Mengapa Agresivitas anak dan Remaja semakin menggila?
Banyak video viral yang menunjukkan perilaku menyerang (agresif) yang dilakukan remaja dan bahkan anak-anak kian menggejala. Sebagian bahkan sampai kriminalitas: penganiayaan, kekerasan, sampai pembunuhan.
Mengapa dan bagaimana ini bisa terjadi? Dapatkah kita mencegahnya?
PERILAKU AGRESIF
Mari kita lihat pengertian perilaku agresif. Ternyata perilaku agresif dapat berupa tingkatan lunak, sampai keras. Agresif wajar seperti marah sedikit, sampai agresif tidak wajar yakni marah merusak dan melukai pihak lain. Kenyataannya, agresi pada anak-anak dapat terjadi dalam berbagai bentuk: Kemarahan; memukul, menendang, atau menggigit; ledakan panas yang menghancurkan properti; intimidasi berkepala dingin; serangan verbal; upaya untuk mengontrol orang lain melalui ancaman atau kekerasan.
PENYEBAB
Apa yang menyebabkan anak menjadi agresif? Ada banyak penyebab. Salah satunya adalah sisi keluarga, baik pola asuh, pola interaksi, sampai nilai-nilai yang berlaku di keluarga tersebut.
Trauma, disfungsi keluarga, dan gaya pengasuhan tertentu (seperti hukuman yang keras dan tidak konsisten) juga membuat seorang anak lebih mungkin menunjukkan kemarahan dan/atau agresi yang mengganggu kehidupan sehari-harinya.
Dengan kata lain, bilaman ada anak dan remaja agresif, bisa jadi memang pelaku berasal dari keluarga yang miskin kasih saying, kurang perhatian, dana tau malahan sering dibentak dipukul oleh orang tuanya sendiri.
Hal tersebut bisa memicu perilaku agresif di luar rumah.
Jiwa tertekan dan terhina, juga mampu memicu agresif dan konflik dengan sebaya (peer group).
Penggunaan senjata tajam seperti clurit, pisau, sampai pistol, disebabkan keterjangkauan anak remaja terhadap alat tersebut. Jika tidak, maka bisa jadi hanya pukulan tangan kosong, saling menendang, atau memaki (agresi verbal).
BAGAIMANA MENGATASINYA?
Pertama kenali penyebabnya. Jika sudah ketemu, maka itu juga akan ketahuan solusinya. Bisa jadi solusinya adalah si anak atau remaja dikirim ke pondok rehabilitasi mental. Sebab agresif juga mengarah kepada perilaku destruktif yang bisa dipicu oleh kesehatan mental.
Kedua, jika sudah criminal, maka perlu ditangani -- memang -- harus polisi dan atau apparat peradilan. Tujuannya supaya aspek hukum juga perlu diperhatikan, dan anak remaja akan memahami situasi dengan lebih proporsional, terutama orang tua si anak dan remaja tersebut.
Ketiga, mencari figure yang trusted person bagi si anak dan remaja. Bisa jadi si anak remaja tidak percaya kepada orang di sekitar, perlu diobservasi/interview/cari tahu, siapa orang yang dipercaya anak atau remaja tersebut. Harapannya agar perilaku yang agresif bisa dikendalikan, dan dihilangkan.
Keempat, selama belum pada tahap melukai, menganiaya, atau bahkan membunuh orang lain, maka perilaku agresif seperti marah tidak terkontrol, ledakan emosi yang meletup, dapat dilatihkan dengan mendekatkan anak dan remaja ke lingkungan yang lebih kondusif (modifikasi lingkungan). Dan bisa dicarikan guru yang bisa dipercaya, baik guru sekolah atau guru bela diri sehingga energy fisik yang berlebih dapat disalurkan kepada aktivitas olah raga.
Bisa jadi anak dan remaja agresif karena kurang kegiatan. Jika demikian, bikin sibuk saja anak dengan ekstra kurikuler, sehingga energy tersalurkan. (***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H