Janur kuning yang menjadi penghias halaman rumahmu
Rangkaian bunga tertata rapi menjadi pelengkap penjemput tamu
Riuhnya tawa yang tercipta di selasar waktu seakan menjadi saksi bisu
Ketika diriku hanya mampu menyimpan sendu dan sepucuk rindu tentang adamu
Aku terdiam menatap pelaminan yang biru
Memandangmu bersanding dengannya sungguh aku tak mampu
Meski hanya sekedar berharap apa yang ada didepanku hanyalah semu
Karena aku begitu takut untuk kehilanganmu
Takdir yang kini seolah berkata lain
Janur kuning yang semakin sombong seakan memacu adrenalin
Hingga serasa jantungku berhenti berdetak dikala kau sematkan sebuah cincin
Luluhnya segenap rasa yang pernah tercipta, saat kulihat kau bersanding dengan yang lain
Kini kuhanya mampu mengurai indah netramu
Dalam bias sendu yang membawa segumpal rindu
Menyadari dirimu sekarang bukanlah milikku
Meramu pilu yang kini kau semai dalam cawan rasaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H