Mohon tunggu...
Nadine Putri
Nadine Putri Mohon Tunggu... Lainnya - an alter ego

-Farmasis yang antusias pada dunia literasi, anak-anak, dan kamu. Penulis buku novela anak Penjaga Pohon Mangga Pak Nurdin (LovRinz 2022).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Percakapan di Pendopo Ereveld

5 April 2022   00:44 Diperbarui: 5 April 2022   00:44 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya, zaman sekarang orang-orang yang bekerja ikut perusahaan orang lain rata-rata tak memiliki bola mata, Meneer. Tanpa susah payah melihat, para pekerja itu akan selalu dituntun oleh atasannya. Mereka akan didikte, ditunjuk, dan disuruh-suruh agar mau menjalankan segala perintah atasan."

"Wow, keren, dong, ya!" Hans terkagum-kagum mendengar penjelasan Sudrun.

"Meneer ... itu logat inlander zaman sekarang, kenapa kamu ikut-ikutan?" ucap Sudrun dengan wajah malas.

"Ha-ha-ha! Bukankah ik harus mengikuti perkembangan zaman jika mau hidup selama-lamanya?"

"Meneer, ingat, riwayatmu itu sudah tamat. Tak perlu lagi ikut-ikutan gaya masa kini. Begini, biar aku jelaskan lagi," kata Sudrun sambil mengibaskan tangan di depan wajahnya. "Jika Meneer ingin hidup lama, yang pertama harus dilakukan adalah memperbesar ukuran otak, lalu memperkecil ukuran hati. Lihatlah! Seperti punyaku ini," ujar Sudrun sambil membuka tempurung kepalanya dan membuka sedikit rongga dadanya.

"Hah, maksud jij? Dit is gek! Kenapa jadi jij yang menjelaskan banyak hal? Ik jauh-jauh jalan dari atas ereveld ingin menjelaskan yang kalian belum pernah tahu. Lalu itu ...," Hans menunjuk kepala dan dada Sudrun. Ia lalu memegang pelipis kanannya sambil geleng-geleng kepala.

Sudrun tersenyum geli melihat tingkah serdadu Belanda itu. Sambil menutup kembali tempurung kepala dan dadanya, ia berujar, "Jadi begini, Meneer ... bahwa kita harus memperbesar ukuran otak daripada hati itu artinya, zaman sekarang kita akan susah sendiri jika apa-apa masih ada rasa nggak enakan, serba sungkan dengan orang lain, dan  hal-hal lain yang terlalu mengedepankan rasa. Kehidupan sekarang itu menuntut kita agar berpikir cepat, Meneer. Tak peduli itu akan membahayakan orang lain atau tidak, yang penting kita dan keluarga harus 'selamat' duluan." Sudrun menjelaskan dengan wajah penuh kemenangan.

"Ah, ini gila! Echt gek! Sudahlah, aku mau kembali tidur saja!" Serdadu Hans lalu berdiri dan cepat-cepat berjalan ke dalam ereveld. Tak lama ia terlihat menaiki tangga menuju pusaranya.

Tinggal Sudrun sendirian di pendopo sedang terbahak-bahak. "Hei, Meneer! Bukankah ini juga ajaran kalian sejak dulu?" [*]

Jkt-200322

Nadine Putri: akun alter yang sedang belajar menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun