Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Psikologi tentang Perilaku Narcistik Kategori Terganggu

27 Juli 2024   11:43 Diperbarui: 27 Juli 2024   11:58 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arsip Pribadi (Pribadi Bos cenderung narcistik, sedangkan Pribadi Leader akan lebih Teamwork dan gotong royong dengan anggota organisasi)

NPD Narcistic Personality Disorder

Ada seseorang yang mengeluhkan adanya anak buah, atau bapak buah, yang selalu ingin menang sendiri.

"Ketika rapat hampir selalu dominan, dan tidak mau mendengarkan aspirasi dari anggota rapat, "ungkap Fulan Bin Fulan.

"Saya pernah diminta bertanya, ketika saya beranikan diri untuk bertanya, eh..malah saya diomeli katanya pertanyaan saya keliru dan tidak bermutu, dan itu dikatakan di depan anggota rapat, kan saya mualluu, "keluh Fulanah Binti Ajaib.

Begitulah salah satu fenomena dalam sebuah organisasi. Hadirnya sosok yang diduga mengidah NPD (Narcistic Personality Disorder), mengakibatkan member dari organisasi menjadi kurang nyaman. 

Bisa di bawah tekanan. Bukan tekanan prestasi, melainkan tekanan bahwa apa yang akan dicapai selalu dikecam dan tidak memenuhi harapan pimpinan.

BAGAIMANA CIRI PRIBADI TERSEBUT

Ciri-ciri kepribadian narsistik biasanya dapat mulai terlihat pada kanak-kanak atau remaja. 

Banyak kalangan ahli perilaku atau psikologi yang mengatakan bahwa pola asuh dan perlakuakn orang tua ketika seseorang di masa kanak-kanak, akan berpengaruh terhadap perilaku manusia di usia dewasanya.

Secara definitif, "Narcissistic personality disorder (NPD) is a complex psychological condition that presents with a pervasive pattern of grandiosity, need for admiration, and lack of empathy. NPD can cause significant social and occupational impairment and often has complications of comorbid psychiatric and substance use disorders."

Artinya NPD itu sebuah perilaku kompleks yang penderitanya menilai diri penuh kebesaran, kelebihan, dan tidak punya emphaty terhadap orang lain. Dia selalu merasa paling hebat dan orang lain itu kecil tidak bermakna. 

Kita coba urai satu persatu sebagai berikut:

1. Mereka biasanya menunjukkan sikap seperti menilai diri sendiri terlalu tinggi dibandingkan orang lain secara berlebihan.

Secara umum biasa juga kan, sesekali kita merasa lebih tinggi. Itu artinya percaya diri. 

Sesekali, boleh donk, merasa juga lebih rendah. Itu artinya kurang percaya diri, atau malah sedang sedih hati, depresif, atau stress akibat problem hidup.

Namun si penderita narcistic ini, over confidence alias terlalu percaya diri dan menganggap orang lain "selalu" di bawah kemampuannya.

"Coba lihat dia tuh, gak ada apa-apanya dbandingkan saya, orang kerjanya gak becus dan selalu lambat, "begitu ungkapan si Narcistic ini.

Sementara, ketika Narcistic sedang down, bukannya menyadari kondisi diri, namun justru menyalahkan orang lain.

2. Menganggap diri dianggap superior tanpa adanya pencapaian yang pantas.

Ini juga fenomena yang wajar jika sesekali saja. Superior, atau inferior.

Namun kalau selalu merasa superior dan menganggap itu "faktor bawaan", maka menjadi indikasi adanya gejala Narcistik.

Artinya "cerdas sejak lahir" menjadi bualan dari si Narcistik. Termasuk, bahwa dia memang dilahirkan sebagai orang yang melebihi orang lain pada umumnya.

3.  Melebih-lebihkan pencapaian dan bakat diri.

Ciri ini memang kurang lebih masih sama dengan ciri pertama dan kedua di atas.

Kalau berprestasi, selalu sesumbar bahwa itu adalah karya mendirinya.

Selalu menilai bahwa pencapaian prestasi, adalah hasil dari kerja keras kerja cerdasnya melulu.

Seakan-akan tidak ada kontribusi dari orang lain.

AKhirnya, kalau hebat itu dianggap hasil karyanya.

Kalau salah, atau prestasi turun, dia akan sibuk mencari orang yang "wajib disalahkan" atas pencapaian kinerja yang tidak sesuai.

Dengan kata lain, hebat itu miliknya, keliru itu milik orang lain. Cape deh...

4. Meyakini diri sendiri sebagai seseorang yang superior dan meyakini bahwa hanya orang-orang yang sama istimewanya yang akan memahami hal tersebut.

Wah, kalian gak level dengan saya. Pasti kalian gak paham, orang kalian itu memang bahlul. 

Hahaha. Kira-kira demikian kalau didramatisir.

Jadi overestimate terhadap diri sendiri, dan hanya yang sejajar dengan dia yang bisa memahami ide atau gagasannya.

Ketika ide ditentang atau diberikan masukan, kritik saran, bukannya memahami atas keragama ide orang lain, namun justru menganggap yang berbeda itu "makhluk alien yang beda level intelektualitasnya"..

TO BE CONTINUED......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun