Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, sekarang ini perekonomian di negara kita menunjukkan kinerja yang cukup baik. Hal ini dapat terlihat salah satunya melalui laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada penghujung trimester pertama di tahun 2018 yang mencapai 5,06%.Â
Pertumbuhan ekonomi ini tentunya ditopang pula oleh sektor industri yang pertumbuhannya mencapai 5,03% pada triwulan pertama 2018. Pertumbuhan tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan pertama di tahun 2017 yang mencapai 4,80%.
Biro Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada triwulan pertama 2018, sektor industri dengan nilai pertumbuhan terbesar di antaranya adalah sektor industri mesin dan perlengkapan sebesar 14,98%, lalu disusul industri makanan dan minuman sebesar 12,70% serta diikuti industri logam dasar yang mencapai 9,94%. Momentum pertumbuhan industri yang stabil tersebut harus terus dijaga karena industri menjadi penggerak perekonomian bangsa.Â
Sepanjang 2017 saja sektor industri sudah menyerap sekitar 1,5 juta orang tenaga kerja sehingga jumlah total tenaga kerja di sektor industri hingga saat ini mencapai 17 juta tenaga kerja atau sekitar 14,05% dari jumlah angkatan kerja di Indonesia.
Perkembangan ekspor nonmigas Indonesia pada tahun 2017 justru menunjukkan capaian yang cukup memuaskan. Ekspor nonmigas produk industri pengolahan meningkat sebesar 13,14 persen. Dilihat dari kontribusinya terhadap total ekspor sepanjang tahun 2017, kontribusi ekspor nonmigas produk industri pengolahan merupakan yang terbesar yaitu 74,10 persen.
Beberapa waktu lalu tepatnya pada 4 April 2018 Presiden Jokowi telah meluncurkan Roadmap Implementasi Industry 4.0 di Indonesia yang selanjutnya kita kenal dengan gagasan"Making Indonesia 4.0".Roadmap tersebut berisikan aspirasi besar Indonesia menuju tahun 2030. Mulai dari sektor industri prioritas, dan strategi persiapan dan penerapan industri 4.0 per sektor industri hingga lintas sektor.
Hal inilah yang melatarbelakangi Kementerian Perindustrian Republik Indonesia khususnya Bakohumas dalam menyelenggarakan forum diskusi dan kegiatan sosialisasi bertajuk "PELUANG DAN TANTANGAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DI ERA INDUSTRI 4.0" pada Kamis (26/7) yang bertempat di Kemenperin RI, Jalan Gatot Subroto, Jaksel. Banyak tamu undangan yang hadir di antaranya merupakan staf Humas Kementerian dan Lembaga serta beberapa rekan Blogger.
Kegiatan dilaksanakan di dua lokasi berbeda dan berjauhan. Pagi harinya acara dibuka dan disambut di Gedung Kemenperin RI, Jakarta kemudian siang harinya langsung dilanjutkan menuju kawasan industri Jatake 2, Tangerang dalam rangka kunjungan Industri Makanan dan Minuman di pabrik PT Mayora Indah Tbk,.
Dalam inisiasi Making Indonesia 4.0 telah ditetapkan 5 (lima) sektor industri prioritas implementasi sistem Industry 4.0 di Indonesia. Kelima sektor industri prioritas tersebut yaitu: Industri Makanan dan Minuman; Industri Otomotif; Industri Elektronik; Industri Kimia; dan Industri Tekstil dan Produk Tekstil. Pemilihan sektor prioritas tidak berarti bahwa sektor lain dikesampingkan dalam penerapan Industry 4.0.
Di dalam sektor Industri Kecil dan Menengah sendiri, Industri Makanan dan Minuman menempati posisi yang cukup penting.
Industri Makanan adalah Industri kesayangan yang dimiliki oleh Indonesia, karena bisa menjual produk ke negara lain dalam jumlah banyak, kualitasnya tidak kalah dengan negara lain, dan bisa membuat banyak orang memperoleh pekerjaan dengan proses industri.
Kenapa industri makanan menjadi sektor yang hebat untuk negara kita? Berikut alasannya
Kedua, Membuat banyak orang mendapat pekerjaan. Dengan membuka banyak lapangan kerja baru berpeluang memperoleh tambahan penghasilan. Angka pengangguran otomatis berkurang.
Ketiga, Semakin banyak orang yang bisa berjualan produk olahan makanan. Dari bahan baku menjadi barang jadi (from raw mat to finished goods). Ini artinya banyak orang yang kreatif dan inovatif sehingga lambat laun dapat berdaya saing.
Keempat, Daerah-daerah lain yang di Indonesia bisa lebih sejahtera. Akhirnya tidak melulu terpusat di kota besar saja.
Nilai ekspor Industri makanan di Indonesia pada tahun 2017 jumlahnya 49,60 miliar dollar, sedangkan impornya hanya senilai 14 miliar dollar. Investasi pemodalan di Indonesia untuk industri makanan jumlahnya banyak sekali. Dari dalam negeri, uang yang dijadikan modal untuk industri makanan mencapai Rp 31 Miliar (tahun 2017). Sedangkan dari luar negeri, jumlah investasinya mencapai 1.545,47 USD atau sekitar Rp 22 Miliar.
Di negara kita, ada sekitar 1.041.266 orang bekerja di bidang industri makanan. Boleh jadi kebanyakan dari mereka merupakan keluarga dan orang terdekat di sekitar kita. Terdapat 8.507 unit usaha yang mengolah produk makanan menjadi cemilan nikmat nan lezat yang bisa kita nikmati sekarang ini sampai ke tangan ke konsumen.
Pertumbuhan subsektor Industri Makanan dan Minuman pada tahun 2017 tercatat sebesar 9,23%, lebih tinggi dari tahun 2016 yang sebesar 8,46%. Kontribusi signifikan Industri Makanan dan Minuman terhadap perekonomian ini yang kemudian menjadikannya salah satu industri yang diprioritaskan dalam penerapan Industri 4.0 di Indonesia. Kebijakan serta dukungan teknologi yang tepat menjadi krusial, dalam rangka mendorong subsektor Industri Makanan dan Minuman untuk terus mempertahankan posisinya sebagai sektor unggulan yang paling siap menghadapi era industri 4.0.
Banyak langkah dan upaya strategis pemerintah dalam hal ini Kemenperin RI dalam menyukseskan Making Indonesia 4.0 terutama di sektor industri makanan.
Salah satu bentuk dukungan pemerintah bagaimana agar Industri makanan tetap ‘Sehat’ ?
1. Bantuan berupa keringanan Pajak (Tax holiday & Tax allowance)
2. Memberikan bantuan peralatan, mesin, kegiatan promosi di dalam dan luar negeri
3. Memberikan pelatihan SDM berupa desain, teknologi dan keterampilan baru para pegawai di perusahaan
4. Memberlakukan peraturan dan standardisasi agar kualitas produk Indonesia tidak kalah dengan produk made in mancanegara.
Go Industry 4.0
Sebut saja di antaranya perusahaan F & B yang sudah besar namanya dan akrab di telinga seperti PT Coca Cola Amatil Indonesia, PT Nestle Indonesia, PT Barry Callebout Indonesia, PT Indolakto (Indofood Group), PT Unilever Indonesia termasuk PT Mayora Indah, Tbk.
Factory Visit Pabrik Mayora Jatake 2
1. Pencatatan dan Penyimpanan data yang VALID dan REAL TIME
2. Keputusan yang AKURAT dan CEPAT
3. SOLUSI cepat terhadap penyimpangan
4. KONSISTENSI kualitas produk
5. MINIMAL "Human Error"
6. PAPERLESS
1. Pemeriksaan kualitas proses lini produksi yang meliputi pemeriksaan penerimaan bahan (incoming material inspection)
3. Pemeriksaan proses produksi (field process inspection)
5. Uji evaluasi sensorik (sensory evaluation test).
Sayangnya ketika kami melihat langsung ke dalam area pabrik kami tidak diizinkan untuk merekam atau kepentingan dokumentasi selama kegiatan. Sangat confidential! Dari segi keamanan para pengunjung dilarang membawa alat komunikasi, barang elektronik, benda tajam, perhiasan dan benda berbahan logam lain.
Penutup
Semua hal yang telah dan akan dilakukan oleh Kementerian Perindustrian melalui Ditjen IKM dalam menyongsong Revolusi Industri Keempat bertujuan agar para pelaku IKM ikut merasakan dampak positif dari kedatangan Revolusi Industri ini, dan diharapkan peningkatan produktivitas dan kualitas produk yang dihasilkan akan meningkatkan daya saing para pelaku IKM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H