***
"Drun, semalam aku dapat durian runtuh!" pamer Joko saat mereka bertemu keesokan paginya. Joko lalu menceritakan pengalamannya. Â
"Jadi aku tegaskan lagi, ya, Drun: nggak ada namanya hantu atau kunti seperti yang kemarin kamu ceritakan itu."
Mendengarnya Badrun hanya manyun sambil menggaruk kepalanya. Dengan wajah kesal, lelaki yang usianya sepantaran dengan Joko itu berkata, "Ah, mungkin semalam kamu lagi hoki saja. Coba nanti malam ulangi lagi lewat Sari Asih lepas jam dua belas. Lalu rasakan sensasinya ... ha-ha-ha!"Â
"Halah, ndadak alasan hoka-hoki! Pokoknya di sana nggak ada hantu. Dasar kamunya saja yang penakut! Dah, ah, aku berangkat dulu. Â
Mereka lantas memacu taksinya masing-masing.Â
Gelap malam menuju dini hari semakin pekat saat Joko selesai mengantar penumpang kedua belas. Lumayan banyak pendapatannya hari ini. Dengan penuh syukur, Joko bermaksud untuk langsung pulang.
Tiba di tanjakan Sari Asih, suasana jalanan lengang. Sama sekali tak ada mobil ataupun motor yang melintas. Dari kejauhan, Joko melihat dengan jelas sosok perempuan tengah berdiri di tepi jalan seperti kemarin. Ia langsung menginjak gas dalam-dalam. Semakin dekat, jalanan semakin menanjak. Dan sosok perempuan itu tiba-tiba menghilang. Joko seperti tidak percaya pada penglihatannya.Â
 "Ah, nggak mungkin!"Â
Lalu Joko mundurkan taksinya. Ia celingukan mencari perempuan itu.
"Kok aneh sih, tadi jelas ada kok!" gumam Joko sambil menggaruk kepalanya. "Ah, mungkin aku sudah ngantuk!" sambil bersiap menancap gas, tiba-tiba dari bayangan spion ....