Akan tetapi Pak Ryan menilai perlambatan pertumbuhan kredit hanya bersifat sementara. Memasuki kuartal pertama (Q1) pada tahun 2019, kredit UMKM akan mengalami kenaikan seiring dengan pertumbuhan kredit korporasi besar. Kalau segmen korporasi tumbuh, UMKM pun ikut tumbuh. Hal ini merupakan implementasi dari value chain (rantai nilai).
Selain pertumbuhan kredit yang melambat, Pak Ryan menambahkan rasio kredit bermasalah (NPL) UMKM juga masih di atas rasio sektor industri. Namun rasio NPL kredit UMKM terus membaik menjadi 4,08 persen pada Agustus dibandingkan pada Juli sebesar 4,31 persen. Hal ini salah satunya dikarenakan penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) yang risiko kreditnya membaik.Â
Sementara itu Mas Juan Firmansyah selaku Business Development & Sales Officer dari UMKM Du'Anyam menyebutkan bahwa tantangan terbesar UMKM saat ini bukan lagi perkara modal atau kredit. Biaya pengiriman atau logistik yang terbilang tinggi menjadi pekerjaan besar bagi para pelaku UMKM. Indonesia yang merupakan negara kepulauan, biaya pengiriman (ekspedisi) dari satu tempat ke tempat lain yang berbeda pulau memerlukan biaya yang relatif tinggi.
Terlepas dari itu semua Mas Juan menilai pasar untuk produk UMKM di tingkat dalam negeri maupun luar negeri akan selalu eksis kok. Hal yang terpenting adalah produk tersebut memiliki ciri khas tersendiri dan mengikuti keinginan pasar. Justru tantangan kita selanjutnya bagaimana dapat berpikir kreatif dan terus berinovasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H