Dari segi bidang ketenagakerjaan, Indonesia dihadapkan pada ketimpangan SDM angkatan kerja dimana 58,76 persen adalah lulusan SD dan SMP serta fakta miris mengenai mis-match (ketidakcocokan antara bidang ilmu dengan jenis pekerjaan) yang hingga mencapai 63 persen. Dengan digalakkannya pelatihan vokasi, Kemnaker telah melakukan beberapa terobosan, yakni program secara besar-besaran terkait pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK), pemagangan terstruktur serta sertifikasi uji kompetensi.Â
Jika berbicara angka, secara kumulatif, dari tahun 2015 hingga Oktober 2018 peserta pelatihan BLK baru mencapai 383.132 orang. Pada tahun 2019 secara akumulasi harapannya akan bertambah menjadi 660.476 orang.Â
Sementara untuk yang mengikuti program pemagangan sejak 2015 - Oktober 2018 mencapai 149.064 orang. Pada 2019 secara akumulasi jumlahnya meningkat drastic menjadi 360.864. Tambah lagi peserta yang mengikuti sertifikasi uji kompetensi sejak 2015 - Oktober 2018 mencapai 1.349.559 orang. Di tahun 2019 ini diproyeksikan menjadi 1.875.748 orang.
Untuk menjawab perkembangan industri berbasis digital, Menaker M. Hanif Dhakiri mengambil langkah inisiatif untuk membangun Innovation Room di Kantor Kemnaker pada Juni 2018 yang lalu. Ruangan ini merupakan sebuah Talent Hub untuk mendukung secara penuh tantangan era baru industri digital dan industry 4.0. Untuk kedepannya, Innovation Room akan coba direplikasi di BLK-BLK milik Kemnaker yang ada di seluruh Indonesia.
Pak Khairul melansir hasil riset McKinley Global Institute yang menyebutkan bahwa Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar ketujuh di dunia. Namun capaian tersebut mengisyaratkan penduduk usia produktif yang memiliki skill mumpuni dengan kompetensi handal dan kualitas SDM yang potensial.
Penutup
Anak-anak bangsa akan tumbuh menjadi tenaga-tenaga ahli yang diperhitungkan di negaranya bahkan dunia. Jika visi ini terwujud di masa depan, tentu saja Indonesia tidak perlu 'mengimpor' banyak tenaga SDM kerja asing yang berkualitas.