Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Surabaya Pilihan

Kliping Sister City Surabaya - Busang Korea 2010

21 Juni 2022   15:17 Diperbarui: 21 Juni 2022   15:31 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singkatnya, bila kita bandingkan dengan Surabaya, apa yang dilakukan private company maupun government di Korea kiranya perlu ditiru dengan cepat, tepat, dan cerdas oleh Pemkot Surabaya.

Realitasnya, pada 2009, Pelabuhan Tanjung Perak meng-handle kontainer untuk PT TPS (Terminal Petikemas Surabaya) lebih dari 1,2 juta TEUs, serta PT BJTI (Berlian Jasa Terminal Indonesia) lebih dari 800 ribu TEUs. Secara corporate Pelabuhan Surabaya dengan 18 cabang yang tersebar di Jatim, Jateng, Kalteng, Bali, NTT, NTB, dan Kalsel meng-handle lebih dari 3,1 juta TEUs (lihat di Warta Gafeksi No 99, edisi April 2010) dan terbesar kedua setelah Tanjung Priok Jakarta yang menangani sekitar 4,2 juta TEUs, Belawan Medan 575 ribu TEUs, dan Makassar 1,1 juta TEUs.

Poin Pembelajaran

Beberapa poin pembelajaran yang dapat dipetik dari Korea adalah sebagai berikut. Pertama, benar, memang perlu kunjungan ke cargo owner. Selama ini mungkin ada pemahaman keliru, meskipun sebagian sudah memahaminya, bahwa berurusan dengan cargo owner adalah hanya kepentingan pelayaran (shipping company) dan pelabuhan secara umum atau pengelola terminal secara langsung. Padahal, pemkot perlu melakukannya lebih intensif.

Pemahaman terhadap komoditas andalan dan komoditas potensial akan meningkatkan posisi tawar pemkot untuk menstimulasi ekspor-impor dengan beragam kebijakan strategis.. Dengan demikian, komunikasi antara pengelola terminal/pelabuhan dan government (baca: pemkot/pemkab) dengan pemilik barang (cargo owner) adalah vital dan sangat mendesak untuk terus dilakukan.

Kedua terkait konsepsi terminal operator (TO). Sterilisasi terminal dari orang dan kendaraan yang tidak berkepentingan, selain meningkatkan produktivitas, kinerja, dan jaminan keselamatan, juga meningkatkan daya tarik bagi pengguna jasa. Sosialisasi secara sistematis dan berkelanjutan mengenai terminal operator perlu dilakukan terus-menerus.

Ketiga, international networking. Meningkatkan jejaring internasional adalah makin penting. Keempat, potensi ekspor-impor Surabaya-Korea. Pemkot perlu terus menggali potensi ekspor-impor Korea Indonesia, terutama melalui Tanjung Perak Surabaya-Mokpo Newport. Sebagai contoh, pascaprogram ITEP ini, Mokpo Newport Korea melakukan kunjungan ke Singapore (BASF International Asia Pasifik, TUAS Singapore, Steinweig Warehousing, dan PSA Terminal Operator Singapura), dan JICT (Jakarta International Container Terminal) Jakarta dengan "mengejar" kargo Indomulia Glass, dan Indokordsa Bogor pada awal Juni 2010 lalu.

Sebagai penutup, kita berharap bahwa anugerah The Best Practise untuk Sister City dan e-government Surabaya makin berlanjut dengan prestasi lain. Bersinergi antara pemkot dan pengelola pelabuhan yang berfungsi sebagai pintu masuk logistik, adalah penting dan perlu ditindaklanjuti ke masa mendatang. Sekali lagi, selamat untuk kita semua, pemkot dan masyarakat Surabaya. (*)

*) Alumnus World Maritime University, Swedia, pemerhati kemaritiman.

Sumber: http://www.jawapos.com/metropolis/index.php?act=showpage&kat=1&subkat=3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun