancarnya dari tahun 2021 hingga 2022.
Selanjutnya berdasarkan diagram di atas, rasio likuiditas TRIO di tahun 2021 adalah 0,05 yang artinya setiap Rp. 1 utang lancar dijamin oleh 3,07 aset lancar. Kemudian di tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 0,04 yang berarti kemampuan aset lancar dalam menjalani kewajiban jangka pendek semakin rendah dibandingkna dengan tahun 2021. Jika dibandingkan dengan rata-rata industrinya, aset lancar TRIO di tahun 2021 dan 2022 tidak baik karena berada sangat jauh dari rata-rata industrinya.
Berdasarkan diagram di atas, kondisi likuiditas perusahaan ACES pada tahun 2021 adalah 3,52 yang artinya setiap Rp. 1 utang lancar di jamin oleh Rp. 3,52 kas dan setara kas. Kemudian pada tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 3,18 yang berarti kondisi likuiditas perusahaan tidak membaik, dimana ditandai dengan menurunyanya rasio kas dan setara kas dibandingkan dengan tahun 2021. Akan tetapi, jika kas dan setara kas ACES pada tahun 2021 dan 2022 dbandingan dengan rata-rata industrinya, maka kondisi likuiditas membaik. Dalam hal ini, karena rata-rata industrinya lebih rendah.
Berdasarkan diagram di atas, kondisi likuiditas pada perusahaan ECII pada tahun 2021 adalah 0,76 yang artinya setiap Rp. 1 utang lancar di jamin oleh Rp. 0,76 kas dan setara kas. Kemudian pada tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 0,74 yang berarti kondisi likuiditas perusahaan tidak membaik, dimana dalam hal ini ditandai dengan menurunnya rasio kas dan setara kas dibandingkan dengan tahun 2021. Selanjutnya, jika kas dan setara kas ECII pada tahun 2021 dan 2022 dibandingkan dengan rata-rata industrinya, maka bisa dikatakan bahwa likuiditasnya tidak membaik karena rata-rata industrinya lebih tinggi.
Berdasarkan diagram di atas, kondisi likuiditas perusahaan SLIS pada tahun 2021 adalah 0,04 yang artinya setiap Rp. 1 utang lancar di jamin oleh Rp. 0,04 kas dan setara kas. Selanjutnya pada tahun 2022 mengalami kenaikan menjadi 0,78 yang berarti kondisi dari likuiditas perusahaan membaik, dimana ditandai dengan meningkatnya rasio kas dan setara kas. Jika kas dan setara kas SLIS dibandingkan dengan rata-rata industrinya, maka kondisi likuiditasnya tidak membaik karena rata-rata nilai industrinya lebihtinggi.
Berdasarkan diagram di atas, kondisi likuiditas perusahaan TRIO pada tahun 2021 adalah 0,01 yang artinya setiap Rp. 1 utang lancar di jamin oleh Rp. 0,01 kas dan setara kas. Kemudian pada tahun 2022 mengalami kenaikan menjadi 1,19 yang berarti kondisi likuiditas dari perusahaan membaik, dimana dalam hal ini ditandai dengan meningkatnya rasio kas dan setara kas dibandingkan dengan tahun 2021. Jika dibandingkan kas dan setara kas dengan rata-rata iindustrinya, maka likuiditasnya tidak membaik karena rata-rata industrinya lebih tinggi.
Rasio Leverage
Rasio yang digunakan adalah Rasio Utang (debt ratio) dan (debt to equity ratio).Â
Rumus rasio tersebut adalah sebagai berikut:
 Berdasarkan diagram di atas, rasio leverage ACES di tahun 2021 adalah 0,22 yang artinya 22% dari keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan, sebesar 22% di danai oleh hutang. Kemudian pada tahun 2022, adalah 0,18 artinya dari keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan sebesar. 18% di danai oleh hutang. Jadi, rasio leverage dari tahun 2021 ke 2022 menurun dimana menandakan bahwa semakin baik dalam pengelolaan uang. Jika dibandingkan dengan rata-rata industrinya, maka rasio leveragenya sangat baik, karena lebih rendah dari rata-rata industrinya.
Berdasarkan diagram di atas, rasio leverage ECII di tahun 2021 adalh 0,26 yang artinya 26% dari keseluruhan aset yang dimilki perusahaan, sebesar 26% di danai oleh hutang. Kemudian pada tahun 2022, adalah 0,29 artinya dari keseluruhan aset yang dimiliiki perusahaan, sebesar 29% di danai oleh hutang. Jadi rasio leverage dari tahun 2021 ke 2022 meningkat dimana menandakan bahwa pengelolaan uang perusahaan tidak baik. Selanjutnya, jika dibandingkan dengan rata-rata industrinya, maka rasio leverage tahun 2021 sangat baik karena rata-rata industri lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata industri tahun 2021, sedangkan pada tahun 2022 adalah sebaliknya.
Berdasarkan diagram di atas, rasio leverage SLIS di tahun 2021 adalah 0,48 yang artinya dari keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan, sebesar 48% di danai oleh hutang. Kemudian pada tahun 2022, adalah 0,45 artinya dari keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan sebesar. 45% di danai oleh hutang. Jadi, rasio leverage dari tahun 2021 ke 2022 menurun dimana menandakan bahwa semakin baik. Jika dibandingkan dengan rata-rata industrinya, maka rasio leverage tahun 2021 sangat baik karena lebih rendah dari rata-rata industrinya di tahun 2021, sedangkan pada tahun 2022 adalah sebaliknya.
Berdasarkan diagram di atas, rasio leverage SLIS di tahun 2021 adalah 0,04 yang artinya dari keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan, sebesar 4% di danai oleh hutang. Kemudian pada tahun 2022, adalah 0,04 artinya dari keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan sebesar 4% di danai oleh hutang. Jadi, rasio leverage dari tahun 2021 ke 2022 tidak mengalami penurunan dan juga tidak mengalami peningkatan atau stabil. Selanjutnya, jika dibandingkan dengan rata-rata industrinya maka rasio leverage tahun 2021 sangat baik karena rata-rata industri lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata industri tahun 2021, sedangkan pada tahun 2022 adalah sebaliknya.
Berdasarkan diagram di atas, rasio leverage ACES di tahun 2021 adalah 0,85 yang artinya dari keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan, sebesar 85% di danai oleh hutang. Kemudian pada tahun 2022, adalah 0,22 artinya dari keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan sebesar. 22% di danai oleh hutang. Terjadinya penurunan dari tahun 2021 ke 2022 menurun dimana mempunyai arti semakin baik karena pengelolaan utang yang efisien. Jika dibandingkan dengan rata-rata industrinya, tahun 2021 rasio leverage kurang baik karena lebih tinggi dari rata-rata industrinya, sengkan tahun 2022 adalah sebaliknya.
Berdasarkan diagram di atas, rasio leverage ECII di tahun 2021 adalah 0,35 yang artinya dari keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan, sebesar 35% di danai oleh hutang. Kemudian pada tahun 2022, adalah 0,22 artinya dari keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan sebesar. 42% di danai oleh hutang. Terjadinya kenaikan dari tahun 2021 ke 2022 meningkat dimana mempunyai arti perusahaan tidak efisien dalam pengelolaan utang. Jika dibandingkan dengan rata-rata industrinya, maka rasio leveragenya sangat baik, karena lebih rendah dari rata-rata industrinya.
Berdasarkan diagram di atas, rasio leverage SLIS di tahun 2021 adalah 0,93 yang artinya dari keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan, sebesar 93% di danai oleh hutang. Kemudian pada tahun 2022, adalah 0,22 artinya dari keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan sebesar. 81% di danai oleh hutang. Terjadinya penurunan dari tahun 2021 ke 2022 menurun dimana mempunyai arti semakin baik karena pengelolaan utang yang efisien. Jika dibandingkan dengan rata-rata industrinya, tahun 2021 rasio leverage kurang baik karena lebih tinggi dari rata-rata industrinya, sengkan tahun 2022 adalah sebaliknya.
Berdasarkan diagram di atas, rasio leverage TRIO di tahun 2021 adalah 1,02 yang artinya dari keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan, sebesar 1,02 di danai oleh hutang. Kemudian pada tahun 2022, adalah 0,87 artinya dari keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan sebesar. 1,87 di danai oleh hutang. Terjadinya kenaikan dari tahun 2021 ke 2022 meningkat dimana mempunyai arti perusahaan tidak efisien dalam pengelolaan utang. Jika dibandingkan dengan rata-rata industrinya, maka rasio leverage tahun 2021 dan 2022 kurang baik karena lebih tinggi dibandingkan dari rata-rata industrinnya.
Kesimpulan
Kesimpulanya dari hasil rasio lancar pada keempat perusahaan di atas, memiliki perbandingan aset lancar yang berbeda-beda. Terdapat dua perusahaan, yaitu perusahaan ACES dan SLIS yang mengalami kenaikan aset lancarnya pada tahun 2021 dan 2022. Sedangkan untuk kedua perusahaan yang lain yaitu ECII dan TRIO mengalami penurunan pada tahun 2021 dan 2022. Selanjutnya untuk rata-rata industrinya dari keempat perusahaan di atas, terdapat satu perusahaan yaitu perusahaan ACES yang kondisi likuiditasnya sangat baik karena berada di atas rata-rata industri. Untuk ketiga perusahaan yang lainnya yaitu ECII, SLIS dan TRIO kondisi likuditanya kurang baik karena berada di bawah dari rata-rata industri.
Dari hasil rasio kas terhadap empat perusahaan tersebut adalah, kondisi likuiditas perusahaan berbeda-beda tergantung dengan kas dengan setara kasnya masing-masing. Dari penjelasan di atas, pada perusahaan ACES, kondisi likuditas dari perusahaan tersebut tidak membaik karena ditandai dengan menurunya rasio kas dan setara kas dari tahun 2021 ke tahun 2022. Pada perusahaan ECII, kondisi likuiditas perusahaan tersebut juga mengalami penurunan dimana ditandai dengan menurunya rasio kas dan setara kas dari tahun 2021 ke tahun 2022. Selanjutnya pada perusahaan SLIS, kondisi likuiditas dari perusahaan ini membaik dimana ditandai dengan meningkatnya rasio kas dan setara kas dari tahun 2021 ke 2022. Dan pada perusahaan TRIO, kondisi likuiditas dari perusahaan ini juga mengalami kenaikan dimana ditandai dengan meningkatnya rasio ks dan setara kas dari tahun 2021 ke 2022. Jadi dari kesimpulan ini, maka terdapat dua perusahaan yaitu perusahaan ACES dan ECII yang kondisi likiditas perusahannya tidak membaik. Sedangkan pada dua perusahaan selanjutnya yaitu SLIS dan TRIO dimana kondisi perusahaannya membaik dari tahun 2021 ke 2022.
Dari hasil rasio kas terhadap empat perusahaan tersebut, rasio leverage dari keempat perusahaan tersebut berbeda-beda. Terdapat dua perusahaan yaitu perusahaan ACES dan SLIS yang rasio leveragenya menurun, dimana yang artinya menandakan bahwa semakin baik perusahaan dalam mengelola uang. Selanjutnya ada perusahaan ECII dimana rasio leveragenya meningkat, dimana artinya pengelolaan uang perusahaan tidak baik. Dan ada perusahaan SLIS, rasio leveragenya tidak mengalami penurunan dan juga kenaikan atau stabil.
Dari hasil rasio leverage pada empat perusahaan di atas, memiliki perbandingan terhadap pengelolaan uang yang berbeda-beda. Pada perusahaan ACES Terjadinya penurunan dari tahun 2021 ke 2022 menurun dimana mempunyai arti semakin baik karena pengelolaan utang yang efisien. Pada perusahaan ECII terjadinya kenaikan dari tahun 2021 ke 2022 meningkat dimana mempunyai arti perusahaan tidak efisien dalam pengelolaan utang. Pada perusahaan SLIS Terjadinya penurunan dari tahun 2021 ke 2022 menurun dimana mempunyai arti semakin baik karena pengelolaan utang yang efisien. Pada perusahaan TRIO terjadinya kenaikan dari tahun 2021 ke 2022 meningkat dimana mempunyai arti perusahaan tidak efisien dalam pengelolaan utang.
Â
Referensi
 http://repository.iainpare.ac.id/4592/1/18.2900.057.pdf#page37
 https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/5347-Full_Text.pdf
https://www.idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-keuangan-dan-tahunan/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H