Mohon tunggu...
Nuke AmeliaFirdasari
Nuke AmeliaFirdasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tim Pengabdian Universitas Negeri Jakarta Beri Pelatihan Pewarnaan Batik Ramah Lingkungan

31 Agustus 2023   15:35 Diperbarui: 21 Oktober 2023   10:16 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 4. Canting baterai dengan sensor suhu  (dokpri)

Inovasi lainnya yang dikembangkan oleh Tim UNJ adalah alat celup putar untuk mewarnakan kain. Biasanya pewarnaan dilakukan dengan cara mencelupkan kain yang telah diberi pola,   ke dalam wadah berupa ember, drum atau  bekas cat. Kain dicelupkan berulang ulang 5-8 kali. Hal ini membuat waktu pewarnaan yang lama, larutan pewarna alam bayak yang terbuang dan mengotori lantai, menjadikan lantai menjadi dipenuhi oleh bercak bercak yang berwarna warni. Untuk membuat proses pewarnaan lebih bersih, lebih cepat, Tim UNJ Universitas Negeri Jakarta mengembangkan alat celup putar seprti yang ditunjukkan pada Gambar 6 di bawah ini.

Gambar 5. Proses pewarnaan  dengan ember  (dokpri)   
Gambar 5. Proses pewarnaan  dengan ember  (dokpri)   
Gambar 6. Proses pewarnaan dengan alat celup  (dokpri)
Gambar 6. Proses pewarnaan dengan alat celup  (dokpri)

Salah satu kebijakan yang digunakan oleh industri batik tulis  adalah menggunakan pewarna alam sebagai bahan pewarna batik. Sayangnya proses pewarnaan perlu diulang berkali kali 8-10 kali, sehingga memerlukan waktu yang lama dan menghasilkan air limbah yang banyak. Kekurangan lainnya adalah  pewarna alam  warnanya terbatas , warna kain mudah luntur, warnanya tidak tahan  gosok, tidak tahan terhadap panas dan sinar radiasi UV. Semua kekurangan ini  dapat diminimalisir dengan merekayasa pewarna alam menjadi bentuk nanoemulsi yang tujuannya untuk: (i) mempercepat waktu pewarnaan ,(ii) mengurangi limbah ,(iii) meningkatkan kestabilan  dan ketahnan luntur warna kain Semua kekurangan ini  dapat diminimalisir dengan merekayasa pewarna alam menjadi bentuk nanoemulsi dengan Teknik enkapsulasi.

Berbagai bahan enkapsulan yang digunakan untuk mengenkapsulasi pewarna alam di antaranya pektin, alginate, gum Arabic,protein da. Kitosan .Pada kegiatan pengabdian ini tim UNJ menggunakan nanoemulsi kitosan sebagai bahan enkapsulan pewarna alam. Hasil pewarnaan kain dengan pewarna alam yang terenkapsulasi  menunjukkan warna yang dihasilkan lebih cerah, tahan luntur , dan tidak menghasilkan limbah yang banyak .warna kain yang dihasilkan dari pewarna alam kurkumin, tannin dan brazilin yang dienkapsulasi denan kitosan ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.

Gambar 7. Pewarna kain dengan Nanokurkumin  (dokpri)
Gambar 7. Pewarna kain dengan Nanokurkumin  (dokpri)
Gambar 8. Pewarna kain dengan Nano tannin  (dokpri)
Gambar 8. Pewarna kain dengan Nano tannin  (dokpri)

Gambar 9. Pewarna kain dengan Nano Brazilin  (dokpri)
Gambar 9. Pewarna kain dengan Nano Brazilin  (dokpri)

Gambar 10. Pewarna kain dengan Nano Indigo  (dokpri)
Gambar 10. Pewarna kain dengan Nano Indigo  (dokpri)

Pelatihan pewarnaan kain dengan mengunakan pewarna alam yang terenkapsulasi dilakukan di Rumah Batik Palbatueelarut dengan peserta sebanyak 8-10 orang menunjukkan bahwa:

  • Proses pewarnaan cukup 3-4 kali
  • Rasio berat kain terhadap larutan pewarna 1 : 5 
  • Warna kain sangat cerah, tahan terhadap luntur, panas dan suhu tinggi

Gambar di bawah ini menunjukkan foto kegiatan pelatihan:

  (dokpri)
  (dokpri)

  (dokpri)
  (dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun